Tarian tradisional etnis Karo, Landek Piso Surit, yang dibawakan 1.184 pelajar di Sumatera Utara berhasil masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia atau Muri dengan jumlah peserta terbanyak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara Naruddin Dalimunthe di Medan, Sabtu (26/11/11) mengatakan, rekor Muri tersebut merupakan suatu kebanggaan sendiri bagi Sumatera Utara, karena keberagaman budaya yang ada di daerah itu dapat menjadi aset yang luar biasa.
Sebelumnya pihaknya menargetkan hanya 1.000 peserta yang akan menarikan Tarian Landek Piso Surit tersebut. Tetapi pada hari pelaksanaan, ternyata jumlah pesertanya melebihi jumlah yang ditargetkan semula.
“Setelah dihitung oleh petugas Muri ternyata jumlahnya mencapai 1.184 peserta. Ini tentunya sangat menggembirakan bagi kita. Ke depan kita akan mengusahakan lagi tercipta rekor Muri baru, dengan tari dari etnis lainnya yang ada di Sumut,” katanya.
Ia mengatakan rekor Muri yang telah dicatat tersebut menjadi aset yang berharga bagi Sumut dalam upaya membangkitkan dunia kepariwisataan di daerah itu. Selain keindahan alam yang ada di Sumut dewasa ini, keanekaragaman budaya yang ada juga diharapkan menjadi daya tarik kedatangan wisatawan.
“Esok harus lebih baik dari hari ini, hari ini lebih baik dari kemarin. Itu adalah moto kita. Kita berharap pariwisata Sumut tahun-tahun mendatang dapat lebih baik lagi. Rekor Muri akan terus kita ciptakan,” katanya.
Deputi Manajer Muri Awan Rahargo mengatakan, dengan penari yang mencapai 1.184 orang, maka Muri mencatatnya sebagai rekor budaya terbaru untuk kategori penari terbanyak untuk tarian Landek Piso Surit di Indonesia.
“Karena memang sebelumnya belum pernah ada yang melakukan atau mempergelarkan tarian etnis Karo tersebut secara massal dengan jumlah yang mencapai ribuan orang,” katanya.
Ia mengatakan, rekor Tarian Landek Piso Surit tersebut merupakan rekor ke-5.211 selama 21 tahun Muri berdiri. Rekor demi rekor diyakini akan terus bertambah mengingat banyak daerah maupun individu di Indonesia yang ingin sekali mengangkat potensi budayanya.
“Ada beberapa kriteria yang bisa dicatat dalam rekor Muri di antaranya belum pernah terjadi dan harus superlatif, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, unik dan langka,” katanya. (kompas)