Lukisan-lukisan Rasinta Tarigan mengekspresikan banyak tema, namun tema paling dominan adalah budaya Karo. Idiom yang digunakan untuk mengekspresikan ide-idenya adalah corak seni modern. Latar belakang Rasinta sebagai orang Karo yang dibesarkan dengan budaya Karo sangat mempengaruhi tema lukisannya. Meskipun Rasinta telah menjalani pendidikan modern, hingga jenjang tertinggi (S3) di Jerman, lukisan- lukisannya mengangkat nilai-nilai lokal budaya Karo. Rumah-rumah tradisional Karo, wanita-wanita Karo, kampung halaman Karo, keindahan alam Karo adalah beberapa tema lukisannya.
Rasinta menjadi pelukis karena dorongan hatinya. Cita-cita menjadi pelukis sudah ada sejak masih kanak-kanak dan keinginan diwujudkan dengan usaha keras, Rasinta belajar pada sejumlah pelukis, dunia akademis senilukis di ASRI Yogyakarta juga pernah dimasukinya meski tidak lama. Rasinta Tarigan pelukis yang juga seorang guru besar bidang kedokteran. Dia seorang Profesor. Setelah tidak aktif sebagai dosen di almamaternya, Rasinta produktif berkarya menciptakan lukisan. Di usianya 70 tahun, karya-karyanya dipamerkan pada tanggal 10-11 September 2011 di Ruang Pamer Kampus IT&B Medan, Jalan Mahoni No. 16 Medan.
Senang Melukis Sejak Kanak-kanak
Lukisan “Putri Hijau” karya Pelukis Rasinta Tarigan.
Rasinta Tarigan lahir di Kabanjahe 30 Agustus 1941. Meskipun senang melukis, latar belakang keluarganya bukanlah keluarga seniman. Kedua orangtuanya tenaga medis (perawat) di Rumah Sakit Zending Sibolangit. Latar belakang pendidikan Rasinta dijalani di sekolah umum, yaitu pendidikan dasar di Sekolah Rakyat. Kemudian dilanjutkan di SMP Nasrani Jalan Candi Biara (1955). Studi di SMA I Medan (1958).
Cita-citanya menjadi pelukis menggebu-gebu, namun dorongan keluarga untuk studi dibidang kedokteran begitu kuat. Rasinta melanjutkan studi di peguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara (USU) di Fakultas Kedokteran Gigi. Studinya berlanjut hingga jenjang doktoral (S3) di Deutsche Akademische Austausch Dients (DAAD) Jerman. Rasinta memanfaatkan waktu luang masa studinya dengan ikut kursus melukis selama studi di DAAD Bonn Jerman. Selain itu, Rasinta juga menggunakan waktu luangnya untuk mengunjungi museum-museum seni di negeri itu.
Sejak kecil Rasinta menggemari lukisan dan komik (cerita bergambar). Dia suka membaca komik Ramayana dan Mahabrata. Sakin sukanya dengan gambar, dia membuat sendiri komik berjudul “Patisumus”. Komik lainnya berjudul “Hutan Larangan”.
Kecintaannya pada dunia senilukis begitu mendalam, Rasinta bekeinginan besar menambah pengetahuan dan ketrampilan melukis, dia pun belajar melukis pada M. Kamel. Tidak puas belajar pada seorang guru, Rasinta berpetualang hingga ke Jawa. Dia masuk studii Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada tahun 1963-1964. Selain itu, Rasinta belajar melukis pada Ng. Bana Sembiring.
Lukisan-lukisan Rasinta cenderung ekspresif representasional. Sapuan kuasnya spontan. Warna-warna lukisanya cenderung warna tersier dan skunder. Warna-warna gelap dikombinasikan dengan warna terang, membuat lukisannya mampu tampil menarik. Pusat perhatian (centre of interest) lukisan dibuat dengan menciptakan warna terang di antara warna gelap.
Komposisi lukisannya balans asimetris dengan menempatkan objek-objek secara bebas, namun tetap tampak seimbang. Manusia, rumah, orang dan adat serta tradisi Karo dilukiskan secara representasional. Sejumlah fragmen budaya Karo terangkai dalam satu frame lukisan, seperti sebuah synopsis.
Budaya Karo dalam perubahan, lukisan-lukisan Rasinta merepresentasikan perubahan dari nilai tradisi ke modern. Rasinta Tarigan meskipun telah bergelar Profesor, Dr. drg, Sp.Kg dan hidup dalam masyarakat modern, unsur-unsur tradisional Karo tidak bisa dilepaskan sama sekali. Lukisan-lukisan karya Rasinta Tarigan menggunakan idiom-idiom seni modern, namun aspek ideologi lukisan berisi nilai-nilai tradisi budaya Karo. Lukisan berjudul Gadis Karo, Rumah Karo, Guru Patimpus, Putri Hijau adalah beberapa tema lukisannya yang menunjukkan hal itu.
