PENGUMUMAN NO : 03/PTDP/IX/2013 BERDASARKAN DATA PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI (PVMBG) TERHADAP AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG TAHUN 2010, POTENSI AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG SAAT INI TIDAK AKAN LEBIH BURUK DARI TAHUN 2010. STATUS SIAGA (LEVEL III) SAAT INI MENEMPATKAN KAWASAN DALAM RADIUS 3 KM DARI PUSAT AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG SEBAGAI KAWASAN RAWAN BENCANA III. DILUAR RADIUS 3 KM MERUPAKAN KAWASAN YANG RELATIF LEBIH AMAN. SEBAGAI TAHAP AWAL, POSKO PENANGULANGAN BENCANA GUNUNG SINABUNG MEMUTUSKAN UNTUK MEMPERBOLEHKAN WARGA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI LUAR KAWASAN BERADIUS 5 KM DARI PUSAT AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK KEMBALI KERUMAH MASING-MASING TERHITUNG MULAI HARI JUMAT, 20 SEPTEMBER 2013. 18 DESA YANG BERADA DALAM RADIUS 5 KM DARI PUSAT AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG DIMANA WARGA MASYARAKATNYA BELUM DIPERBOLEHKAN KEMBALI KERUMAH MASING-MASING ADALAH : TORONG KECAMATAN SIMPANG EMPAT GAMBER KECAMATAN SIMPANG EMPAT BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KUTA TONGGAL KECAMATAN SIMPANG EMPAT KUTA MBELIN KECAMATAN NAMAN TERAN SUKANALU KECAMATAN NAMAN TERAN SIMACEM KECAMATAN NAMAN TERAN BEKERAH KECAMATAN NAMAN TERAN SIGARANG-GARANG KECAMATAN NAMAN TERAN KUTA GUGUNG KECAMATAN NAMAN TERAN KUTA RAKYAT KECAMATAN NAMAN TERAN MARDINDING KECAMATAN TIGANDERKET PERBAJI KECAMATAN TIGANDERKET TEMBURUN KECAMATAN TIGANDERKET KUTA MBARU KECAMATAN TIGANDERKET SUKA MERIAH KECAMATAN PAYUNG GURU KINAYAN KECAMATAN PAYUNG SELANDI KECAMATAN PAYUNG CATATAN : BAGI WARGA MASYARAKAT YANG TINGGAL DILUAR RADIUS 5 KM DARI PUSAT AKTIVITAS VULKANIK GUNUNG SINABUNG YANG TELAH MENGUNGSI TAPI MEMILIH UNTUK TETAP TINGGAL DI POS PENGUNGSIAN, MASIH DIIJINKAN UNTUK SEMENTARA SAMPAI ADA KEPUTUSAN POSKO PENANGGULANGAN BENCANA BERIKUTNYA. KABANJAHE, 19 SEPTEMBER 2013 KETUA
gunung sinabung
Pengungsi Gunung Sinabung Jadi 15.281 Orang
Kabanjahe – Warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung terus bertambah. Data terakhir menunjukkan jumlahnya mencapai 15.281 orang.
Petugas posko penanggulangan bencana menyebutkan, penempatan para pengungsi ini sekarang difokuskan di 16 lokasi. Jumlah ini sudah berkurang banyak karena sebelumnya mencapai 23 titik.
“Ada beberapa lokasi penampungan baru yang lebih besar kapasitasnya,” kata petugas posko S. Tarigan, Kamis (19/9/2013) di Posko Penanggulangan Bencana di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut).
Menurut lembar data yang ditandatangani Komandan Tanggap Darurat dan Operasi, Letkol Kav Prince Meyer Putong, pengungsian terbanyak berada di Jambur Sempakata yang mencapai 2.308 orang. Kemudian di Jambur Adil Makmur 1.904 orang dan di Jambur Pulungan sebanyak 1.900 orang.
Kemudian pengungsi terbanyak berikutnya ada di Jambur Tuah Lopati di Jalan Samura, Kabanjahe, sebanyak 1.600 jiwa, di Jambur Dalihan Na Tolu sebanyak 1.406 jiwa. Sementara pengungsian yang paling sedikit berada di Masjid Agung, Kabanjahe, yakni 182 orang. (detik)
Bertarung ke Puncak Petarung
“Awas batuuuuu…,” teriakan keras itu memecah malam sunyi. Dengan bantuan sinar senter, mata liar mencari arah jatuhan batu. Badan bergeser ke tubir tebing, sementara tangan erat mencengkeram akar pepohonan.
