Seniman Karo Fenomenal dan Legendaris
Julianus P Limbeng
Tahun 1992 ketika pertama sekali lagu saya masuk ke dapur rekaman, di studio Nada Tara Medan saat itu, disanalah pertama sekali saya bertemu langsung dengan Jusuf Sitepu dan Ermawati br Karo. Setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu langsung dengan beliau hingga ia meninggal dunia. Namun beliau bagi saya merupakan seniman Karo yang cukup fenomena dan legendaries. Ia tidak hanya mewarnai dan memberikan nuansa baru terhadap kesenian Karo, tetapi menjadi ikon dan sangat popular pada jamannya.
“Sangana berngi nake i Jogjakarta Kuinget lalap seh kal jilena bage Oh Kristina.. Ohhh.. KristinaBeru Jawa-ngku …” Demikianlah salah satu syair lagu yang pernah cukup populer di masyarakat Karo. Tahun-tahun 70-an hingga 80-an, orang Karo tak ada yang tak kenal dengan Jusup Sitepu. Meskipun penampilannya sederhana dan terkesan urakan, namun dari dia telah muncul berbagai lagu yang tidak hanya mewarnai seni suara Karo, tetapi juga memberikan ciri khas tersendiri.
Jusuf Sitepu dilahirkan di Desa Batu Karang, Tanah Karo bertepatan dengan hari Natal, 25 Desember 1947 dari pasangan Mangsi Sitepu dan Tandangen br Peranginangin. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengenyam pendidikan SD hingga SMP di Batu Karang, SMA di Pancur Batu, dan selanjutnyua pada tahun 1967 melanjutkan studinya (kuliah) di Yogyakarta. Sewaktu kecil, Yusuf Sitepu telah menampakkan bakat seninya. Oleh sebab itu ia dibelikan gitar bermerk Kapok saat itu.
Demikian juga ketika studi di Yogyakarta, ia juga pernah memenangkan sayembara lagu Karo memperebutkan piala Letjend Jamin Gintings. Namun kulaihnya di kota gudeg tersebut tidak diselesaikannya, dan pada tahun 1968 ketika ia mudik tahun baru, ia tidak pulang lagi ke Yogyakarta, malah ia berbaur dengan pemuda sebayanya membentuk sebuah grup band “The Giant Group”. Awalnya gup musik ini tidak mempunyai alat musik. Kala ada tawaran main musik, maka mereka akan menyewa peralatan dari Kabanjahe.
Penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari setiap mana tempat mereka manggung. Maklumlah, dengan apa adanya mereka menampilkan kebolehannya, sehingga hal itu menjadi ciri khas grup band Karo ini, terutama melodi-melodi gitar yang dimainkan oleh Jusuf Sitepu. Meskipun merasa berat anaknya berkarir di musik, ditambah karena sifat Jusuf dimata orang tuanya kurang disiplin, namun akhirnya orang tuanya membelikannya separangkat alat band. “Supaya dia tidak kecewa”, kata orang tuanya saat itu, karena sebagai anak bungsu Jusuf Sitepu cukup manja.
Kuta Pernampen merupakan tempat show perdana mereka dari alat band baru tersebut , yaitu pada tanggal 11 November 1968. Pernampen yang terletak di atas bukit dengan pemandangan cukup indah. Menurut intuisi Jusuf Sitepu beserta rekannya Riwanda Sebayang, tidak akan ada yang menandingi (selamanya di atas dan top). Personil The Giant Group saat itu adalah Jusuf Sitepu (Melodi sekaligus penyanyi), Akum Tarigan (Bass), Fransius Surbakti (Ritem), Metehsa Surbakti (Drum), Elia Rosa br Bangun dan Karolina br Purba (vokalis), Riwanda Sebayang (MC).
Sejak penampilan mereka di Pernampen, maka undangan untuk manggungpun terus berdatangan. “Tiada hari tanpa musik”’ demikian kata Jusuf Sitepu saat itu dimana perahtiannya kepada rekan-rekannya dirasakan cukup besar. Sehingga karismanya di dunia musik Karo semakin hari semakin besar. Lagu-lagu yang dibawakannya seperti Onggar-Onggar, Ole-Ole, Yogyakarta, Mahdalena, Sarudung Erdoah-doah, dan sebagainya cukup populer pada masyarakat Karo.
