• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for kentang

kentang

Produksi Kentang Untuk Ekspor

29 September 2011 by karo Leave a Comment

produksi kentang
Selain nasi atau beras, salah satu komoditi yang menghasilkan karbohydrat adalah kentang. Karena itu, budidaya kentang terutama di tanah karo terus ditingkatkan. Terutama untuk jenis umbian ini yaitu Granola, yang paling sering di cari untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tanah Karo, salah satu daerah agreria utama di Sumut awalnya adalah salah satu produsen kentang untuk kebutuhan Sumut, Indonesia bahkan ekspor ke negara Malaysia dan Singapura. Tetapi berjalannya waktu, petani mulai malas untuk menanam kentang. Dan menggantinya dengan berbagai tanaman lain. Hingga akhirnya kebutuhan kentang tidak mencukupi. Menutupi hal ini, akhirnya pemerintah Kab Karo untuk kembali membudi dayakan kentang sebagai salah satu komoditasnya. “Untuk mengembalikan kejayaan Karo sebagai penghasil sayuran di Sumut, kita akan membudi dayakan kembali penanaman kentang untuk jenis bibit Granola G1,” ujar Bupati Kab Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.

Walaupun kebutuhan untuk ekspor, kentang Granola bukan menjadi pilihan utama, melainkan kentang California (bentuknya seperti kentang siap saji). Tetapi kebutuhan kentang untuk daerah dan nasional, kentang Granola masih dibutuhkan.

Redupnya pamor Karo sebagai penghasil sayuran utama dikarenakan kurangnya pendidikan para petani akan ilmu menanam. Karena untuk pasaran internasional, sayuran yang paling dicari adalah sayuran yang tidak menggunakan pestisida. Sementara para petani di Karo masih menggunakan pestisida, malah berlebihan. “Petani masih banyak yang menggunakan pestisida, sementara dunia internasional, sudah tidak membutuhkan pestisida, karena itu kita akan terus memberikan penyuluhan pada petani akan cara bercocok tanam,” ujar Plt Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Karo, Agustori Tarigan.

Petani Karo selama ini mendapatkan pupuk penggalengan di Jabar dan Jatim. Dengan menggunakan pupuk cair dari penggalengan, berarti tanaman masih menggandung pestisida. Sementara untuk pupuk kompos (alami dari kotoran binatang) tidak dapat dipenuhi. “Perkiraan saya, pupuk kompos untuk menutupi kebutuhan tanaman di Karo itu tidak semuanya mencukupi. Karena kurangnya ternak, terutama di karo sendiri,” ujar Petrus Sitepu yang merupakan ketua pengembangan Karo dan juga pemilik Gundaling Farm.

Menurutnya, hal sangat sulit untuk mengekspor kentang. Karena permintaan yang tidak sesuai dengan standar internasional. “Pupuk alami kurang, sedangkan menggunakan lembah sawit tidak memungkinkan. Karena kebun sawit juga sudah menggunakan limbahnya untuk pupuk kebun.” Ujar Petrus.

Karena itu, menurutnya selain penyuluhan, petani juga membutuhkan pupuk kompos untuk menanam. Sedangkan untuk ternak sapi, di Kab Karo sendiri sangat terbatas. “Kalau menurut saya, minimal 1 rumah tangga memiliki 7 lembu untuk menutupi kebutuhan pupuk kompos seluas 1 Ha,” tambah Petrus.

Sementara itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan semangat para petani di Karo, Bank Indonesia untuk Medan-Aceh memberikan bantuan berupa screen home untuk para petani. “Dengan bantuan ini, petani dapat lebih belajar tentang ilmu menanam kentang. Kentang yang kita pilih juga sebagai alasan bahwa masyarakat kita masih mengkonsumsi kentang, terutama untuk jenis Granola,” ujar pemimpin BI Medan, Nasser Atroft. (Mag-9/sumutcyber)