Tiba-tiba terdengar suara tak kalah keras, “Aduuuh.” Salah seorang porter, yang berada beberapa langkah di depan, rupanya terlambat menghindar. Tangannya terbentur batuan longsor. Untung hanya terluka kecil.
Walau “hanya” berketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut, pendakian ke Sinabung tidaklah mudah. Batuan rapuh, cadas licin berselimut lumut, dan tanjakan berkemiringan 75 derajat menemani perjalanan, 26 Juli lalu. Demi mengejar matahari terbit di puncak, perjalanan malam pun ditempuh.
Lau Kawar
Sehari sebelum pendakian, Puncak Sinabung diselimuti asap tebal. Digolongkan sebagai gunung api Tipe B—karena tak aktif sejak tahun 1600—Sinabung tiba-tiba meletus, 29 Agustus 2010. Letusan itu menaikkan status Sinabung menjadi Tipe A dan dipantau intensif.
Letusan itu juga menumbuhsuburkan ritual terkait gunung. Jejak ritual berupa sesaji terlihat di sepanjang jalur pendakian, biasanya berupa jeruk peras, daun sirih, dan rokok.
Pendakian diawali dari Danau Lau Kawar. Danau seluas 200 hektar yang siang hari begitu indah berubah misterius pukul 00.30. Pikiran pun melayang pada legenda danau tersebut.
Konon, sebelum jadi danau, Lau Kawar merupakan lahan pertanian. Hiduplah satu keluarga petani. Silih berganti anggota keluarga menunggu ladang, hingga siang itu tiba giliran sang nenek. Sebagaimana biasa, cucunya, Kawar, mengantarkan makanan.
Namun, dalam perjalanan, Kawar kelaparan. Tanpa pikir panjang disantapnya jatah nenek hingga tersisa tulang. Nenek kecewa ketika menemukan bekalnya tanpa lauk-pauk lagi.
Sambil menangis, ia berkata, “Daging pun aku sulit mengunyah, kenapa cucuku tega memberi tulang. Seakan aku tidak berguna lagi di dunia.”
Seketika itu juga hujan lebat turun, disertai petir. Banjir melanda, menenggelamkan Kawar, nenek, dan lahan pertanian sehingga terbentuklah danau yang dinamakan Lau Kawar.
Moral cerita ini barangkali untuk mengingatkan agar menghormati orang tua dan jangan serakah. Namun, di baliknya ada upaya merekonstruksi penciptaan danau. Antropolog dari Universitas Pittsburgh, Pamela J Stewart dan Andrew Strathern, dalam Landscape, Memory and History: Anthropological Perspectives (2003) menyebutkan, formasi alam yang unik, seperti gunung, danau, dan sumber air panas, kerap dikeramatkan. Pantangan dibuat demi menghormati ruang sakral itu.
“Saat mendaki Sinabung, tak boleh berpikir dan berucap kotor, membakar babi atau anjing, karena akan mendatangkan bencana,” kata Sidarta, pemandu pendakian.
Bagi orang Karo, Sinabung bukan sekadar gunung. Dia juga ruang spiritual, yang jejaknya terekam dari sejumlah sesajen di jalur pendakian. Antropolog dari Universitas Sumatera Utara, Sri Alem Sembiring, mengatakan, orang Karo percaya tendi yang mengisi alam semesta. Ritual dilakukan jika terjadi ketidakseimbangan antara tubuh dan tendi. Keseimbangan alam terganggu jika inti kehidupan, seperti tanah, air, dan udara, terusik. Ritual berfungsi menjaga keseimbangan makrokosmos agar tidak terjadi bencana.
Sang petarung
Bertolak dari tepi danau itu, kami mendaki ke puncak. Tidak banyak yang dilihat lantaran gelap. Satu jam mendaki, pepohonan lebat dengan akar menghalangi digantikan bebatuan cadas yang terbentuk dari lelehan lava. Jalan semakin terjal.
