Dalam sepekan terakhir, harga sayur-mayur di Tanah Karo mulai mengalami peningkatan, sehingga membuat kalangan petani mengaku senang. Berdasar pantauan MedanBisnis, Senin (26/9), di beberapa tempat pengumpulan sayur-mayur di Berastagi, Kabanjahe dan Tiga Panah, peningkatan harga terjadi sekitar 50 – 70% dari harga penjualan petani sebelumnya.
Berdasar pengakuan sejumlah pedagang pengumpul, naiknya harga sayur-mayur yang mereka tampung dari para petani, karena rendahnya produksi dari petani sementara permintaan pasar berbagai daerah cukup tinggi.
“Saat ini sayur-mayur seperti kol, kentang, cabai, sawi putih dan sejumlah sayuran lainnya produksinya di tingkat petani lagi rendah sehingga pasokan sayuran yang bisa kita distribusikan ke sejumlah pasar di berbagai daerah menurun. Ini yang membuat harga pengambilan kita dari petani kita naikkan, karena harga jual di pasar-pasar juga lagi bagus,” kata Milton Purba dan Emi Br.Ginting yang ditemui MedanBisnis di Pasar Berastagi dan Tiga Panah.
Sementara itu, petani yang juga sekaligus pedagang pengumpul sayur-mayur lainnya, Sukino, mengaku cukup gembira dengan adanya kenaikan harga sayur-mayur ini. “Saat ini kalangan petani holtikultura sedikit bisa menikmati hasil panennya karena harga sayur-mayur saat ini sedang bagus, apalagi jika petani itu bisa langsung menjual hasil panen sayurannya ke pasar,” katanya.
Disebutkannya, harga sayuran yang mengalami kenaikan itu seperti kol yang sebelumnya Rp1.700 per kg naik menjadi Rp3.100 per kg, sayur putih dari Rp2.200 naik menjadi Rp4.000 per kg, kentang dari Rp5.500 naik menjadi Rp6.500 per kg, tomat dari Rp4.000 naik menjadi Rp5.000 per kg, cabai merah dari Rp22.000 naik menjadi Rp25.000 per kg.
Kemudian, kol bunga dari Rp2.000 naik menjadi Rp2.700 per kg, brokoli dari Rp2.500 naik menjadi Rp3.000 per kg, labu Rp1.200 naik menjadi Rp1.700 per kg, bawang pre dari Rp4.500 naik menjadi Rp7.000 per kg, sedangkan buah jeruk dan buah terong belanda masih stabil di harga Rp6.500 dan Rp9.000 per kg.
Kenaikan harga sayur mayur ini menurut pengumpul dari UD Juma Pintu, T Purba, karena meningkatnya permintaan di pasar lokal seperti Medan, Aceh, Padang, Jambi dan beberapa kabupaten/kota lainnya, karena pasokan dari berbagai daerah sentra lainnya juga berkurang. “Ini cukup menguntungkan bagi petani dan pedagang,” katanya.
Di samping tingginya minat pembeli, ungkap Purba yang juga sebagai agronomis Pupuk Tabur NPK Bintang Tani ini, dia juga menyesalkan tidak berimbangnya hasil produksi pertanian. “Yang kita sayangkan saat ini produksi lagi turun, padahal memang biasa terjadi saat musim penghujan, harga komoditas sayur-mayur akan naik. Tapi karena produksi yang bisa dihasilkan petani minim, sehingga kebanyakan petani akhirnya tak begitu merasakan keuntungan dari naiknya harga saat ini,” ungkapnya. (edi sofyan/medanbisnis)
Leave a Reply