- Oleh : Dr. Wahyu Tri Atmojo. M. Hum
Bebarapa minggu lalu ada perhelatan hebat di Sumatera Utara. Sumatera Utara terdiri dari 33 pemerintah kabupaten/kota (pemkab/pemko) menyelenggarakan event tingkat regional. Masing-masing pemkab/pemko mengirimkan dutanya untuk bertanding dan beradu nyali serta talenta dalam acara Lomba dan Festifal Seni Siswa Nasional (LFSSN) tingkat SMP.
Ada dua belas cabang seni yang diperlombakan. Seni kriya, vokal grup, kreativitas seni tari, seni baca al-Qur’an, cipta cerpen berbahasa Indonesia, story telling, musik tradisional, menyanyi solo, senilukis, cipta lagu, cipta puisi dan desain motif batik. Masing-masing pemkab/pemko melakukan seleksi di daerahnya masing-masing, kemudian dikirim untuk berlomba di tingkat Propinsi Sumatera Utara.
Dalam pendidikan terangkum unsur pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang terpadu dalam kreativitas dan kepribadian siswa. Pendidikan sebagai salah satu unsur kebudayaan memiliki peran yang strategis.
Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa selayaknya dibekali pendidikan, baik kognitif, afektif dan motorik selaras dan seimbang serta proporsional. Dengan perkataan lain, dia bisa melakukan (psikomotorik). Berdasarkan ilmu yang dimilikinya mereka memasuki tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran. Pembelajaran untuk membekali siswa agar bisa hidup mandiri. Setelah dewasa, tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami. Kompetensi siswa yang mendesak dan harus dimiliki selama proses dan sesudah pembelajaran kemampuan kognitif.
Kesenian merupakan salah satu wadah bagi manusia untuk mengekspresikan diri dan jiwa zamannya. Kesenian juga memiliki posisi strategis dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan seni, siswa akan mampu mengasah kepekaan hati dan nurani. Ppada akhirnya akan memperhalus budi pekerti dan tingkah lakunya. Sebagai upaya memberikan ruang bagi kreativitas dan potensi siswa tingkat SMP di bidang seni dan sastra, event ini harus diselenggarakan. Diharapkan mampu mewadahi berbagai kegiatan seni dan sastra serta mampu mengangkat potensi yang dimiliki siswa, hingga mampu memberikan prestasi dan kebanggaan bagi dunia pendidikan. Lebih jauh lagi akan membina dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam bidang seni dan sastra. Menanamkan sikap apresiasi seni dan sastra terhadap nilai-nilai tradisi yang berakar pada budaya bangsa serta mengembangkan sikap kompetitif dalam diri siswa yang berwawasan global. Tidak dapat dipungkiri, arus globalisasi sangat cepat dan pesat, selalu mengancam generasi penerus kita.
Ajang Kreativitas Anak
Terselenggaranya festifal dan lomba tingkat SMP ini merupakan ajang kreativitas anak. Di dalam sebuah perlombaan pasti ada dua hal yang selalu menyertainya. Dua hal itu menang dan kalah. Dua hal ini merupakan bahan latihan mental bagi peserta didik tingkat menengah pertama. Mereka sama-sama beradu dalam mental dan kreativitas. Bagi pemenang mentalnya pasti terangkat. Mereka dijadikan orang yang berjasa dan memberikan nama baik bagi guru pendamping maupun bagi sekolahnya. Mereka yang belum beruntung/tidak juara, harus lebih siap mentalnya.
Bagi mereka yang menang akan menjadi duta seni bagi Provinsi Sumatera Utara ke tingkat nasional. Kemampuan, kreativitas dan kemahiran mereka diadu secara nasional. Mereka beradu dengan kontestan dari provinsi lain.
Ajang Pembinaan bagi Patron
Mengacu pada teori sosiologi budaya sebagaimana diungkapkan oleh Raymond William, dalam sosiologi budaya itu terdapat tiga aspek pokok dalam lembaga yang berkompeten. Institution (lembaga), content (isi) dan efects (efeknya). Lembaga adalah institusi yang memiliki peran sebagai patron maupun pelindung. Dalam hal ini pemerintah (kepala dinas pendidikan, guru pamong mau pun guru pendamping). Ketika sebuah lembaga budaya menjalankan sebagaimana mestinya, mereka akan mampu dan berhasil menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Demikian sebaliknya. Apabila mereka hanya sekedar sebagai simbol yang gagah dan berbobot tetapi kurang serius dalam menanganinya. Niscaya hasil buruk akan menyertainya dan nantinya sudah tidak dianggap lagi. Kita tidak bisa lepas dari mereka karena memang ada ketergantungan tinggi, yakni hubungan simbiosis mutualisme kerja sama saling menguntungkan. Kalau memang sudah menjadi sebuah patron mempunyai tugas membina, melindungi, bahkan berperan penuh terhadap fasilitas yang diperlukan. Hal itu akan berdampak luar biasa terhadap semua pihak. Ada kebanggaan yang sulit untuk dilupakan, bagi sebuah lembaga. Sebagaimana yang terjadi dalam sebuah kerajaan tempo dulu, seorang raja berperan ganda dalam kerajaan maupun terhadap kelangsungan para empu yang menciptakan karya yang adi luhung. Adi luhung akhirnya mencapai puncak kejayaannya, hingga mendapat predikat klasik. Perhatian serius disertai dukungan dana maksimal membuat kenyamanan bagi para empu. Hal itu sangat terasa, hingga saat ini. Meskipun adakalnya kita hanya bisa memanfaatkan dan sekedar mengembangkan, yang namanya pakem tidak bisa kita tinggalkan.
