Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Ir Haryono MSc mengatakan Kabupaten Phak Phak Barat dan Karo akan dijadikan model laboratorium penelitian Balitbang Pertanian.
“Setelah saya berbicara langsung dengan Bupati Pakpak Bharat dan Bupati Karo, terungkap bahwa mereka benar-benar punya keinginan untuk memajukan daerahnya terutama sektor pertanian. Mereka sadar bahwa untuk memajukan sektor pertanian butuh teknologi. Karena itu kami dari Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian merasa tertantang,” ujarnya kepada wartawan di Restoran Lembur Kuring Jalan T Amir Hamzah, Sabtu (28/5).
Saat bertemu dengan Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu dan Bupati Kato Kena Ukur Surbakti, Kepala Balitang Pertanian itu didampingi Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan Dr Hasil Sembiring, Kepala Pusat Litbang Hortikultura Dr Yusdar, Kepala Balai Nesar Penelitian Veteriner Dr Hardiman, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Dr Asrtu Unadi, Kepala Bapai Besar Litbang Pasca Panen Dr Rudy Tjahjohutomo, Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Dr Agung Hendriardi, Kepala BPTP Sumut Didik Harnowo dan lainnya.
Menurut Haryono, pihaknya mulai saat ini akan melakukan penelitian di dua daerah tersebut dan yang sesuai dengan kebutuhan daerah akan coba diterapkan. “Maka kami sebut akan dijadikan model laboratorium penelitian,” ujarnya.
Mengenai empat produk unggulan Kabupaten Pakpak Bharat, gambir, nilam, nenas dan kopi, Haryono mengatakan, empat komoditas itu bukan unggulan Badan Litbang Pertanian. “Meski bukan unggulan, tapi komoditas itu termasuk yang akan kami teliti. Karena itu unggulan Pakpak Bharat maka khusus di daerah ini akan menjadi prioritas penelitian,” ujarnya.
1 juta gambur
Sementara Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu didampingi Asisten II Ir Sustra Ginting MSi dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Ir Mukhtar AW menjelaskan, kabupatennya memang memiliki empat komoditas unggulan yang akan dikembangkan yaitu, gambir, nenas, kopi dan nilam.
“Khusus di tahun 2011 saja pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk program ‘1 Juta Gambir’,” ungkapnya.
Selama ini kata Remigo, gambir telah ditanam secara turun temurun di daerahnya namun sama sekali belum tersentuh teknologi. Maka keberadaan Badan Litbang Pertanian diharapkan mampu memberikan sentuhan teknologi mulai dari pembibitan, pemeliharaan hingga pasca panen.
Di samping itu lanjutnya, mereka juga telah menyiapkan tata niaga termasuk mendirikan BUMD untuk menampung hasil panen. “Dengan demikian harga gambir akan tetap stabil sehingga pendapatan masyarakay bisa meningkat,” ujarnya.
Sementara Bupati Karo Kena Ukur Surbakti lebih mengeluhkan masalah ketersediaan pupuk. Karena itu ia berharap agar Badan Litbang mampu memberikan tekmologi pembuatan pupuk kompos bagi masyarakat. (rrs) analisa