• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for Seni dan Budaya

Seni dan Budaya

Katoneng-Katoneng Kayu Mbulak

28 September 2011 by karo Leave a Comment

oleh: Simson Gintings

Enggo dage dage
Bapa, nande, turang si la erpilihen si la erndobahen
Uga nari kal nge ningku nuri-nuri man bandu kerina
Adi enggo bagenda kal rehna sekerajangenta
Reh dekahna reh ngesekesna bagi gelang perdit
Menam-menam kita lanai ngasup mersansa
Bapa, nande, turang kerina si megi-megi

Ernolih-nolih kal kita rate mesui
Beratna lanai bo langlang
Uga kal nge ndia pertubuh paduka ndube maka bage kal laguna
Ngarap kal kita ia banci jadi lanam erjujung
Inganta ciocio bas wari lego ras wari perudan
Ingan merga si lima ras beru si lima ngadu-ngadu
Ingan anak si nguda nungkun kerna wari si pepagi
Emaka sahun surung me sekali enda kita ngadi rate mesui ndai
Bage kal nina ukurta kerina asum e, nande o nandeku

Tapi uga kel nge ningku gundari nuri-nuri man bandu
Ku pekeri kin pe soraku lanai bo banci seh ku cupingna
Sora gaji si gedang tajina janah erndilap
Enggo ersiung ras sora kayu mbulak
Erikiteken paduka si gedang mbestang
Si teberita merawa la mbiar kai pe
Enggo ngeluken sura-surata ndube
Erpenulak kal ia nandangi ajar si mehuli
Bapa, nande … nande

Ertambah-tambahna kal menda ateta mesui
Seh matanta natap
Enggo mbelang kal ibahan paduka inganta natap-natap
Enggo salang mesai kal kerangen merga si lima ituhtuhi
Adi sitatap kepultaken nari seh ku kesunduten
Lanai kal lit inganta kiranting ndube agi kakana
Ningku suari berngi nderkuh sisada

Emaka ipalu menda gendang sarune
Labo katoneng-katoneng masu-masu
Tapi katoneng-katoneng kayu mbulak
Dalenta niar-niar taneh kemulihen alu iluh erdire-dire
Janahta landek ersembah seh ku taneh
Nembah mungkuk man Dibata
Inganta si tuhu-tuhu nuriken ate mesui
Nande o nandengku

sumber : Sapo Holland

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: katoneng

Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo

23 September 2011 by karo 16 Comments

1. Karo-karo

– Sitepu
dilaki : Ganding
diberu : Goda
– Sinulingga
dilaki : Mangkok/ Suang
diberu : Corah/ Rebo
– Surbakti
dilaki : Getah
diberu : Megoh
– Purba
dilaki : Torong/tokal
diberu : Ngerbo.
– Kaban
dilaki: Cinor
diberu : Topan
– Kacaribu
dilaki: Modul/ Mitut
diberu: Ngerbo
– Ketaren
dilaki: Kolam
diberu: diberu: Cirum
– Sinuraya
dilaki: Tabong
diberu: Lebeng

2. Ginting

– Suka
dilaki : Suka
diberu : Unjuk
– Munte
dilaki : Mburak
diberu : Unjuk
– Babo
dilaki : Gajut/ Dokan
diberu: Merih.
– Sugihen
dilaki:Gurah
diberu: Sulngam
– Manik
dilaki: Mengat
diberu: Tadi.
– Rumah Berneh
dilaki: Raga
diberu:Nggore/Nurih
– Garamat
dilaki :
diberu :
– Tumangger
dilaki :
diberu : Tega

3. Tarigan

– Sibero kesain sebayak
dilaki : Batu
diberu : Pagit
– Sibero kesain rumah lateng
dilaki : Kawas
diberu Lumbung
– Sibero kesain rumah jahè
dilaki : Kawas
diberu : Dombat.
– Silangit
dilaki : Segar
diberu : Dombat
– Tua
dilaki : Mondan
diberu : Pagit/ Ombar
– Sahing
dilaki :
diberu :
– Tambun
dilaki :
diberu :
– Cingkes
dilaki :
diberu :
– Bondong
dilaki :
diberu :

