Server Streaming Lagu Karo Online Ermasalah
Piga-piga wari enda server streaming lagu karo ermasalah, jadi sewaktu mbegiken lagu-lagu Karo rusur peltep-peltep, enda labo masalahna ibas koneksi internetndu enda masalahna bas server, gundari serverta enda sangana i puhuli, mbera lampas dung :) segelah pagi nggo lancar mbegiken radio sebelang-belang doni nari ras ula lupa mbereken penampatndu gelah radionta enda tetap online bagi biasa.
Donasi untuk menjaga Radio Karo ini tetap online, setiap rupiah yang anda berikan bermanfaat untuk kelangsungan ‘hidup’ radio karo. Donasi bisa diberikan melalui Bank BNI, Mandiri, dan Paypal.
Bujur ras Mejuah juah kita kerina.
Kepala Kemenag Karo Lantik Lima Pejabat
Hukmas & KUB. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Karo, Drs Mardinal Tarigan, MA melantik lima pejabat di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Karo, empat diantaranya merupakan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA).
Keempat Kepala KUA tersebut masing-masing, Ahmad Jazuly Daulay, S.Ag yang sebelumnya Kepala KUA Kecamatan Berastagi menjadi Kepala KUA Kecamatan Tiga Binanga menggantikan Hamdan Harahap, S.Ag yang menjadi Kepala KUA Kecamatan Payung.
Kepala KUA Payung sebelumnya, Maulana Tarigan, S.SosI, MA dimutasikan menjadi kepala KUA Kecamatan Berastagi. Sementara, Syarifuddin Tarigan, S.Ag yang sebelumnya menjabat sebagai Penyuluh Agama Islam dipromosikan menjadi Kepala KUA Kecamatan Juhar menggantikan Amir Sinaga, S.Ag yang memasuki usia pensiun.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Kemenag Karo juga melantik Khairur Rizal Lubis, S.Sos.I yang dipromosikan menjadi Kepala Tata Usaha (KTU) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabanjahe dari sebelumnnya Staf Urusan Agama Islam (Urais) dan Penyelenggara Haji Kemenag Kabupaten Karo.
Dalam sambutannya, Mardinal Tarigan mengatakan, mutasi merupakan hal biasa pada suatu instansi, termasuk Kementerian Agama, guna memberikan penyegaran yang menghasilkan kontribusi bagi instansi yang dinamis dan produktif.
Kepada pejabat yang baru dilantik, Mardinal berpesan, agar memiliki empat hal yang mesti ditanamkan oleh setiap pejabat struktural, masing-masing kompetensi, yaitu kemampuan dalam mengemban amanah dan kepribadian yang bisa menjadi teladan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
“Kemudian, konsep, seorang pejabat harus memiliki konsep atau perencanaan serta yang terakhir, koneksi,yaitu koneksi antar sesama. Tanpa team work atau bekerjasama, berarti kita bekerja sendiri yang akan menimbulkan kesulitan dalam menjalankan tugas,” pungkasnya. (alt/kemenag)
Petani Resah, Harga Jagung di Karo Rp 1.400 per Kg
Setelah harga kentang anjlok kini giliran harga jagung kering di Kabupaten Karo yang tergerus akibat masuknya jagung impor. Saat ini harga jagung di tingkat petani hanya Rp 1.400 per kg. padahal sebelumnya harga sempat bertengger di angka Rp 2.200 per kg.
Agus Sinulingga, salah seorang petani jagung di Desa Kacaribu, Kecamatan Kabanjahe saat di temui MedanBisnis, Selasa (20/12) di sela-sela panen jagungnya mengatakan, setelah mendengar banyaknya jagung impor beredar pasar lokal harga jagung lokal pun langsung turun.
“Kami tidak mengerti apa itu perdagangan bebas yang kami tahu adalah bagaimana harga sayur mayur termasuk jagung ini laku terjual dengan harga menguntungkan, paling tidak balik modal,” ungkap Agus.
Sementara Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Karo Duddy S Utomo kembali mengkeritik kebijakan pemerintah yang tidak pro petani. Di mana setiap ada harga yang menguntungkan petani, di situ pula masuk produk impor seperti kentang yang di datangkan dari Pakistan.