Batu-batuan longgar dengan mudah tercongkel dan gugur. Sebelum berangkat, petugas pos pemantauan Sinabung, Armen Putra, mengatakan, aktivitas Sinabung stabil dan aman didaki. Hanya saja, pendaki harus berhati-hati dengan kemungkinan runtuhan batu. Sinabung memang tak bisa diremehkan. Selain jalan terjal, bebatuannya pun rapuh dan mudah longsor.
Tak heran, Sinabung disebut “gunung petarung”. “Ada kepercayaan, jika mau sukses dalam hidup, dakilah Sinabung,” ujar Ita Sembiring, budayawan Karo.
Tiga setengah jam mendaki, kami tiba di area lapang, hanya 10 meter dari puncak. Hari masih gelap. Kami tiba satu jam lebih awal dari jadwal. Kabut tebal turun. Angin menderu kencang, membawa gigil dingin. Kami menunggu di tanah lapang itu, menggelar mantel dan membungkus tubuh dengan pakaian tebal yang dibawa.
Pukul 05.30, langit tetap gelap. Setengah jam berlalu, suasana tak berubah. Kami memutuskan menuju puncak. Berdiri di Puncak Sinabung, seperti tegak di atas awan. Matahari nyaris tak terlihat, bersembunyi di balik kabut. Kami bertahan, menunggu alam bermurah hati membuka diri.
Hanya sekelebatan kabut menyingsing. Tak cukup memberi waktu untuk mengabadikan panorama menawan.
Sinabung memberi kami pelajaran penting, gunung ini sulit diduga dan tak boleh diremehkan. *kompas
Posko Pengamatan Gunung Api Terealisasi di Tahun 2012
Sejak menyandang perubahan status dari gunung api Tipe B menjadi Tipe A, pasca meletus bulan Agustus 2010 lalu, Gunung Api Sinabung, yang teletak di dataran tinggi Karo, terus di awasi 24 jam.
Untuk lebih memaksimalkan pengawasan gunung yang berada di ketinggian 2.460 Dpl itu, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gerologi (PVMBG), bekerja sama dengan Pemkab Karo akan membangun pos permanent pengamat gunung, di kawasan Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.
“Tahun 2012 mendatang, kita targetkan pos pemantau Gunung Sinabung dan Sibayak terealisasi, ” ujar Kepala Pos Pemantau Sinabung, Armen Putra, kepada wartawan di sela sela kegiatan Pelatihan Bagi Penyuluh Mitigasi Gunung Api, yang diselenggarakan Pusdiklat Geologi Bandung, di Hotel Sinabung Berastagi, Kamis (13/11).
Menurut Armen, posisi Gunung Sinabung dan Sibayak yang berdekatan dapat dipantau dari satu lokasi pos pengamatan. Walau Sibayak masih menyandang status Tipe B, namun perlu diteliti secara cermat. Terkait peralatan Siesmograf yang beberapa bulan lalu dicuri oleh oknum tidak bertanggung jawab, Armen menjelaskan, saat ini dalam tahap pemesanan.
“Sebagian alatnya, harus di pesan keluar negeri. Tetapi dalam waktu dekat ini akan tiba,” ujarnya tanpa merinci lebih jauh.
Kembali mengenai Gunung Sinabung, Armen menuturkan, dalam kondisi level II (status waspada, Red) setiap harinya akan ada gempa vulkanik yang bersifat fluktuatif. Meskipun kapasitasnya relatif kecil, yang hanya terdeteksi Seismograf.
Panitia penyelenggara Penyuluh Mitigasi Gunung Api, Pusdiklat Geologi Bandung, Hilman Suardana mengatakan, pelatihan yang digelar dua hari kedepan, menyajikan tiga materi pokok, yaitu, pengenalan gunung berapi, management kedaruratan, dan teknik penyuluhan.
Sementara, Jumat (14/11), akan digelar praktik kerja lapangan (eksekusi).
Mewakili Bupati Karo, Kaban Kesbang Linmas Pol, Drs Suang Karo-Karo kepada Sumut Pos mengatakan, pihaknya menyambut baik kegiatan yang digelar pihak Pusdiklat Geologi. Menurut Suang, belajar dari pengalaman letusan Sinabung tahun lalu, dibutuhkan management yang profesional dalam mengantisipasi sekaligus menangani bencana alam, khusunya letusan gunung api.
