Tapi bas enda lit salahna, lagu enda lagu Aceh nina :) hehehe
sumber : Kumpulan Lagu daerah Nusantara, Tifla Khaira
media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.
by karo 2 Comments
Setelah harga kentang anjlok kini giliran harga jagung kering di Kabupaten Karo yang tergerus akibat masuknya jagung impor. Saat ini harga jagung di tingkat petani hanya Rp 1.400 per kg. padahal sebelumnya harga sempat bertengger di angka Rp 2.200 per kg.
Agus Sinulingga, salah seorang petani jagung di Desa Kacaribu, Kecamatan Kabanjahe saat di temui MedanBisnis, Selasa (20/12) di sela-sela panen jagungnya mengatakan, setelah mendengar banyaknya jagung impor beredar pasar lokal harga jagung lokal pun langsung turun.
“Kami tidak mengerti apa itu perdagangan bebas yang kami tahu adalah bagaimana harga sayur mayur termasuk jagung ini laku terjual dengan harga menguntungkan, paling tidak balik modal,” ungkap Agus.
Sementara Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Karo Duddy S Utomo kembali mengkeritik kebijakan pemerintah yang tidak pro petani. Di mana setiap ada harga yang menguntungkan petani, di situ pula masuk produk impor seperti kentang yang di datangkan dari Pakistan.
“Begitu harga kentang lokal sudah di atas Rp 4.000 per kg di saat itu pula kentang impor masuk, sehingga hancurlah harga kentang kita di pasaran yang sampai hari ini hanya berkisar Rp1.700 per kg,” jelasnya.
Duddy kembali mempersalahkan pemerintah, dimana selama ini harga jagung bertahan di atas Rp 2.000 per kg tapi tiba-tiba turun tak karuan, sehingga membuat petani jagung di beberapa sentral produksi seperti di Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardindidng dan Kecamatan Payung resah. “Tak sedikit petani yang mempertanyakan anjloknya harga ini kepada pengurus HKTI baik di kabupaten maupun di tingkat kecamatan,” katanya.
Duddy mendukung apa yang sudah dilakukan para pengurus asosiasi jagung melalui anggota DPD RI Parlindungan Purba di Jakarta untuk bisa menghentikan jagung impor tersebut. “Karena jika kita tinjau dari hasil produksi jagung lokal masih mencukupi untuk pasar di Sumatera Utara ini, dan impor itu hanya menguntungkan seseorang saja. Jadi tidak baik untuk dilanjutkan,” ungkapnya. ( edi sofyan/medanbisnis)
Ernst Cassirer menyatakan manusia sebagai animal symbolicum. Melalui simbol-simbol itu manusia mengungkapkan perasaan, mencari pengetahuan, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu seperti benda-benda yang dapat menunjang keinginan dan kebutuhan hidupnya (Budianto, 2004). Simbol bisa berupa gambar atau benda, yang diyakini masyarakat pendukungnya, memiliki makna tertentu, dan diwariskan oleh nenek moyang.
Sementara itu, antropolog Koentjaraningrat (1996) mengungkapkan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
Indonesia dengan pelbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, memiliki kekayaan budaya, tradisi, dan adat-istiadat yang beraneka ragam, salah satunya terkandung dalam seni arsitektur. Dalam konteks ini rumah tradisional suku Karo—yang secara spesifik dapat dieksplorasi dari ornamen rumah.
Rumah tradisional Karo didesain tahan terhadap gempa dengan usia bangunan mencapai ratusan tahun dan dalam pembuatannya tidak memakai paku. Di samping itu peran guru (dukun) sangat penting terkait letak rumah tradisional yang akan didirikan. Masyarakat Karo percaya akan sifat tanah, bahwa ada tanah yang baik dan tidak baik untuk bermukim di atasnya. Dapat dikatakan seluruh proses dari awal sampai peresmian (mengket) rumah tidak lepas dari nasehat dan peran guru.
Rumah ini kaya akan hiasan-hiasan berupa ornamen yang terdapat pada rumah tinggal atau bangunan hunian biasa, rumah besar yang dihuni oleh delapan keluarga (rumah waluh jabu), dan bangunan istana (tempat tinggal para raja pada zaman dahulu). Ornamen merupakan suatu desain tradisional yang bernilai tinggi yang berkaitan dengan kepercayaan serta memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.
Dalam pembuatannya, ada ornamen yang dipahat maupun diukir. Pengrajinnya disebut penggerga. Seiring dengan kemajuan zaman, para penggerga ini sudah tidak banyak lagi, karena berkurangnya minat masyarakat Karo dalam membangun rumah tradisional.
Ornamen rumah tradisional Karo berhubungan dengan lambang terkait dengan adat-istiadat. Sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek moyang sebagai hasil dari belajar khususnya melalui alam yang dipercayai mengandung makna khusus. Lebih khusus lagi, menurut Sitepu (dalam Surbakti, 2008), ornamen dipercaya sebagai penolak bala, penangkal roh jahat, dan sebagai media pengobatan juga memperindah bangunan. Bangunan dan ornamen menjadi suatu kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan.
Keseluruhan ornamen dibuat atau diletakkan pada ayo-ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur (bagian dapur), dan pada derpih (bagian dinding). Dan pada atap rumah diletakkan dua atau empat buah kepala kerbau lengkap dengan tanduknya yang dipercaya sebagai lambang kekuatan. Ornamen tersebut meliputi: Pangeret-ret, Embun Sikawiten, Bindu Matoguh, Tupak Salah Silima-lima, dan Tapak Raja Sulaiman.
