Isi surat yang dibacakan Ira, salah seorang kerabat TKI, Simon Petrus Sitepu, 22, asal Laumulgap, Kecamatan Mardinding Kabupaten Tanah Karo, yang tewas di Malaysia sangat memilukan hati mamaknya, Nurlela Br Tarigan, di Ruang Instalasi Jenazah RSU Pirngadi Medan, Rabu (19/10).
Surat dengan tulisan tangan bertinta biru itu ditemukan oleh petugas kamar mayat tepat di samping jenazah korban saat diangkat dari dalam peti jenazah. “Ini memang tulisan anakku,” sebut Nurlela Br Tarigan, sambil terisak-isak.
Sepenggal isi surat itu menyatakan bahwa dia akan meninggalkan mamaknya selama-lamanya namun dirinya tetap berada di hati mamak. Ira akhirnya berhenti membaca surat tersebut, setelah Nurlela Br Tarigan menangis sejadi-jadinya. Surat itu menimbulkan tanda tanya bahwa Simon Putra Sitepu, sudah tahu hidupnya di dunia akan berakhir, namun kematian Simon masih misterius.
Sementara menurut surat dari Polisi Kerajaan Malaysia, dari Laporan Pengaduan Marzuki Bin Ibrahim, Pemandu Bolduzer, warga Kampung 1 Lubuk Merbau, Kuala Nerang Kedah, Malaysia, menyatakan bahwa dia sekira pukul 12.30 waktu setempat, memarkirkan bolduzernya di Tapak Project Getah Gunung Inas, Bukit Hijau Kupang, Baling Kedah, dalam keadaan baik.
Marzuki Bin Ibrahim lalu turun dari Bolduzer untuk mengambil makanan tengah hari (makan siang) dan berniat memberikannya kepada kawan-kawan yang bekerja di Tapak Project tersebut. Dan ketika dia sampai di tempat parkir Bolduzernya, dia mendapati Bolduzer tersebut telah terjunam (terbalik) kebawah dan mendapati seorang lelaki Indonesia berada tepat di bawah Bolduzer tersebut. Dia saat itu yakin lelaki itu telah meninggal dunia.
Begitu dalam isi surat yang dibacakan oleh Anggota DPD RI, Parlindungan Purba, ketika meninjau langsung ke Kamar Mayat RSU Pirngadi Medan. Namun sayang, dalam surat tersebut, nama lelaki Indonesia itu tidak disebutkan.
Kejanggalan lainnya adalah kondisi mayat Simon yang terbaring kaku mengenakan baju kaos warna putih dan celana jeans warna hitam. Dimana tubuh Simon tidak terlihat luka serius akibat di timpa Bolduzer. Hanya terdapat bekas jeratan tali dilehernya, kening hitam bekas memar, lidah menjulur terjepit gigi, sedangkan telinganya mengeluarkan darah yang sudah memudar.
“Jika ditimpa bolduzer, mayatnya tidak begini,” ucap seorang petugas kamar mayat yang mengaku capek melihat kondisi mayat yang seperti ini atau pun yang ditimpa benda berat.
Akui Jenazah Anaknya
Jenazah Simon Petrus Sitepu, tiba di Bandara Polonia Selasa (18/10) sore, menggunakan identitas orang lain atas nama Roni, warga Aceh Tenggara, karena korban merupakan pendatang illegal. Simon sendiri dinyatakan tewas pada 14 Oktober 2011 lalu.
Saat di bandara, orangtua korban sempat tidak mengakui itu jenazah anaknya, sehingga menimbulkan kegaduhan. Namun setelah dibuka di RSU Pirngadi Medan, barulah mereka mengakui.
“Memang itu anak saya, wajahnya mirip dengan saya,” kata Benar Sitepu setelah melihat langsung jenazah korban di Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, yang mengaku sempat silap saat di bandara karena ketika dilihatkan wajah mayat tersebut dia tidak dapat mengenali, karena posisi wajahnya menyamping.
Nurlela sempat terkulai lemas dan histeris setelah mengetahui ciri-ciri korban. Namun sayang, jenazah korban tidak diotopsi atau pun di visum et repertum, oleh pihak otopsi RSU Pirngadi Medan. Jenazah korban kemudian disemayamkan di rumah duka di Desa Lau Mulgap, Mardingding, Tanah Karo.
TKI Illegal
Anggota DPD RI asal Sumatera Utara (Sumut), Parlindungan Purba yang melayat jenazah korban di Instalasi Janazah RSUD dr Pirngadi Medan, mengatakan konsulat Malaysia di Medan tidak ada kaitannya dengan masalah ini.
“Kita segera menyurati BP3TKI untuk menyelesaikan hak korban yang
belum diselesaikan oleh pihak perusahaan dimana korban bekerja,” ungkapnya. Dikatakan, korban merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang keluar
dari perusahaan penyalur tenaga kerja yang sebelumnya membawa korban.
“Setelah keluar dari perusahaan yang membawanya, TKI dianggap menjadi ilegal, sedangkan bio data korban saat pada pengiriman jenazah merupakan dari identitas pemutihan dari kedutaan di Malaysia,” sebutnya. Sebab itu, identitasnya dipalsukan agar jenazahnya bisa dipulangkan. Lantas bagaimana nasib pemilik identitas asal Aceh Tenggara tersebut? (don/beritasore)