Sejumlah bantuan untuk pengungsi gunung berapi Sinabung, sejak awal meletus, Jumat (27/8) silam sampai berakhirnya masa tanggap darurat, masih menumpuk di lantai I dan sebagian di lantai II kantor bupati Karo, menimbulkan aroma tidak sedap di lingkungan kantor tersebut. Yang paling banyak seperti, telur, tikar, beras, mie instant, selimut dan kebutuhan lainnya masih menumpuk.
Pantauan SIB, Senin (8/11) sampai Selasa (9/11) beragam bantuan tersebut masih menumpuk dan diakui kalangan PNS di lingkungan kantor bupati Karo bahwa, akibat tumpukan bantuan itu menimbulkan aroma bau telur busuk dan menimbulkan ketidaknyamanan bekerja bagi mereka. Termasuk para tamu pemerintah yang datang ke kantor tersebut cenderung tutup hidung akibat bau busuk tercium saat memasuki kantor “megah” itu.
Sekdakab Karo Ir Makmur Ginting MSi selaku ketua umum panitia penanganan pengungsi Sinabung yang dikonfirmasi SIB, Senin (8/11) melalui Kepala Logistik Drs Refaya Barus dan Bendahara Thomas Ginting SE membidangi penanganan bantuan pengungsi Gunung Sinabung di kantornya, membenarkan masih menumpuknya sejumlah bantuan pasca berakhirnya masa tanggap darurat, 24 September 2010.
“Bantuan yang belum disalurkan akan disortir. Telur yang menimbulkan bau busuk telah dikeluarkan dari kantor bupati. Bagaimana penyalurannya akan kita pelajari. Kecuali beras, tikar dan selimut akan dijadikan stok Pemkab Karo mengantisipasi hal-hal bencana,” ujar Refaya Barus.
Dikembalikan
Sementara itu, Thomas Ginting SE menjelaskan bahwa, sampai berakhirnya tanggap darurat untuk pengungsi gunung berapi Sinabung, Pemkab Karo menerima bantuan Rp5.295.858.000 dan Rp2.053.101.150 telah disalurkan. Sisanya Rp3.242.756.850 akan segera dikembalikan ke Kementerian Sosial dan PNBP kalau dalam 3 bulan ini tidak digunakan, ujarnya.
Penggunaan bantuan ini cukup terarah dan tidak bisa dimain-mainkan seperti untuk penggunaan uang lelah dan sebagainya. Makanya, sisa bantuan itu masih relatif besar dan akan segera dikembalikan ke pusat, tambahnya. (M37/q)