Balqis Yolla yang menjadi anggota ekskul tari Q By One, SMA Kemala Bhayangkari I Medan menceritakan pengalaman serunya membawakan tari Karo. Pada ajang Superbox yang diikuti delapan sekolah favorit kota ini, bersama timnya mereka sepakat memilih tari Karo sementara banyak peserta yang memilih menarikan tari Batak Toba atau Melayu. Balqis menilai konsep tari daerah Karo sebenarnya lebih rumit dan membutuhkan keluwesan anggota badan. Bahkan, Balqis mengerti setiap detail tarian tersebut.
“Namanya uga gendangna bage endekna, artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya (endek). Endek bukan sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja,”Balqis menerangkan.
Ia pun menyadari bahwa tarian daerah di negeri ini sering dianggap sebagai kegiatan seremoni dan bukanlah suatu kekayaan untuk dinikmati layaknya sebuah konser musik. “Memang sedikit apresiasinya, belum lagi anggapan yang mengatakan tari tradisional itu monoton,”katanya. Meskipun demikian Balqis tak mau menanggapi komentar miring tersebut. (mom/tribunmedan.com)
Leave a Reply