Filed Under: Pertanian Tagged With: eksport, kentang

Karo Targetkan Produksi 49.826 Ton Kentang

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo menargetkan produksi kentang sepanjang tahun 2011 sebanyak 49.826 ton dari lahan seluas 3.110 hektare. Peningkatan target produksi ini didasarkan pada pengembangan benih kentang dari Granola G0 ke Granola G1 oleh Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) di Tanah Karo. “Pengembangan benih kentang dari Granola 0 ke Granola 1, menjadi dasar Pemkab Karo dan Gapoktan untuk menargetkan produksi kentang sebanyak 49.826 ton kentang untuk masa tanam 2011 ini. Tanah Karo juga masih menyimpan potensi yang besar untuk pengembangan kentang dan itu tidak boleh disia-siakan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Agustoni Tarigan, pada acara Penanaman Perdana Penangkaran Bibit Kentang Granola G1 dan Penyerahan Green House Bantuan Bank Indonesia (BI), serta sarasehan “Permasalahan dan Solusi dalam Budidaya Kentang”, di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe, Rabu (21/9). Hadir juga dalam kegiatan tersebut Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, Pemimpin BI Kantor Regional Sumut dan Aceh Nasser Atorf, Ketua DPRD Karo Siti Aminah Perangin-angin, Ketua Forum Pengembangan Karo Petrus Sitepu, pimpinan bank se-Kabupaten Karo serta Gapoktan Tanah Karo. Dikatakan Agustoni, total lahan kentang di Karo seluas 4.139 hektare. Namun untuk tahun 2011, sasaran untuk produksi hanya 3.110 hektare. Sementara sisanya seluas 1.029 hektare untuk target produksi 2012. Menurutnya, selain untuk konsumsi Karo dan Sumut, kentang produksi daerah ini juga untuk ekspor.

Meski diakuinya, beberapa tahun belakangan ada penurunan ekspor akibat petani di Karo yang masih tergantung pada penggunaan pestisida, sementara pasar Eropa yang merupakan tujuan ekspor sudah beralih kepada tanaman kentang organik. Begitupun petani Karo, tambahnya, akan kembali melirik pasar ekspor dengan melakukan pengembangan bibit kentang. Dengan pengembangan ini, dikatakan Agustono, produksi kentang Tanah Karo bisa naik menjadi 30 ton per hektare dari rata-rata 16 ton per hektare. Meski diakuinya, untuk pengembangan benih kentang masih ditemukan masalah seperti kucuran modal yang masih cukup sulit dari perbankan, namun Gapoktan di Tanah Karo akan tetap komitmen untuk melakukan pengembangan secara kontinu untuk bisa kembali menguasai pasar ekspor.

Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, mengungkapkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian serta penyuluh untuk membantu Gapoktan dalam pengembangan produksi kentang di Tanah Karo. “Kita akan terus bersinergi dengan Dinas Pertanian maupun penyuluh untuk menyokong Gapoktan supaya produksi kentang bisa mencapai target. Ini juga akan menjadi satu titik balik bagi petani Karo untuk kembali bisa menembus pasar ekspor, dimana belakangan semakin susah untuk mengirim dalam jumlah yang besar,” katanya. Pemimpin BI Kantor Regional Sumut dan Aceh Nasser Atorf, mengungkapkan, kebutuhan benih kentang bermutu untuk daerah Sumut khususnya daerah Karo belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan pengembangan atau pun pemulihan benih tanaman kentang agar produksi tercapai. “Dengan adanya varietas unggul dan alur benih yang jelas, bisa menjadi faktor penentu dalam sistem agribisnis dalam meningkatkan produksi kentang di Sumut. Ini juga akan mengurangi benih palsu dan kwadaluarsa yang beredar di pasaran,” ungkapnya. Ia menambahkan, perbankan juga akan konsisten untuk membantu skim kredit bagi petani guna menyokong permodalan. Dalam kesempatan tersebut, BI juga menyerahkan bantuan berupa screen house. Menurut Nasser, permasalahan dalam budidaya kentang granola juga disebabkan tidak tersedianya screen house atau media pembibitan kentang yang steril. “Dengan screen house ini, kemungkinan pengembangan bibit kentang akan bisa menghasilkan produksi kentang yang berkualitas ekspor,” pungkasnya. (elvidaris simamora/medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: kentang, pertanian

Di Tanah Karo Kentang Merah Memiliki Pangsa Pasar Tersendiri

18 November 2010 by karo 2 Comments

Kentang merah yang lebih kaya karbohidrat dan zat besi dan petani menyukai membudidayakan ketntang ini, karena pemeliharaan yang simpel dan relatif tahan penyakit.

Umbi kentang sudah menjadi bahan makanan yang akrab bagi masyarakat. Selain menjadi keripik, kentang bermanfaat sebagai pelengkap sayuran dan olahan makanan lain.

Bahkan, di Eropa, kentang menjadi makanan pokok. Umumnya kentang yang kita kenal dan banyak beredar di pasaran kentang berumbi putih kekuningan. Tapi, ada juga kentang berumbi merah. Kentang jenis ini kulitnya berwarna merah, tapi dagingnya berwarna kuning.

Kentang merah mengandung karbohidrat yang lebih banyak dan berkadar air lebih rendah. Ini membuat olahan kentang menjadi keripik atau makanan lain akan lebih gurih dan lezat. Dari sisi pembudidayaan, kentang merah lebih tahan terhadap hama atau penyakit. Asyiknya, petani bisa menanam kentang merah, baik di dataran medium hingga tinggi.

Meski memiliki keunggulan, saat ini produksi kentang merah masih terbatas. Budidaya kentang merah untuk wilayah Tanah Karo,masih tergolong rendah karena kentang merah ini tidak menjadi unggulan hasil pertanian. Para petani umumnya kebanyakan membudidayakan kentang yang berumbi putih kekuningan yang lajim disebut (kentang grenola dan selektani)..

Petani sekaligus penangkar bibit kentang Ibnu Nufail ketika ditemui wartawan, Minggu (14/11) di ladangnya Desa Aji Julu kecamatan Tiga Panah menuturkan, sudah puluhan tahun silam petani menanam kentang umbi kuning dan hortikultura lain. Namun, upaya ini selalu membawa kecemasan karena tidak ada kepastian kesetabilan harga, bahkan cenderung selalu gagal karena ketinggian lahan yang tidak cocok dan hama.

Ketika itu ia memilih untuk varitas kentang merah, hingga berbuah positif kala ada pelatihan dan ujicoba budidaya kentang merah dari Dinas Pertanian setempat. “Ternyata berhasil, hingga terus kami kembangkan hingga kini,” ujar Ibnu.

Membuat petani senang membudidayakan kentang merah itu, kartena perawatannya tidak rumit. Penanaman bibit kentang sampai panen memakan waktu 100-130 hari. Saat penanaman yang baik itu ketika curah hujan tidak terlalu tinggi. Bibit yang sudah bertunas ditimbun dengan tanah hingga menutupi sebagian umbi. Selanjutnya, sedikit demi sedikit umbi bibit ditimbun dengan tanah. Hingga saat usia bibit enam minggu, sudah bisa ditutupi semua bagiannya dengan tanah dan tersisa tunasnya di permukaan tanah.

Selain petani Ibnu Nufail juga dikenal sebagai Agronomis CV.Bintang Anugrah Pupuk Organik ini, juga memberikan metode pemupukan awal menggunakan pupuk kandang dan empat kali pemupukan susulan sampai masa panen.

Penyemprotan fungisida dilakukan jika tanaman terserang hama saja, seperti jamur pada daun dan orong-orong. tak perlu menyiram karena di sini dingin dan mengandalkan curah hujan,” jelas Ibnu.

Tiga Kali Setahun

Panen kentang biasa berlangsung tiga kali setahun. Namun, penanaman bibit tidak berbarengan. Sekali panen menghasilkan 15 ton dari setengah hektare lahan. menghasilkan 40-50 ton kentang sekali musim panen. Karena itu,ia membutuhkan pasokan kentang dari luar daerahnya. Bahkan, kentang produksi mereka di pasarkan di seputar provinsi Sumatera Utara saja sudah habis.

Geliat budidaya kentang merah di Tanah Karo sudah mulai terlihat. Para Kelompok Tani sudah banyak menyisihkan bibit kentang merah. Sayang, upaya ini belum mendapat dukungan berupa pemasaran yang baik. Dari Pemkab Karo, Ibnu mengaku pemasaran kentang sejauh ini masih mengandalkan tengkulak. Harga jualnya hanya Rp 4.500 perkg. Padahal, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 6000 per kg.

Ibnu Nufail berharap, dengan semakin besar kapasitas produksinya dan produk yang semakin dikenal, pemasaran bisa lebih meluas. “Tentu dengan harga jual di tingkat petani lebih tinggi,” kata Ibnu.

Untungnya, para petani ini tak hanya menjual hasil panennya sebagai kentang konsumsi. Mereka hanya menjual 70 persen hasil panen saja. Sisanya, setelah melewati hasil seleksi, menjadi bibit buat penanaman kentang merah selanjutnya.

