Anggota DPRD Sumut Ir. Taufan Agung Ginting MSP mengimbau kepada Bupati Kena Ukur Surbakti dan Ketua DPRD Karo Efendy Sinukaban SE untuk memperhatikan makam pahlawan nasional Kiras Bangun (Garamata) di Desa Batukarang, Kecamatan Payung.
Pasalnya, makam yang baru selesai dibangun itu kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
“Makam tersebut bukan saja milik warga Sumut, tapi sudah milik nasional. Apa kita tidak risih melihat kondisi bangunan yang sangat memprihatinkan. Layaknya seperti “sapo terulang” (gubuk tempat berteduh di ladang),” ujar Taufan Agung Ginting menjawab Rekro Tarigan, salah seorang peserta dialog di aula PPWG GBKP, Zentrum Kabanjahe, kemarin.
Taufan juga memberi masukan kepada eksekutif, agar taman di seputaran makam tersebut lebih diperindah penataanya. Karena, makam pahlawan nasional layak dijual kepada penikmat wisata sejarah. Selain itu, Taufan meminta aparat Kejaksaan Negeri Kabanjahe mengusut dugaan pe-nyimpangan dana pembangunan makam tersebut. “Seingat saya, dana pembangunan di luar pertapakan sebesar Rp500 juta yang ditampung dalam APBN Tahun Anggaran 2010.
Masak dengan dana sebesar itu, kondisi bangunan sudah bocor-bocor, catnya terkelupas dan bangunan ada retak-retak. Padahal baru satu tahun siap dikerjakan oleh rekanan. Saya menduga disain bangunan juga tidak sesuai dengan besteknya. Pasalnya, perpustakaan yang semula direncanakan ada ternyata tidak ada,” tandasnya.
“Pemkab Karo harus berada di front terdepan, karena makam itu sekarang milik nasional dan kebanggaan masyarakat Karo, jati diri daerah ini,” tambah Taufan.
Sementara Rekro Tarigan, warga Desa Batukarang menuding Pemkab Karo tidak peduli dengan makam pahlawan nasional tersebut. Kesannya, bupati sekarang sama seperti bupati terdahulu. “Jangankan ditorehkan ke sana, singgah sebentar saja tidak pernah kami lihat. Apa salahnya, kalau seperti peringatan hari kemerdekaan atau hari pahlawan misalnya, berziarah atau tabur bunga ke sana. Kalau bupati saja tidak peduli, jangan harap masyarakat juga peduli, bagaimana pula dengan generasi muda bangsa,” ujar Tarigan kesal.
“Fungsi makam pahlawan bukan untuk mengkultuskan, tapi sebagai wujud penghargan dan penghormatan terhadap jasa-jasa para pahlawan/pejuang, sarana pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan dan sebagai obyek studi dan ziarah wisata,” tambahnya.
Lebih lanjut Tarigan mengatakan, semua daerah bangga memiliki pahlawan nasional yang berasal dari daerahnya.
Keadaan serupa justru bertolak belakang dengan Tanah Karo. Terlepas dari siapa dan bagaimana Kiras Bangun, dia seka-rang pahlawan nasional. “Tidak gampang lolos verivikasi pengusulan pahlawan nasional. Prosesnya sangat lama dengan sejumlah tahapan dan seleksi yang sangat ketat. Jejak rekam harus jelas dan semua diinfestigasi tim yang berwenang,” kesalnya. (jurnas)