“Begitu harga kentang lokal sudah di atas Rp 4.000 per kg di saat itu pula kentang impor masuk, sehingga hancurlah harga kentang kita di pasaran yang sampai hari ini hanya berkisar Rp1.700 per kg,” jelasnya.
Duddy kembali mempersalahkan pemerintah, dimana selama ini harga jagung bertahan di atas Rp 2.000 per kg tapi tiba-tiba turun tak karuan, sehingga membuat petani jagung di beberapa sentral produksi seperti di Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardindidng dan Kecamatan Payung resah. “Tak sedikit petani yang mempertanyakan anjloknya harga ini kepada pengurus HKTI baik di kabupaten maupun di tingkat kecamatan,” katanya.
Duddy mendukung apa yang sudah dilakukan para pengurus asosiasi jagung melalui anggota DPD RI Parlindungan Purba di Jakarta untuk bisa menghentikan jagung impor tersebut. “Karena jika kita tinjau dari hasil produksi jagung lokal masih mencukupi untuk pasar di Sumatera Utara ini, dan impor itu hanya menguntungkan seseorang saja. Jadi tidak baik untuk dilanjutkan,” ungkapnya. ( edi sofyan/medanbisnis)
Ornamen Rumah Tradisional Karo
Rumah tradisional Karo didesain tahan gempa. Juga memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.
Ernst Cassirer menyatakan manusia sebagai animal symbolicum. Melalui simbol-simbol itu manusia mengungkapkan perasaan, mencari pengetahuan, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu seperti benda-benda yang dapat menunjang keinginan dan kebutuhan hidupnya (Budianto, 2004). Simbol bisa berupa gambar atau benda, yang diyakini masyarakat pendukungnya, memiliki makna tertentu, dan diwariskan oleh nenek moyang.
Sementara itu, antropolog Koentjaraningrat (1996) mengungkapkan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
Indonesia dengan pelbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, memiliki kekayaan budaya, tradisi, dan adat-istiadat yang beraneka ragam, salah satunya terkandung dalam seni arsitektur. Dalam konteks ini rumah tradisional suku Karo—yang secara spesifik dapat dieksplorasi dari ornamen rumah.
Ornamentasi Rumah Karo
Rumah tradisional Karo didesain tahan terhadap gempa dengan usia bangunan mencapai ratusan tahun dan dalam pembuatannya tidak memakai paku. Di samping itu peran guru (dukun) sangat penting terkait letak rumah tradisional yang akan didirikan. Masyarakat Karo percaya akan sifat tanah, bahwa ada tanah yang baik dan tidak baik untuk bermukim di atasnya. Dapat dikatakan seluruh proses dari awal sampai peresmian (mengket) rumah tidak lepas dari nasehat dan peran guru.
Rumah ini kaya akan hiasan-hiasan berupa ornamen yang terdapat pada rumah tinggal atau bangunan hunian biasa, rumah besar yang dihuni oleh delapan keluarga (rumah waluh jabu), dan bangunan istana (tempat tinggal para raja pada zaman dahulu). Ornamen merupakan suatu desain tradisional yang bernilai tinggi yang berkaitan dengan kepercayaan serta memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.
Dalam pembuatannya, ada ornamen yang dipahat maupun diukir. Pengrajinnya disebut penggerga. Seiring dengan kemajuan zaman, para penggerga ini sudah tidak banyak lagi, karena berkurangnya minat masyarakat Karo dalam membangun rumah tradisional.
Simbol dan Kearifan Lokal
Ornamen rumah tradisional Karo berhubungan dengan lambang terkait dengan adat-istiadat. Sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek moyang sebagai hasil dari belajar khususnya melalui alam yang dipercayai mengandung makna khusus. Lebih khusus lagi, menurut Sitepu (dalam Surbakti, 2008), ornamen dipercaya sebagai penolak bala, penangkal roh jahat, dan sebagai media pengobatan juga memperindah bangunan. Bangunan dan ornamen menjadi suatu kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan.