“Memang hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo belum terbentuk. Untuk sementara, penanggulangan bencana di bawah naungan Kesbang , Bidang Perlindungan Masyarakat. Dalam waktu dekat, ” papar Suang.
Pasca mengikuti pelatihan yang diikuti empat kecamatan (Payung, Naman Teran, Simpang Empat dan Tiga Nderket), aparatur kecamatan, Kepala Desa, dan tokoh masyarakat dapat memberikan informasi yang benar dan pemahaman terhadap masyarakat, tentang hidup berdampingan dengan gunung berapi serta langkah yang ditempuh jika suatu saat terjadi bencana letusan gunung api. (wan/hariansumutpos)
Sinabung Stabil, Masyarakat Diimbau Tenang
Berita terkait peningkatan aktivitas Gunung Api Sinabung, ditanggapi serius oleh petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di pos pengamatan di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.
Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra, ketika dihubungi Sumut Pos melalui telepon selularnya menjelaskan, hingga kemarin sore, gunung berapi tipe A itu masih stabil berada di level II ( waspada,red) dan tidak ada mengalami peningkatan status.
Hal senada juga disampaikan Kaban Kesbang Linmas, Drs Suang Karo-Karo. Suang mengatakan, penetapan status tersebut merujuk surat edaran Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara nomor : 360/2483/BPBD/2011 tanggal 13 September 2011.
“Tidak ada perubahan status Sinabung, masyarakat diminta tidak panik terhadap isu yang menyatakan kalau Sinabung meningkat aktivitasnya. Surat edaran BPBD terkait status level II Sinabung, juga disosialisasikan ke desa-desa sekitar gunung melalui serat edaran Bupati Karo nomor: 360/1317/Bakesbang/2011,” ujarnya.
Satatment ini dilontarkan Suang Karo-Karo, menyusul adanya berita terkait peningkatan statsu gunung Sinabung. Terpisah, Camat Payung Petrus Ginting, menjelaskan, kalau pihaknya juga kemarin siang, telah dikabari pihak pos pemantau Sinabung, kalau info peningkatan aktivitas Gunung tersebut tidak benar adanya dan kiranya segera disosialisasikan kepada warga.
“Kami meminta Kades agar menyapaikan info yang benar terhadap warga. Sehingga informasi yang simpang siur di tengah masyarakat dapat segera diluruskan dan tidak menimbulkan kepanikan,” ujar Petrus. (wan/sumutpos)
Aktivitas Gunung Sinabung Meningkat
Aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara meningkat sejak kemarin pagi. Kapolres Tanah Karo, AKBP Agung Prasetyoko, membenarkan adanya peningkatan aktivitas Gunung Sinabung tersebut. “Dari informasi yang didapatkan, aktivitasnya meningkat,” katanya.
Namun Agung mengaku belum mendapatkan rincian mengenai peningkatan gunung yang sempat meletus pada Agustus 2010 tersebut.
“Yang mengetahui secara pasti adalah Pusat Vulkanologi (dan Mitigasi Bencana Geologi/PVMBG),” katanya. Meski demikian, kata Agung, pihaknya tetap menyiagakan personel yang siap diturunkan jika peningkatan aktivitas tersebut semakin meningkat.
Polres Tanah Karo juga terus melakukan pemantauan dan mengaktifkan Call Centre untuk mengetahui perkembangan dan segala potensi yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Meski mendapatkan informasi peningkatan aktivitas gunung tersebut, tetapi pihaknya tidak melihat adanya kekhawatiran warga Tanah Karo. “Kondisi masih biasa. Apalagi disana sedang berlangsung pesta adat,” katanya.
Sebelumnya, Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut pernah meletus pada Agustus 2011 sehingga menyebabkan ribuan warga Tanah Karo mengungsi. Dalam catatan PVMBG, Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang masuk dalam kategori aktif diantara gunung lainnya seperti Gunung Anak Krakatau di Lampung, Gunung Papandayan di Garut, Gunung Merapi di Yogyakarta, dan Gunung Karangetan di Sulawesi Utara. (waspada)