Content atau isi merupakan produk budaya. Produk yang dihasilkan dalam event ini karya seni, baik senirupa, senitari, maupun seni lainnya yang tergabung di dalam dua belas kategori cabang seni. Produk merupakan hasil kreativitas setiap kontestan yang berjuang dan berusaha keras untuk mendapatkan hasil maksimal. Patut kita apresiasi tinggi, produknya apat dijadikan sebagai langkah awal pembinaan ke depan. Hal ini penting karena ditangan mereka calon-calon generasi penerus patut dibanggakan. Efek adalah dampak bagi kehidupan sosial. Hal ini sudah barang tentu akan memberikan dampak positif bagi lingkungan mereka. Bagaimana tidak, bahwa mereka berjuang dan berusaha untuk menghasilkan produk terbaik. Produk-produk secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi bagi anak lain seusia dengan mereka. Jika karya mereka nantinya dipajang di kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara. Kita tahu kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara tiap hari banyak orang-orang beraktivitas. Selain sebagai media pembelajaran bagi masyarakat luas, akan meningkatkan daya apresiasi tinggi bagi keberlangsungan cipta seni di Sumaera Utara.
Duta Seni Sumatera Utara
Kontestan dalam event FLS2N dari masing-masing propinsi akan berkumpul di Bogor dan Makasar. Menarik mencermati duta dari Sumatera Utara yang dikirim ke tingkat Nasional. Mereka yang meraih juara 1 di masing-masing cabang seni yang dilombakan dijanjikan dikirim sebagai duta atau wakil Sumatera Utara. Hal itu harus menjadi kenyataan, hingga kepercayaan semakin tinggi bagi peserta dan guru-guru pendamping. Seandainya dikemudian hari ada acara lagi dalam event yang sama pesertanya lebih banyak lagi. Setiap pemkab/pemko diwajibkan untuk mengirimkan wakil pada setiap cabang seni. Ini merupakan marwah setiap pemkab/pemko untuk ajang kebolehan kepala dinas pendidikan sebagai patron yang memang dituntut untuk berperan aktif dalam membina dan mengembangkan kesenian.
Dari semua cabang seni yang dilombakan patut mendapatkan apresiasi tinggi. Demikian hal yang menarik, lomba desain motif batik dan seni lukis. Sebagai pemenang pertama dalam lomba desain motif batik adalah Sakinatun Najmi Sibarani yang berasal dari SMPN 2 Tebing Tinggi. Bagi Najmi mungkin sudah terbiasa menggoreskan pensil di atas kertas gambar dengan membubuhkan ornamen, baik ornamen pendukung maupun ornamen utama atau inti. Pendamping atau pendukung artinya Najmi telah memilih motif geometris sebagai hiasan pinggirnya, sedangkan ornamen utama atau intinya menampilkan ornamen tumbuh-tumbuhan yang merupakan perpaduan dari ornamen tradisional Melayu dan Batak. Kita tahu motif geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Ornamen tradisional Melayu dan Batak merupakan sumber budaya lokal Sumatera Utara. Sebagai juara kedua diraih oleh Intan Sari dari SMPN 7 Tanjung Balai. Untuk juara ketiga diraih oleh Raymond Tarigan dari SMP Santa Maria Kabanjahe. Tarigan menampilkan kreativitasnya dengan menggoreskan ornamen Karo sebagai ornamen pokoknya, sedangkan ornamen pendampingnya menggunakan motif boraspati. Ketiga kontestan lomba desain motif batik hasil karyanya memang bisa diaplikasikan menjadi batik dan mereka telah berjuang dengan memperhatikan unsur kreativitas, kemampuan teknis dan komposisi warna. Dalam seni lukis, juri menetapkan Yossi Riza Hidayati dari SMP Harapan I Medan meraih juara1. Juara 2 diraih oleh M. Afandi Sihotang dari SMP I Barumun Tengah Padang Lawas, juara 3 diraih Sarah Agatha dari SMP Sultan Agung Simalungun.
Yossi Riza Hidayati dan Sakinatun Najmi Sibarani yang merebut juara 1 cabang lomba desain motif batik dan lukis merupakan duta seni dari Sumatera utara di tingkat nasional. Agenda nasional berlangsung pada akhir bulan Juni 2011 ini di Bogor dan Makasar. Dengan harapan keduanya bisa lebih konsentrasi lagi, sehingga mampu menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Suka tidak suka mau tidak mau keduanya harus bersaing ditingkat nasional dengan membawa nama Sumatera Utara. Tentunya sebelum berangkat keduanya telah mendapatkan bekal yang maksimal dari patron yakni Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara serta guru pendamping yang telah disiapkan. Banyak hal yang bisa dipetik ketika bersaing ditingkat nasional. Pengalaman sudah pasti merupakan sesuatu hal yang baru. Mereka bisa berdiskusi dan tukar pikiran atau berbagi pengalaman dari daerahnya masing-masing. Mereka bisa melihat dan mengapresiasi karya-karya dari daerah lain yang harapanya ketika nanti pulang bisa disebarluaskan di daerah Sumatera Utara yang kita cintai ini. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah mereka mempunyai sumber daya manusia yang handal dan berkompeten dalam bidang seni. Mereka juga merupakan calon generasi penerus bagi tumbuh dan berkembangnya dunia seni rupa di Sumatera Utara. Semoga! (analisa)
Penulis; dosen seni rupa Unimed dan Kepala Pusat Penelitian Unimed.