Keseluruhan ornamen dibuat atau diletakkan pada ayo-ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur (bagian dapur), dan pada derpih (bagian dinding). Dan pada atap rumah diletakkan dua atau empat buah kepala kerbau lengkap dengan tanduknya yang dipercaya sebagai lambang kekuatan. Ornamen tersebut meliputi: Pangeret-ret, Embun Sikawiten, Bindu Matoguh, Tupak Salah Silima-lima, dan Tapak Raja Sulaiman.
Pengeret-ret. Bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dinding rumah (derpih) bagian depan—dimaksudkan sebagai pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai dengan gambar dan berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding menjadi kuat. Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah. Ornamen ini melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan, dan kesatuan keluarga.
Embun Sikawiten. Ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari rangkaian awan yang beriringan dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya adalah sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan di bagian bawah). Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi kalimbubu.
Bindu Matoguh. Motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi, melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk bertindak baik, adil, tidak melanggar norma, dan tidak merugikan orang (encikep si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli adalah sebagai penolak bala yang tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan jujur terhadap siapapun.
Tupak Salah Silima-lima. Motif ornamen ini adalah alam/geometris berupa garis menyilang yang membentuk gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari. Melambangkan kesatuan/kekeluargaan merga silima (lima merga) sebagai sistem sosial masyarakat Karo yang utuh, dihormati, dan disegani. Kesatuan dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga tersebut adalah merga induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ornamen tak lain sebagai penolak niat jahat dari adanya keinginan yang hendak mengganggu keutuhan merga silima.
Tapak Raja Sulaiman. Ornamen ini bermotif geometris berupa garis yang menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat. Nama ornamen diambil dari nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti oleh makhluk jahat mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya, Raja Sulaiman merupakan kekuatan yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Karo percaya bahwa ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolong mereka agar terhindar dari ancaman niat jahat, baik yang datang secara nyata maupun tidak nyata. Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan dan makna kekuatan.
Begitulah di balik ornamen itu, termaktub sejumlah kearifan lokal masyarakat Karo. Walau berangsur surut, tak diminati lagi, sepatutnya generasi pelanjut, tak pongah untuk belajar dari nenek moyang. (gong.tikar.or.id)
ditulis oleh : Asmyta Surbakti, Pengajar di Universitas Sumatera Utara.
Dua Truk Pengangkut Dolomit Ditahan Satpol PP Karo
Sebanyak dua unit truk Colt Diesel BK 9569 TN dan BK 8058 SG yang sarat muatan galian C jenis dolomit, ditahan pihak Satpol PP Kabupaten Karo saat melintas beriringan di Desa Payung Kecamatan Payung, Selasa (13/12) sekira jam 21.30 Wib.
Sebelum ditahan, petugas jaga meminta dokumen untuk mengangkut dolomit berupa DO kepada supir, namun DO yang diminta tak dapat diperlihatkan, sehingga kedua unit truk itu tak diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Mendapat informasi itu, Kakan Satpol PP Karo, Irwan Ganti Tarigan, bekerjasama dengan Plt Kadis Pertambangan Karo, Robet Peranginangin, langsung menurunkan anggotanya dan memintai keterangan dari supir truk. Menurut pengakuan supir bahwa mereka mengangkut batu dolomit dari lokasi penggalian milik A Purba yang berada di Desa Susuk Kecamatan Tiganderket.
“Ternyata izin galian milik Andi Purba telah berakhir masa berlakunya. Atas dasar itulah sesuai arahan pimpinan bahwa tidak boleh lagi beroperasi,” ujar Kabid Pertambangan Karo, Evanlit Sembiring kepada kru koran ini saat ditemui di lapangan.
Lebihlanjut dikatakannya, sejauh ini telah banyak izin galian yang tidak dapat diperpanjang karena masuk wilayah register sesuai SK 44 yang diterbitkan Menhut tahun 2005.
“Sesuai data yang kita miliki saat ini izin galian C yang masih berlaku tinggal lima lokasi, satu di desa Kuta Buluh dan empat di Kecamatan Tiganderket yaitu desa Susuk,” ujarnya. (Sempurna/metro24)