Jusuf Sitepu juga ikut ambil andil menempa regenerasi dalam dunia seni Karo. Setidaknya ia ikut menempa artis Karo lain seperti Ulina br Ginting, Bahagia Surbakti, Elia Rosa br Bangun, Ermawati br Karo, Rusti br Sembiring, dan juga anaknya sendiri Mery Susanna br Sitepu.
Jusuf Sitepu mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting Elia Rosa br Bangun pada tahun 1973. Dan pada tahun 1975 lahir putri mereka Mery Susanna br Sitepu. Namun badai menerpa kehidupan rumah tangga mereka berakhir pada tanggal 3 Maret 1978 di Pengadilan Negeri Kabanjahe. Tahun 1990 Jusuf Sitepu menikah lagi dengan Eliana br Ginting dan dikaruniai dua orang anak Angelia br Sitepu dan You Ananda Sitepu.
Karir Jusuf Sitepu tidak hanya mencipta dan melantunkan lagu-lagu Karo, tetapi tahun 90-an dia juga pernah ikut dalam pentas nasional dengan membawakan lagu-lagu dangdut di Jakarta. Pada tanggal 24 November 1997 dini hari, Jusuf Sitepu terserang stroke dan dibawa ke rumah sakit, namun jiwanya tidak tertolong lagi. Beliau pergi membawa damain menghadap Bapa di Sorga. Tiada lagi isak tangis dihatinya. Selorohnya masih membekas: “Andai aku nanti mati tak usah dikubur, biar anjing melolong memperebutkan tulang-belulangku, dan lalat menari-nari disekujur tubuhku, karena aku adalah manusia yang dilumuri dosa. Hanya pesanku kepada kawan seniman: Berbahagialah dengan ketiadaanmu! Jangan sesali alammu yang berkabut. Sesungguhnya penghibur dihatimu tak pernah terhibur dan tertidur. Selagi murai masih berkicau menyongsong sang mentari. Wahai Seniman ciptakanlah dia menjadi lagu, dan usah harapkan puja dan puji. Walau secuil.., engkau telah mempersembahkan apa adanya”. Kini Jusuf telah tiada, dan ada hasrat untuk memberikan sesuatu bagi Sang Legendaris Karo ini.
Selayaknyalah masyarakat Karo mengapresiasi beliau dalam berbagai bentuk, termasuk mendukung upaya pembangunan monumen/ makam Alm. Jusuf Sitepu yang akan dilakukan oleh panitia saat ini, yaitu Ir. Wisma Sinulingga (Ketua Umum), Arapenta Ginting (Sekretaris Umum), Mery Susanna br Sitepu (Bendahara Umum) dan dilengkapi dengan seksi-seksi. Dukungan itu bisa sifatnya moril, namun juga sangat berarti dukungan materil berupa dukungan dana untuk mewujudkan pembangunan monumen/ makam almarhum Jusuf Sitepu.
Jabatin Bangun (Panitia) bangun mengatakan “Jusuf Sitepu merupakan milik orang Karo, namun kondisi kuburannya saat ini menyedihkan di daerah Binjai, oleh sebab itu ada rencana membangun dan memindahkan kuburannya ke Batu Karang.” Lebih lanjut juga dikatakan bahwa dukungan warga Karo sangat diharapkan, mengingat dia juga banyak berbuat untuk Karo, khususnya kesenian Karo, kata salah Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan Dosen Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta ini. Dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan monumen/ makam ini adalah Rp. 256 juta yang meliputi pembelian tanah, monumen dan patung, upah tukang, pagar dan instalasi listrik. Bagi masyarakat Karo yang merasa terpanggil untuk memberikan sumbangan dapat disampaikan ke Rekening Panitia, Mandiri Tasbi Medan. No. 105-00-0791575-8, an. Mery Susanna Sitepu.
sumber : http://xeanexiero.blogspot.com/2009/07/obituari.html
NB : lagu Yogyakarta dari Jusup Sitepu bisa didengarkan di http://lagu.karo.or.id/jusup-sitepu/yogyakarta/