Aktif Pameran Lukisan
Sebagai seorang pelukis, Rasinta aktif dalam berbagai kegiatan pameran lukisan tunggal maupun kelompok. Pameran lukisan tidak hanya dilakukan di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Sejumlah kegiatan pameran tunggalnya antara lain pada tahun 1988 pemeran tunggal di PPIA Medan, pembukaan dilakukan oleh KOF Schneider. Tahun berikutnya 1989 pameran tunggal di Taman Budaya Medan, dibuka oleh Kepala Taman Budaya. Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun1996 pameran tunggal di Uni Plaza Medan, dibuka oleh KOF Schneider (Konsul Jerman untuk Medan).
Tahun 1995 Rasinta pameran tunggal di Sanggar Malioboro Medan, dibuka oleh Ir. Nurlisa Ginting. Selanjutnya 1996 pameran tunggal di SIMPASSRI Medan, dibuka oleh Ben Pasaribu. Pameran tunggal ke-7 di Galeri 33 Medan. Pameran tunggal ke-8 di Galeri Milenium Plaza De Best Jakarta Selatan, dibuka oleh Ir. Sarwono Kusumaatmadja. Pameran tunggal ke-9 di Galeri Tondy, dibuka oleh Grace Siregar. Berikutnya pada tahun 1997 pameran tunggal di Herford Jerman.
Selain pameran tunggal, Rasinta aktif dalam kegiatan pameran kelompok. Beberapa aktivitas pameran kelompok diikutinya. Tahun 1985 pameran bersama di Galeri SIMPASSRI Medan. Tahun 1986 pameran bersama Maxy di Galeri SIMPASSRI Medan. Tahun 1987 pameran bersama dengan M. Yatim di PPIA Medan. Tahun 1992 pameran bersama dengan G. Siregar di PPIA Medan. Tahun 1994 pameran bersama dengan G. Siregar di PPIA Medan. Tahun 1995 pameran bersama dengan G. Siregar di HDTI Medan. Tahun 1995 pameran bersama seni eksperimental di Medan. Tahun 1967-1995 pameran bersama pelukis SIMPASSRI di Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Sibolga, Padang, Banda Aceh, Lampung, Jakarta, Solo. Tahun 1998 pameran bersama SIMPASSRI di Medan.
Kolektor Lukisannya
Lukisan-lukisan Rasinta Tarigan termasuk telah banyak dikoleksi oleh sejumlah pecinta senilukis. Karya-karyanya terpajang di sejumlah rumah dan perkantoran. Lukisannya berjudul “Rumah Karo” dikoleksi oleh Prof. EN. Kosasih (Medan). Lukisan berjudul “Beca-Beca” dikoleksi oleh Ir. Pardede. Lukisan berjudul “Nande-Nande” dikoleksi oleh Arris Djuri.
Selain dikoleksi oleh para kolektor tersebut, lukisannya juga dikoleksi oleh kolektor lainnya. Lukisan berjudul “Meniup Suling” dikoleksi oleh Drg. Mercia Sitorus. Lukisan berjudul “Rumah Karo” dan “Ngampekan Tulan-Tulan” dikoleksi oleh CV Union Medan. Lukisan berjudul “Pasar” dikoleksi oleh ibu Suhendra. Lukisan berjudul “Labuhan” dikoleksi oleh kolektor di Sei Kambing Medan. Lukisan berjudul “Ersurdam” dikoleksi oleh kolektor di Jalan Bukit Barisan Medan. Lukisan berjudul “Wanita Karo” dikoleksi oleh Prof. Bucharo Kasim. Lukisan berjudul “Ikan-Ikan” dikoleksi oleh Mr.Urs dari Jakarta. Lukisan berjudul “Wanita-Wanita” dikoleksi oleh Raja Inal Siregar.
Gigih Berkesenian Hingga Usia Senja
Rasinta Tarigan melewati usia 70 tahun. Meski memasuki usia senja, semangatnya berkesenian tidak pernah pudar. Rasinta produktif berkarya menciptakan lukisan, selain itu juga masih sangat bersemangat untuk berpameran. Energinya seperti matahari, menyala terus seolah tidak akan pernah padam. Kegigihan dan semangatnya berkesenian pantas menjadi teladan bagi para pelukis muda. Selamat berpameran Rasinta Tarigan, terus bersemangat menginspirasi kaum muda untuk gigih berkesenian.
Oleh : Dr. Agus Priyatno, M.Sn
Penulis: dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed.