Coba perhatikan pakaian adat pernikahan suku Karo disebelah ini. Dapatkan dibayangkan bahwa pakaian adat seperti ini sangat jarang dan lanka/unik. Karena pakaian adat ini dihiasi oleh emas. Pakaian adat bertabur emas, tentunya bukan sembarangan dan pasti memilki latar belakang yang tinggi dan kaya. Karena emas merupakan benda yang mulia, maka selain perkawinan Suku Karo itu begitu penting dan juga mulia.
Perkawinan suku Karo adalah mengawinkan dua keluarga besar, mengawinkan tiga kelompok besar yang dikenal dalam Suku Karo yaitu SUKUT (keluarga yang mengawinkan anak lelaki), KALIMBUBU (keluarga pihak perempuan) dan ANAK BERU (Keluarga dari penangung jawab kerja adat).
Emas menghiasi dari kepala hingga ke hiasan leher dan gelang di lengan. Disetiap bagian dihiasi oleh emas. Pakaian ini menunjukkan juga bahwa Suku Karo dari dulunya adalah suku yang kaya, makmur dan terpandang karena aslinya merupakan keturunan raja-raja.
Jika dibandingkan dengan pakaian penganting modern. Pakaian pegantin Karo sunguh tampak luar biasa bahkan ini lebih luar biasa dibanding sekedar pakaian pengatin modern yang putih memanjang itu.
Perkawinan Karo yang bertabur emas ini merupakan sebuah kelebihan dari suku ini. Pakaian adat perkawinan ini merupakan sebuah keunikan dari suku karo menunjukkan bahwa Karo memilki kualitas hidup yang tinggi dengan pengenalan akan jenis logam-logam mulia sedari dulunya.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Kenumgkinan besar karena nenek moyang bangsa Karo di awal abad masehi datang dari sebuah belahan bumi lain yang telah mengenal emas sebagai benda berharga, mereka menemukan dataran tinggi karo yang indah dan subur dan memulai pengidupan dengan komunitas yang baik. sumber
Bapak Rayat Sirulo panggilan Bung Karno di Karo
Bapak rakyat Sirulo begitu nama sapaan Bung Karno yang dijuluki warga Tanah Karo, saat dirinya diasingkan oleh Belanda bersama kedua rekannya, Agus Salim dan Sutan Syahril, tepat di Villa Kubu Jalan Djamin Ginting, simpang Lau Gumbah Berastagi, Kabupaten Karo tahun 1948.
Saat pengasingan selama 12 hari, Soekarno president pertama RI menyempatkan diri menanam pohon cemara kipas, yang menyerupai bentuk batang pohon beringin, dan berdaun cemara. Sehingga warga sekitar menyebutnya dengan pohon Soekarno yang tumbuh kokoh di areal tanah 1,5 hektar.
Fur dan Rizal Sahromi Nasution, dua penjaga bangunan itu mengatakan, Soekarno bersama Agus Salim dan Sutan Syahril diasingkan ke Berastagi saat dirinya bersikeras kepada Belanda, untuk tetap menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia. Namun kelicikan penjajah muncul, untuk mengasingkan Soekarno, hingga mengebom Kota Yogya.
“Pada tanggal 22 Desember 1948, Soekarno dan dua sahabatnya dipaksa naik pesawat oleh Belanda, tanpa memberi tujuan perjalanan mereka. Namun Belanda masih selembar kertas kepada Soekarno dan berpesan bila pesawat sudah berada di atas, maka selembaran surat tersebut dapat dibuka,” terang Fur, sebagai generasi keempat perawat rumah itu, pagi ini.
Saat dirinya sudah berada di atas, Soekarno baru sadar kalau perjalanannya dari Yogyakarta menuju Berastagi dan dia mengatakan kepada pilot tujuan mereka. Saat dalam pengasingan, Agus Salim sempat kesal dengan Soekarno, karena tidak mau memberitahukan keberadaannya kepada Rakyat Indonesia (RI) mengingat dirinya orang nomor satu di Indonesia.
Namun seperti dikenal Republik Indonesia, dengan mempunyai sifat yang tidak gegabah dalam bertindak, Soekarno memilih untuk tetap tenang. Hingga sampai suatu hari, dirinya mendapat kabar dari pembantu tempat beliau dalam pengasingan, dirinya dalam bahaya, yang akan dibunuh dalam waktu dekat oleh Belanda.