Sangat Besar

Usaha penyediaan bibit ini lantaran kebutuhan bibit kentang merah masih sangat besar. Apalagi di Kecamatan Tiga Panah belum ada penghasil bibit kentang merah. “Kendala para petani disini, sulitnya mendapat bibit. Kami mengusahakan bibit selain menjual kentang konsumsi,” kata Ibnu.

Pembibitan miliknya saja bisa menghasilkan bibit kentang merah sekitar 4.500 kg tiap kali panen. Setelah dikurangi kebutuhan bibit untuk anggota kelompok tani, mereka melego 8500 kg bibit kentang merah ke pasaran. Jumlah ini tak memenuhi kebutuhan. Ibnu bilang, tiap kelompok tani butuh 200 kg bibit untuk sekali musim tanam. Tak pelak, para petani di sini harus rela berbagi rata bibit yang ada.

Bibit kentang merah yang bagus itu, umbi yang memiliki permukaan halus dan mungil, berbobot 50 gram.

Ibnu menjual bibit kentang merah seharga Rp 8000 – Rp 9.000 per kg. Dari penjualan bibit, ia bisa mengantongi omzet Rp 30,7 juta setiap kali panen. Adapun omzet penjualan kentang konsumsi mencapai Rp 36,7 juta, ungkapnya.

Ibnu Nufail mengakui menjual kentang konsumsi maupun bibit sama-sama menguntungkan. Tapi, pria ini mengatakan, untung menjual kentang konsumsi lebih besar dari bibit. Marjin keuntungan menjual kentang konsumsi itu mencapai 40persen. “Untung menjual bibit hanya 20 persen, karena ada biaya dari pasca panen sampai menjadi bibit,” katanya.

Proses pembuatan bibit itu, dengan cara mengangin-anginkan umbi kentang di tempat teduh pasca panen. Setelah satu minggu, tunas akan muncul pada umbi. Agar tak terserang jamur, pembibit memberi fungisida pada bibit itu. Seminggu kemudian, saat tunas mulai membesar, bibit siap dijual.

Petani tak bisa langsung menanam bibit yang sudah bertunas ini. Petani harus membuang dulu tunas pertama dan membiarkan tunas kedua muncul. Lalu mereka membuangnya lagi hingga tumbuh tunas ketiga, saat itulah umbi layak tanam. Ke depan, disamping itu dirinya juga melakukan pelatihan membuat bibit untuk mencukupi kebutuhan bibit dan agar mereka tak tergantung pada kelompok tani tertentu.

Produk Unggulan

Sebelumnya, diberitakan kentang merah (solanum Tuberasum) bakal menjadi produk unggulan jika petani di Tanah Karo mau membudidayakan kentang merah, seperti kentang granola.

“Bila dilihat dari beberapa kali hasil panen yang dilakukan petani, kentang merah sangat cocok untuk dijadikan produk unggulan di Tanah Karo, karena kentang merah bisa ditanam di dataran medium antara 500-800 dari permukaan laut,” ujarnya,

Ia mengatakan, kelebihan kentang merah dengan kentang lain atau kentang jenis granula, selain bisa ditanam di dataran medium, juga lebih tahan terhadap serangan penyakit pitok tora (daun layu). Kelebihan lainnya kandungan air lebih rendah sehingga bila dibuat keripik sangat gurih dan renyah. kemudian harga jual cukup tinggi.

Bila harga kentang biasa Rp2.000-Rp4.000 per kilogram kentang merah bisa mencapai harga Rp6.000 per kilogram.”Kalau dari segi teknis tidak mengalami kendala, namun demikian masih sulit untuk mencari bibit,” kata Ibnu.

Menurut dia, karena masih sangat sulit mencari bibit, kentang merah ini masih belum banyak dijual di pasaran umum. Sedang petani yang tengah mencoba menanam kentang merah ada di empat kecamatan yakni, kecamatan Tiga Panah, Merdeka, Naman Teran dan Merek .

Meskipun petani masih kesulitan untuk mencari bibit, pihaknya berkeyakinan kentang merah ini nantinya akan menjadi salah satu produk andalan Tanah karo selain sayur-sayuran. (Analisa)

Filed Under: Pertanian Tagged With: kentang, prospek

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • Sayang
  • Nokoh
  • Tedeh Ateku Kena
  • Urusenndu Ras Dibata
  • Gadis Manis

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2023 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home