Petani jagung di Sumatera Utara berharap, industri pakan ternak di daerah itu mulai menghentikan impornya menyusul masuknya musim panen jagung di berbagai sentra produksi.
“Kalau masih tetap impor, maka dikhawatirkan harga jagung lokal akan anjlok, padahal petani mulai panen awal November.
Panen sudah terjadi di Dairi, Karo dan Simalungun,” kata Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia, Jemaat Sebayang di Medan, Selasa (2/11).
Dewasa ini, akibat pasokan ketat, harga jagung pipil di tingkat petani mahal atau berkisar Rp2.600 – Rp2.700 per kg dan di pabrikan mencapai Rp3.000 per kg.
Tetapi meski mahal, petani tidak menikmatinya karena belum panen, padahal sebelumnya awal April lalu harga jagung masih di kisaran Rp2.300 per kg.
Bahkan, katanya, pada tahun 2009 harga jagung itu sempat anjlok dan harganya mencapai Rp2.000 per kg.
Dia menjelaskan, beberapa bulan terakhir ini, jagung impor terus ‘membanjiri’ pasar Sumut karena memang pasokan jagung lokal sangat ketat akibat musim tanam dilakukan bulan Agustus lalu.
Kebijakan impor produsen pakan itu dimaklumi mengingat kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan tersebut memang harus dipenuhi.
“Tetapi dengan adanya panen mulai sekarang hingga awal Januari 2011, petani berharap pengusaha industri akan menghentikan sementara impor jagung,” kata Jemaat.
District Sales Manager Medan PT Dupont Indonesia, Suwandy Purba, mengakui, permintaan benih semakin sepi menjelang akhir tahun karena justru petani mulai panen.
Sebelumnya, kata dia, permintaan benih juga agak sepi yang diduga akibat pengaruh cuaca yang membuat musim tanam bergeser.
Padahal, kata dia, akhir tahun 2009, permintaan benih sempat naik sekitar 10 persen khususnya di daerah sentra produksi Kabupaten Langkat.
Meski permintaan masih melemah, Dupont menargetkan penjualan benih jagung tahun ini bisa naik 10 persen hingga 15 persen dari tahun lalu.
Keoptimisan naiknya penjualan itu juga dipicu dengan adanya penjualan varietas baru seperti P25 yang lebih tahan serangan penyakit hawar daun dan busuk tongkol.
Keunggulan P25 lainnya potensi hasil panennya di tingkat petani yang cukup tinggi atau rata-rata 8-9 ton per hektare dan sangat cocok untuk di daerah dataran tinggi di Sumut seperti di kawasan produsen utama jagung Sumut selama ini yakni Tanah Karo dan Simalungun yang juga sangat rentan dengan serangan hawar daun dan busuk tongkol.
Kepala Dinas Pertanian Sumut, M.Roem S, mengatakan, Sumut pada 2010 berupaya mempertahankan posisinya dalam daerah sepuluh besar penghasil jagung nasional dengan produksi 1.267.218 ton.
Tahun lalu, dengan produksi 1.190.822 ton, Sumut di peringkat kelima dan tahun ini diharapkan masih di sekitar peringkat itu dengan hasil 1.267.218 ton. (Ant)