“Namun saat itu Bung Karno, hanya diam mendegar ucapan pembantunya yang menyerupai namanya. Namun seketika itu, dirinya langsung membaca Al Quran, dan menulis ucapan ‘jangan percaya dengan omongan orang, namun percaya dengan janji Allah’ kemudian kata-kata diletakkannya ke dalam Al Quran,” terang Fur.
Lebih lanjut dikatakan Fur, sebelum pengiriman Soekarno ke Parapat, warga Tanah Karo sudah mengetahui, orang nomor satu ada di desa mereka. Dan upaya untuk membebaskan dilakukan warga sekitar, hingga terjadi kontak senjata anatara warga sekitar melawan Belanda.
Tepat 1 Januari 1949, Soekarno cs dipindahkan ke Parapat, Danau Toba, dan di sana julukan ‘Bapak Rakyat Sirulo’ (Bapak Kembang Kemakmuran Rakyat), dinobatkan warga Tanah Karo kepada President pertama.
Namun hingga saat ini, ada dua versi mengenai berapa lama Soekarno cs di pengasingan. Versi pertama menyebutkan hanya dua malam Soekarno di Berastagi, dan kemudian dibawa ke Parapat, dan ada sebagian mengatakan 12 hari di vila itu. Hingga saat ini, keterangan tentang berapa lama Soekarno diasingkan di kota wisata tidak ada yang tahu pasti.
Pesanggihan yang berwarna putih, dengan gaya arsitektur tahun 1800, yang terbuat hampir seluruh bagunan terbuat dari kayu jati. Dengan memiliki dua kamar, dan mempunyai luas bangunan 10×20 m.
Di ruang tamu vila itu, dapat ditemui dua patung Soekarno di antaranya patung pemberian Pemkab Karo tahun 2005 yang terbuat dari tanah liat, dan patung lagi duduk yang terbuat dari perak karya Djhoni Basri tahun 2005 pemahat asal pulau Jawa.
Sementara tanpak pada halaman depan patung Bung karno seberat 200 kg dengan bersila duduk, karya Djhoni yang diresmikan oleh Guruh Soekarno Putra pada tahun 2005. Untuk peninggalan yang dapat dilihat oleh pengunjung di pesanggihan Soekarno, di ruang kamar pribadi nomor dua terlihat membentang dua tempat tidur masih kokoh, serta lemari pakaian, meja makan yang semuanya terbuat dari kayu jati, dan berwarna hitam. (waspada)
Pahlawanan Karo 25 Tahun Berperang Melawan Belanda (Perang Sunggal Demi Harga Diri Bangsa)
Seorang Profesor dari Universitas Sumatera Utara yaitu Prof. Ahmad Samin Siregar memiliki catatan penting mengenai sejarah hidup kesultanan diseputaran deliserdang dan perjuangan salah seorang Penguasa Kesultanan melawan Belanda yang dapat dilihat pada link face book ini. Link tersebut adalah ajakan kepada setiap orang yang membacanya untuk mendukung Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti ditetapkan sebagai Pahlawan oleh pemerintah.
Point penting sebagai parameter kepahlawanan yang disampaikan Prof Ahmad Samin adalah:
1. Mereka berjuang mengangkat senjata melawan Belanda yang menguasai/menjajah tanah mereka/Indonesia. Perang ini cukup menyusahkan Belanda karena banyaknya kerugian akibat bangsal tembakau milik perusahaan Belanda yang dibakar masyarakat
2. Mereka berjuang demi bangsa dan harga diri bangsa dengan begitu gigih hingga 25 tahun dan perjuangan ini menjadi catatan sejarah di Belanda. Perang ini merupakan salah satu perang yang terbesar sehingga pemerintah Hindia Belanda harus mengeluarkan ‘Medali Khusus’ untuk menghargai para pemimpin perang ini dari pihak mereka. Hal itu diketahui dari catatan yang terdapat di Museum KNIL, Bronbeek Belanda. Perjuangan seperti ini pasti sangat melelahkan dan menimbulkan korban jiwa dan harta yang ‘tidak terhitung lagi jumlahnya’.
3. Perang ini demi kepentingan rakyat, kepentingan wilayah yang diambil Belanda untuk kepentingan mereka sebagai perkebunan oleh penjajah saat itu. Datuk Badiuzzaman Surbakti dengan rakyatnya mati-matian mempertahankan tanah tumpah darahnya. Perang ini bukanlah perang agama, tetapi perang yang sifatnya nasionalis.
4. Ketegasan dan sikap kepahlawanan yang rela berkorban dan siap mati demi mempertahankan wilayah dari keinginan penjajah selama lebih dari 25 tahun, sehinggaakhirnya dia di dibuang ke Jawa, Sikap ini menjadi teladan bagi keluarga dan handaitolan yang juga ditangkap dan dibuang ke Jawa demi mempertahankan kepentingan rakyat dan wilayah.
5. Sebagai pemimpin perlawanan, Datuk Badiuzzaman Surbakti berhasil menghimpun kekuatan untuk menentang penjajahan Belanda dengan dibantu oleh para pejuang dari berbagai macam etnik seperti dari Karo, Melayu, Gayo, Aceh, dan Jawa eks tentara Belanda. Perang ini tidak lagi mempunyai kepentingan pribadi, tetapi yang muncul adalah kepentingan bersama. Artinya, ‘Perang Sunggal’ ini menjadi perang rakyat semesta. Penghimpunan kekuatan seperti ini menunjukkan adanya rasa kesatuan, persatuan, dan dasar nasionalisme yang mendalam.
Menurut Prof Ahmad Samin, dari kelima paramenter kepahlawanan ini cara berjuang, lama berjuang, motivasi perjuang, sikap perjuangan, dan skoup perjuangan ini layak membawa Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti ditetapkan sebagai Pahlawan oleh pemerintah. Untuk itu sebagai masyarakt KARO, tetap berkeinginan pemerintah menetapkan Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti sebagai Pahlawan oleh pemerintah.
Apa yang diberikan oleh Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti untuk Karo secara khusus dan Indonesia secara umum adalah sebuah teladan yang luarbiasa yang tidak mudah untuk dilakukan oleh orang dimasanya dan juga di masa ini. Dengan menetapkan Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti sebagai Pahlawan oleh pemerintah dan mempelajari sejarah perjuangnnya yang terpanjang di Indonesia DAPAT MENGEMBALIKAN IDENTITAS MORAL DAN KEPAHLAWANAN BANGSA INDONESIA. sumber
Bus Pengangkut PSK Dilempar OTK
KARO- Bus Dinas Sosial Propinsi Sumut membawa wanita pekerja seks komersial (PSK) dari Medan menju Panti Rehabilitasi Wanita Parawasa Berastagi, diserang orang tak dikenal (OTK), Selasa (7/6) malam.
Penyerangan terjadi di Desa Sembahe, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang. Akibat penyerangan itu, kaca depan bagian kiri bus pecah. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Kepala Panti Rehabilitasi Wanita Parawasa Berastagi Drs Halomoan Samosir mengatakan, aksi pelemparan itu terjadi secara tiba tiba, saat bus pengangkut wanita yang dirazia tim gabungan, tiba di sekitar sembahe. Kuat dugaan, penyerang menggunakan mobil minibus.
“Kami berusaha mengejar, namun mobil mereka ( penyerang) melaju dengan kecepatan tinggi,” katanya.
Sementara seorang yang diduga sebagai pelempar lari kearah hutan. Laporan kejadian sudah kita buat,” kata Halomoan.
Wanita malam yang dirazia petugas berjumlah 25 orang dari beberapa lokalisasi di Medan, seperti Simpang Selayang, Gajah Mada dan Petisah.
Dari jumlah itu seorang wanita diketahui masih berumur 15 tahun. Sedangkan sisanya, masih wajah-wajah lama.
“Untuk yang telah pernah kita bina dan tertangkap lagi, dipastikan akan mendapat tambahan masa pembinaan. Biasanya satu semester (6 bulan), akan kita tambah 6 bulan lagi,” ujar Samosir.
Pola pembianaan akan mengedepankan unsur manusiawi, karena selain pemberian bekal ilmu agama, ketrampilan wanita dan mental, kini Parawasa juga mengagendakan pemberiah terapi pshycologi bagi para siswa yang terjaring razia.
Sementara itu, dengan tambahan operasi yang baru dilakukan, kini warga Panti Parawasa Berastagi berjumlah 60 orang. Sejumlah wanita malam itu berasal dari berbagai kota di Sumatera Utara seperti Medan, Tanjung Balai dan Tobasa.(wan) sumutpos
Gerebek Togel, Pistol Ditemukan
Medan- Sat Reskrim Polda Sumut membekuk 9 penulis dan pembeli togel, di Aji Jahe, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sabtu (11/6) siang. Saat penggrebekkan, ditemukan sepucuk pistol airsoft handgun yang diduga milik seorang petugas Bripka MM.
Para tersangka yang diringkus diantaranya, Efendi Pelawi (40), warga Aji Jahe, Tiga Panah yang juga sub agen togel, Kenedi Pelawi (38), Daniel Pelawi (30) dan Minton Pelawi (31), dibekuk di Aji Jahe, Tiga Panah.
Bandarnya, Kasman Ginting (45), warga Jalan Simpang Ujung, Tiga Panah, Tanah Karo bersama empat anggotanya Paulus Sinulingga (29), Malindu Tarigan (33), Kenedy Pelawi (32) dan Pipin Karo-karo (28) dibekuk dikediaman Kasman saat sedang merekap nomor togel.
Menyikapi ditemukannya sepucuk senjata api di lokasi penggerebakan, Kabid Humas Polda Sumut AKBP Raden Heru Prakoso didampingi Dir Reskrim Polda Sumut Kombes Pol Agus A dan Kasubdit III Kriminal Umum (Krimum), Kompol Andry Setiawan SIK mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan.
“Kita sedang berkoordinasi dengan Polres Karo terkait penemuan senjata api milik petugas Bripka MM di lokasi penggrebekkan. Bripka MM sendiri melarikan diri saat dilakukan penggerebekan,” terangnya.
Diucapkan Andry Setiawan, pihaknya juga mengamankan tas milik Bripka MM yang tertinggal. “Untuk saat ini, kita masih menyelidiki kenapa bisa Bripka MM berada di lokasi,” ungkapnya.(jon) sumber
Djasa Tarigan Maestro Musik Karo
Disambut sepi di dalam negeri, tak membuat Djasa Tarigan berhenti bergelut di kesenian tradisional Karo. Eksistensi sebagai putra daerah justru mendapat berbagai penghargaan dari negeri orang.
Pada “3rd International Rondalla Festival Querdas sa Pagkakaysa di Tagum City Philipina”, 12-19 Februari lalu Djasa Tarigan kembali dianugerahkan gelar Maestro Kulcapi Karo. Penghargaan itu diserahkan setelah penampilannya yang dianggap luar biasa oleh seluruh peserta.
Pada penampilannya itu, Djasa Tarigan memainkan lagu “Penganjak Kuda Sitajul” dengan kulcapi. Lagu itu mengisahkan cerita tradisional pada masyarakat Karo tentang seorang panglima pada masa peperangan dengan pasukan Aceh. Panglima tadi kemudian tewas ditembus peluru. Sebagai penghargaan masyarakat menggelar acara setiap tahunnya. Pada acara itu masyarakat meyakini arwah sang panglima hadir lewat suara kulcapi yang dipetik.
“Menurut seorang Maestro di Filipina itu, dia belum pernah mendengar efek suara seperti yang saya mainkan dari alat musik petik yang pernah ditemuinya di berbagai belahan dunia ini. Karena memang kulcapi bisa menimbulkan efek suara unik bila dimainkan menempel di kulit,” tuturnya.
Sebelumnya 2000 ayah dari Rocky Tarigan (25) dan Yanto Tarigan (21) ini dianugerahi gelar Maestro dari pabrikan elektronik asal Jepang, Technics. Gelar itu diberi berkat ide memprogram suara-suara dari musik tradisi masyarakat Karo untuk dimainkan pada keyboard. Ide yang bahkan belum terpikir oleh negeri yang menjadi raja elektronik itu.
