Tanaman yang pernah menjadi primadona petani di Kabupaten Karo pada tahun 1991 sampai 1095, kini kembali bangkit dangan harga yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 25.000 per kg.
Salah seorang petani Asparagus Nd Honda Br Ginting (60) penduduk Desa Salit Kecamatan Tiga Panah ketika ditemui MedanBisnis, Kamis (6/9) di ladangnya mengatakan, sudah tiga tahun ini, dirinya bersama sang suami H Purba (65) mengembangkan tanaman yang kini tergolong sayuran termahal.
Dengan luas lahan 500 meter persegi Nd Honda mengakui setiap dua hari sekali, dirinya bisa mendapatkan hasil Rp 200.000 – Rp 250.000. Dengan adanya kenaikan harga di pasaran, sayuran asparagus yang sempat menembus pasar Eropa dan Belanda ini, menurut Br Ginting sudah memberikan masukan pada para keluarga.
Nenek dua cucu ini mengatakan menanam aparagus tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk perawatan dan tidak pula menghabiskan waktu yang lama. “Cukup menunggu satu tahun dari masa penanaman melalui biji, setelah masuk masa perkembangan maka tunas muda akan muncul sepanjang 25 cm, yang merupakan produksi yang bisa diolah terus,” jelasnya.
Dikatakannya setelah memasuki masa peroduksi maka disaat itu pula petani setiap dua hari sekali bisa mendapatkan uang dari tunas-tunas yang keluar. “Harga masing-masing ukuran berbeda mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per kg,” ungkap Nd Ginting. ( edi sofyan/medanbisnis)