Pengeret-ret. Bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dinding rumah (derpih) bagian depan—dimaksudkan sebagai pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai dengan gambar dan berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding menjadi kuat. Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah. Ornamen ini melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan, dan kesatuan keluarga.
Embun Sikawiten. Ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari rangkaian awan yang beriringan dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya adalah sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan di bagian bawah). Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi kalimbubu.
Bindu Matoguh. Motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi, melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk bertindak baik, adil, tidak melanggar norma, dan tidak merugikan orang (encikep si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli adalah sebagai penolak bala yang tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan jujur terhadap siapapun.
Tupak Salah Silima-lima. Motif ornamen ini adalah alam/geometris berupa garis menyilang yang membentuk gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari. Melambangkan kesatuan/kekeluargaan merga silima (lima merga) sebagai sistem sosial masyarakat Karo yang utuh, dihormati, dan disegani. Kesatuan dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga tersebut adalah merga induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ornamen tak lain sebagai penolak niat jahat dari adanya keinginan yang hendak mengganggu keutuhan merga silima.
Tapak Raja Sulaiman. Ornamen ini bermotif geometris berupa garis yang menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat. Nama ornamen diambil dari nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti oleh makhluk jahat mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya, Raja Sulaiman merupakan kekuatan yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Karo percaya bahwa ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolong mereka agar terhindar dari ancaman niat jahat, baik yang datang secara nyata maupun tidak nyata. Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan dan makna kekuatan.
Begitulah di balik ornamen itu, termaktub sejumlah kearifan lokal masyarakat Karo. Walau berangsur surut, tak diminati lagi, sepatutnya generasi pelanjut, tak pongah untuk belajar dari nenek moyang. (gong.tikar.or.id)
ditulis oleh : Asmyta Surbakti, Pengajar di Universitas Sumatera Utara.
Jeruk impor diyakini masih akan menyerbu pasar Indonesia akibat masih rendahnya kualitas jeruk petani lokal. Apalagi sebagai negara pengimpor jeruk peringkat dua di ASEAN, setelah Malaysia, Indonesia harus siap dengan gempuran jeruk Kino asal Pakistan, yang pada tahun 2012 dipastikan akan melenggang bebas masuk ke Indonesia setelah sebelumnya jeruk Mandarin yang menguasai pasar.
Adanya perdagangan bebas terbatas atau Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dengan Pakistan, mau tidak mau membuat persaingan perdagangan jeruk, khususnya di Sumatera Utara semakin ketat.
Tawaran untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk jeruk, termasuk produk dari Kabupaten Karo, menurut Wakil Menteri Pertanian RI, Rusman Heriawan, mungkin dilakukan dalam waktu dekat.
Ia yang ditemui usai rapat internal dengan Dinas Pertanian Sumut di Garuda Plaza Hotel Medan, Kamis (8/12), mengakui, tidak mudah memberikan label SNI yang selama ini kebanyakan dipatenkan untuk produk industri saja.
Sebenarnya, tambahnya, pihaknya tidak ingin terlalu campur tangan dengan keadaan komoditi yang sudah masuk ke market. Tapi karena banyak importir yang menikmati bisnis impor buah-buahan dan sayuran ini, memaksa pihaknya turun tangan mengatur kembali persaingan.
“Semua perlu waktu. Sekarang memang deras sekali isu impor di Sumut. Sebenarnya publik keliru, karena menganggap itu urusan pemerintah. Padahal seharusnya kita hanya isu strategis. Kalau jeruk, selama mekanisme pasar berjalan ya tidak apa-apa. Tapi karena sudah mengancam, kita akan lakukan pengetatan. Jangan sampai jeruk, bawang merah, kentang, juga diimpor lah. Kasihan petani di Sumut,” ungkapnya.
Pemberlakukan SNI wajib ini tidak bisa secepatnya karena harus memacu kesiapan produk sejenis di dalam negeri. Ia berharap dilakukan juga peningkatan kapasitas petani jeruk di Sumut dengan mengatur kembali proses penanaman, pemupukan hingga pasca panen. Caranya bisa dilakukan dengan memberlakukan penyeragaman bibit unggul dan persiapan lahan yang baik.(ers) (tribunnews)
by karo 19 Comments
Cara untuk mendengarkan Radio Karo Online
berikut ini adalah cara untuk mendengarkan radio karo online :
Bila anda belum mempunyai Winamp, download terlebih dahulu dari Winamp.com. Setelah selesai proses download, install aplikasi Winamp tersebut.
Bagi anda yang sudah memiliki Winamp, buka Winamp, lihat tombol add dibagian paling bawah Winamp anda, lalu klik tombol add tersebut, pada menu yang muncul klik add url (atau dengan cara pintas menggunakan kombinasi tombol ctrl + L)
Pada menu Add Url isikan http://radio.karo.or.id:8000/listen.pls lalu klik open
AIMP2 bisa di download dari www.aimp2.us. Buka AIMP2 lalu tekan kombinasi ctrl + u atau dengan mengklik tanda + dibagian bawah lalu klik URL/Radio, untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini
Pada menu Add Internet Radio Stream Url isikan http://radio.karo.or.id:8000/listen.pls pada URL dan Radio Karo Online pada enter name lalu akhiri dengan mengklik tombol OK. Lalu klik pada Radio Karo Online untuk mendengarkan Radio Karo Online.
Buka http://www.karo.or.id/radio-karo/, klik pada tombol yang dilingkari, seperti gambar dibawah ini
–
untuk menggunakan media/player lainnya akan segera ditambah.