Begitu juga dengan gelar maestro pertama yang diraihnya di Belanda. Gelar yang dianugerahkan karena keberhasilan membuat alat musik terpanjang di dunia. Ketika itu Djasa membuat keteng-keteng, alat musik tradisional Karo yang terbuat dari bambu sepanjang sembilan meter. Atraksi saat memainkan alat musik ciptaannya tadi mendapat aplaus dari peserta kegiatan yang digelar di Leiden University Belanda 2001 silam.
Namun semua itu tidak diraih dengan mudah bahkan tidak jarang harus menguras kantong pribadinya. Belum lagi pergolakan batin karena keinginan mengembangkan kesenian tradisional Karo justru membuatnya mundur dari bangku kuliah. Juga kerakusan masyarakat yang keliru melihat karyanya.
Lahir di Kabanjahe 19 Oktober 1963, Djasa kecil juga mewarisi bakat seni dari keluarga yang memang seniman. Untuk mengasah kemampuannya, Djasa berguru pada seniman tradisional Karo, Tukang Ginting (Alm) di Berastagi. Setelah menamatkan pelatihan, anak keenam dari 10 bersaudara ini bergabung dengan grup musik tradisi dan bermain di Hotel Bukit Kubu Berastasi sejak 1982.
Permainan alami yang diperlihatkan ternyata mendapat perhatian dari AP Pasaribu yang kala itu Rektor Universitas Sumatera Utara dan Rizaldi Siagian yang menjabat Ketua Jurusan Etnomusikologi USU. Djasa pun ditawarkan sebagai dosen musik Karo di kampus tersebut. “Setahun juga baru saya kasih jawaban dan itulah jalan saya ke Kota Medan,” kenangnya.
Perkembangan di dunia hiburan kala itu membuat Djasa yang juga aktif bermain musik di pesta-pesta masyarakat Karo sedikit kewalahan. Permintaan pun tidak lagi lagu tradisi semata juga lagu dangdut hingga lagu asing yang tidak mungkin diiringi dengan instrumen tradisional. Maka, mulai 1988 dirinya mengadopsi keyboard mendampingi alat musik tradisi yang tetap dipertahankan.
Inisiatif tadi terus menerus memberinya undangan bermain keliling Indonesia. Tidak itu saja, dirinya bahkan menjadi inspirasi puluhan grup musik Karo di sekitar kawasan Padang Bulan. Berlanjut pada membuat program suara masing-masing instrumen tradisional Karo ke dalam keyboard. Ide yang di satu sisi positif karena membuka lapangan pekerjaan sebagai pemain keyboard sekaligus berdampak negatif dan menyesakkan dada.
“Ide itu mendapat tentangan dari pemerintah dan kampus. Karena sekarang semua acara adat sekalipun hanya menggunakan keyboard. Tidak ada lagi alat musik tradisional yang memiliki interval nada berbeda dengan musik barat pada keyboard. Sekalipun orientasinya pada bisnis tapi situasi ini jauh dari gambaran saya dulu,” tutur pria single parents ini.
Djasa kemudian memutuskan berjalan sendiri memperkenalkan musik tradisional Karo. Bersama sahabatnya yang juga etnomusikolog Irwansyah Harahap mereka mengibarkan sansaka Merah-Putih dan menyanyikan Indonesia Raya di berbagai belahan dunia. Semua itu membuktikan bagaimana kebudayaan negeri ini sudah seharusnya mendapat perhatian pemerintah. Penghargaan yang tulus akan karya sang maestro pun diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Yusuf Kala di Istana Negara 2005 lalu. (jul)
Djasa Tarigan
Lahir : Kabanjahe, 19 Oktober 1963
Istri : Rosnala Br Barus (Alm)
Anak : Rocky Tarigan (25), Yanto Tarigan (21)
Alamat : Jalan Bunga Herba II No.26 Medan
Jabatan : Pemilik Djast Entertaiment
Penghargaan : Maestro Musik Karo di Leiden University Belanda 2000
Maestro dari Technics di Osaka Jepang 2001
Maestro Kulcapi Karo di Manila 2011
Karya : Program instrumen tradisional Karo pada keyboard 1986
Keteng-keteng terpanjang di dunia 2001
Konser Budaya Karo “Semalam di Tanah Karo” di Pardede Hall 2004