Kerusakan ruas jalan Tiga Nderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, semakin parah ditambah pungutan liar (pungli) yang marak dirasakan awak dan sopir truk pengangkut batu dolomite.
Bukan hanya melibatkan oknum petugas dinas Pemda terkait saja, namun juga melibatkan preman. Keresahan ini dialami sopir truk, yang melintasi jalan Tiga Nderket. Pungli dilakukan terkoordinir.
Seperti diungkap Herman Simamora, salah seorang supir truk pengangkut batu dolomite, keberadaan itu sangat meresahkan masyarakat melintasi kawasan tersebut.
“Sudah membayar uang cas Rp15 ribu di lokasi galian C Desa Kuta Buluh dan uang koperasi Rp390 ribu di Desa Susuk, ditambah lagi uang keamanan Rp35 ribu,” kata Herman, tadi malam.
Kemudian uang melintas Rp5 ribu di Desa Payung. Lalu, restribusi untuk Pemda Rp10 ribu di Desa Simpang Empat, restribusi untuk Dishub Provinsi Rp50 ribu di Jembatan Timbang Sibolangit, dan uang bongkar muat Rp80 ribu di Kecamatan Sunggal, Kota Medan.
Lanjutnya lagi, para sopir truk tidak bisa berbuat banyak akibatnya pendapatan kian merosot karena dipungli lebih besar dari sebelumnya. Para sopir yang tidak mau ambil resiko terpaksa mengikuti semua aturan main di jalan raya dan jembatan timbang.
“Kami berharap agar pelaku yang tidak bertanggung jawab itu bisa ditertibkan oleh penegak hukum,” ujarnya.
Menanggapi pungli yang semangkin marak itu, Ketua DPD Generasi Muda Peduli Tanah Air (GEMPITA) Kabupaten Karo, Robinson Purba, menyurati pihak bertanggungjawab agar pungli di wilayah hukum Polres Tanah Karo disikapi dengan tegas.
Menurut Robinson, dugaan pungli dipastikan bekerjasama dengan dinas terkait jajaran Pemda dengan cara menghadang semua kendaraan. Berbagai cara dilakukan, seperti memberikan karcis atau kupon saat truk melintas. Selain itu, oknum-oknum itu tidak cuma menunggu di tiap pos, melainkan mengejar setiap truk yang tidak mau membayar. (waspada)
Leave a Reply