Kentang merah yang lebih kaya karbohidrat dan zat besi dan petani menyukai membudidayakan ketntang ini, karena pemeliharaan yang simpel dan relatif tahan penyakit.
Umbi kentang sudah menjadi bahan makanan yang akrab bagi masyarakat. Selain menjadi keripik, kentang bermanfaat sebagai pelengkap sayuran dan olahan makanan lain.
Bahkan, di Eropa, kentang menjadi makanan pokok. Umumnya kentang yang kita kenal dan banyak beredar di pasaran kentang berumbi putih kekuningan. Tapi, ada juga kentang berumbi merah. Kentang jenis ini kulitnya berwarna merah, tapi dagingnya berwarna kuning.
Kentang merah mengandung karbohidrat yang lebih banyak dan berkadar air lebih rendah. Ini membuat olahan kentang menjadi keripik atau makanan lain akan lebih gurih dan lezat. Dari sisi pembudidayaan, kentang merah lebih tahan terhadap hama atau penyakit. Asyiknya, petani bisa menanam kentang merah, baik di dataran medium hingga tinggi.
Meski memiliki keunggulan, saat ini produksi kentang merah masih terbatas. Budidaya kentang merah untuk wilayah Tanah Karo,masih tergolong rendah karena kentang merah ini tidak menjadi unggulan hasil pertanian. Para petani umumnya kebanyakan membudidayakan kentang yang berumbi putih kekuningan yang lajim disebut (kentang grenola dan selektani)..
Petani sekaligus penangkar bibit kentang Ibnu Nufail ketika ditemui wartawan, Minggu (14/11) di ladangnya Desa Aji Julu kecamatan Tiga Panah menuturkan, sudah puluhan tahun silam petani menanam kentang umbi kuning dan hortikultura lain. Namun, upaya ini selalu membawa kecemasan karena tidak ada kepastian kesetabilan harga, bahkan cenderung selalu gagal karena ketinggian lahan yang tidak cocok dan hama.
Ketika itu ia memilih untuk varitas kentang merah, hingga berbuah positif kala ada pelatihan dan ujicoba budidaya kentang merah dari Dinas Pertanian setempat. “Ternyata berhasil, hingga terus kami kembangkan hingga kini,” ujar Ibnu.
Membuat petani senang membudidayakan kentang merah itu, kartena perawatannya tidak rumit. Penanaman bibit kentang sampai panen memakan waktu 100-130 hari. Saat penanaman yang baik itu ketika curah hujan tidak terlalu tinggi. Bibit yang sudah bertunas ditimbun dengan tanah hingga menutupi sebagian umbi. Selanjutnya, sedikit demi sedikit umbi bibit ditimbun dengan tanah. Hingga saat usia bibit enam minggu, sudah bisa ditutupi semua bagiannya dengan tanah dan tersisa tunasnya di permukaan tanah.
Selain petani Ibnu Nufail juga dikenal sebagai Agronomis CV.Bintang Anugrah Pupuk Organik ini, juga memberikan metode pemupukan awal menggunakan pupuk kandang dan empat kali pemupukan susulan sampai masa panen.
Penyemprotan fungisida dilakukan jika tanaman terserang hama saja, seperti jamur pada daun dan orong-orong. tak perlu menyiram karena di sini dingin dan mengandalkan curah hujan,” jelas Ibnu.
Tiga Kali Setahun
Panen kentang biasa berlangsung tiga kali setahun. Namun, penanaman bibit tidak berbarengan. Sekali panen menghasilkan 15 ton dari setengah hektare lahan. menghasilkan 40-50 ton kentang sekali musim panen. Karena itu,ia membutuhkan pasokan kentang dari luar daerahnya. Bahkan, kentang produksi mereka di pasarkan di seputar provinsi Sumatera Utara saja sudah habis.
Geliat budidaya kentang merah di Tanah Karo sudah mulai terlihat. Para Kelompok Tani sudah banyak menyisihkan bibit kentang merah. Sayang, upaya ini belum mendapat dukungan berupa pemasaran yang baik. Dari Pemkab Karo, Ibnu mengaku pemasaran kentang sejauh ini masih mengandalkan tengkulak. Harga jualnya hanya Rp 4.500 perkg. Padahal, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 6000 per kg.
Ibnu Nufail berharap, dengan semakin besar kapasitas produksinya dan produk yang semakin dikenal, pemasaran bisa lebih meluas. “Tentu dengan harga jual di tingkat petani lebih tinggi,” kata Ibnu.
Untungnya, para petani ini tak hanya menjual hasil panennya sebagai kentang konsumsi. Mereka hanya menjual 70 persen hasil panen saja. Sisanya, setelah melewati hasil seleksi, menjadi bibit buat penanaman kentang merah selanjutnya.
Sangat Besar
Usaha penyediaan bibit ini lantaran kebutuhan bibit kentang merah masih sangat besar. Apalagi di Kecamatan Tiga Panah belum ada penghasil bibit kentang merah. “Kendala para petani disini, sulitnya mendapat bibit. Kami mengusahakan bibit selain menjual kentang konsumsi,” kata Ibnu.
Pembibitan miliknya saja bisa menghasilkan bibit kentang merah sekitar 4.500 kg tiap kali panen. Setelah dikurangi kebutuhan bibit untuk anggota kelompok tani, mereka melego 8500 kg bibit kentang merah ke pasaran. Jumlah ini tak memenuhi kebutuhan. Ibnu bilang, tiap kelompok tani butuh 200 kg bibit untuk sekali musim tanam. Tak pelak, para petani di sini harus rela berbagi rata bibit yang ada.
Bibit kentang merah yang bagus itu, umbi yang memiliki permukaan halus dan mungil, berbobot 50 gram.
Ibnu menjual bibit kentang merah seharga Rp 8000 – Rp 9.000 per kg. Dari penjualan bibit, ia bisa mengantongi omzet Rp 30,7 juta setiap kali panen. Adapun omzet penjualan kentang konsumsi mencapai Rp 36,7 juta, ungkapnya.
Ibnu Nufail mengakui menjual kentang konsumsi maupun bibit sama-sama menguntungkan. Tapi, pria ini mengatakan, untung menjual kentang konsumsi lebih besar dari bibit. Marjin keuntungan menjual kentang konsumsi itu mencapai 40persen. “Untung menjual bibit hanya 20 persen, karena ada biaya dari pasca panen sampai menjadi bibit,” katanya.
Proses pembuatan bibit itu, dengan cara mengangin-anginkan umbi kentang di tempat teduh pasca panen. Setelah satu minggu, tunas akan muncul pada umbi. Agar tak terserang jamur, pembibit memberi fungisida pada bibit itu. Seminggu kemudian, saat tunas mulai membesar, bibit siap dijual.
Petani tak bisa langsung menanam bibit yang sudah bertunas ini. Petani harus membuang dulu tunas pertama dan membiarkan tunas kedua muncul. Lalu mereka membuangnya lagi hingga tumbuh tunas ketiga, saat itulah umbi layak tanam. Ke depan, disamping itu dirinya juga melakukan pelatihan membuat bibit untuk mencukupi kebutuhan bibit dan agar mereka tak tergantung pada kelompok tani tertentu.
Produk Unggulan
Sebelumnya, diberitakan kentang merah (solanum Tuberasum) bakal menjadi produk unggulan jika petani di Tanah Karo mau membudidayakan kentang merah, seperti kentang granola.
“Bila dilihat dari beberapa kali hasil panen yang dilakukan petani, kentang merah sangat cocok untuk dijadikan produk unggulan di Tanah Karo, karena kentang merah bisa ditanam di dataran medium antara 500-800 dari permukaan laut,” ujarnya,
Ia mengatakan, kelebihan kentang merah dengan kentang lain atau kentang jenis granula, selain bisa ditanam di dataran medium, juga lebih tahan terhadap serangan penyakit pitok tora (daun layu). Kelebihan lainnya kandungan air lebih rendah sehingga bila dibuat keripik sangat gurih dan renyah. kemudian harga jual cukup tinggi.
Bila harga kentang biasa Rp2.000-Rp4.000 per kilogram kentang merah bisa mencapai harga Rp6.000 per kilogram.”Kalau dari segi teknis tidak mengalami kendala, namun demikian masih sulit untuk mencari bibit,” kata Ibnu.
Menurut dia, karena masih sangat sulit mencari bibit, kentang merah ini masih belum banyak dijual di pasaran umum. Sedang petani yang tengah mencoba menanam kentang merah ada di empat kecamatan yakni, kecamatan Tiga Panah, Merdeka, Naman Teran dan Merek .
Meskipun petani masih kesulitan untuk mencari bibit, pihaknya berkeyakinan kentang merah ini nantinya akan menjadi salah satu produk andalan Tanah karo selain sayur-sayuran. (Analisa)