4. Sembiring

– Kembaren
dilaki : Sampèraya/ Rambah
diberu : Loko
– Pelawi
dilaki: Baji
diberu : Lawi
– Gurukinayan
dilaki: Guru
diberu : Nayan
– Meliala
dilaki : Sukat/jambe
diberu : Tekang.
– Brahmana
dilaki : Kawar
diberu: Tawan
– Sinulaki
dilaki: Ropo
diberu: Lencang
– Keloko
dilaki : Ndaram
diberu : Loko
– Pandia
dilaki : Gombang
diberu :
– Depari
dilaki: Gawah
diberu: Talah.
– Maha
dilaki: Pasir
diberu: Daling

5. Peranginangin
– Bangun
dilaki : Tèger
diberu : Girik
– Sukatendel
dilaki : Gantang
diberu : Gomok
– Jambur Beringin
dilaki :
diberu: Amo
– Jinabun
dilaki : Guni
diberu : Picet
– Singarimbun
dilaki : Kerangen
diberu : Rimbun
– Pinem
dilaki: Jaren
diberu: Lompoh
– Sebayang
dilaki : Balandua/ndua/Rabun
diberu :Jengok
– Pincawan
dilaki : Jambor
diberu :
– Kacinambun
dilaki: Njorang
diberu: Ngemban

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: lebuhen kalak karo, panggilan orang karo, ururun merga

Jusup Sitepu : Seniman Karo Fenomenal dan Legendaris

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Seniman Karo Fenomenal dan Legendaris
Julianus P Limbeng

Tahun 1992 ketika pertama sekali lagu saya masuk ke dapur rekaman, di studio Nada Tara Medan saat itu, disanalah pertama sekali saya bertemu langsung dengan Jusuf Sitepu dan Ermawati br Karo. Setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu langsung dengan beliau hingga ia meninggal dunia. Namun beliau bagi saya merupakan seniman Karo yang cukup fenomena dan legendaries. Ia tidak hanya mewarnai dan memberikan nuansa baru terhadap kesenian Karo, tetapi menjadi ikon dan sangat popular pada jamannya.

jusup sitepu“Sangana berngi nake i Jogjakarta Kuinget lalap seh kal jilena bage Oh Kristina.. Ohhh.. KristinaBeru Jawa-ngku …” Demikianlah salah satu syair lagu yang pernah cukup populer di masyarakat Karo. Tahun-tahun 70-an hingga 80-an, orang Karo tak ada yang tak kenal dengan Jusup Sitepu. Meskipun penampilannya sederhana dan terkesan urakan, namun dari dia telah muncul berbagai lagu yang tidak hanya mewarnai seni suara Karo, tetapi juga memberikan ciri khas tersendiri.

Jusuf Sitepu dilahirkan di Desa Batu Karang, Tanah Karo bertepatan dengan hari Natal, 25 Desember 1947 dari pasangan Mangsi Sitepu dan Tandangen br Peranginangin. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengenyam pendidikan SD hingga SMP di Batu Karang, SMA di Pancur Batu, dan selanjutnyua pada tahun 1967 melanjutkan studinya (kuliah) di Yogyakarta. Sewaktu kecil, Yusuf Sitepu telah menampakkan bakat seninya. Oleh sebab itu ia dibelikan gitar bermerk Kapok saat itu.

Demikian juga ketika studi di Yogyakarta, ia juga pernah memenangkan sayembara lagu Karo memperebutkan piala Letjend Jamin Gintings. Namun kulaihnya di kota gudeg tersebut tidak diselesaikannya, dan pada tahun 1968 ketika ia mudik tahun baru, ia tidak pulang lagi ke Yogyakarta, malah ia berbaur dengan pemuda sebayanya membentuk sebuah grup band “The Giant Group”. Awalnya gup musik ini tidak mempunyai alat musik. Kala ada tawaran main musik, maka mereka akan menyewa peralatan dari Kabanjahe.

Penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari setiap mana tempat mereka manggung. Maklumlah, dengan apa adanya mereka menampilkan kebolehannya, sehingga hal itu menjadi ciri khas grup band Karo ini, terutama melodi-melodi gitar yang dimainkan oleh Jusuf Sitepu. Meskipun merasa berat anaknya berkarir di musik, ditambah karena sifat Jusuf dimata orang tuanya kurang disiplin, namun akhirnya orang tuanya membelikannya separangkat alat band. “Supaya dia tidak kecewa”, kata orang tuanya saat itu, karena sebagai anak bungsu Jusuf Sitepu cukup manja.

Kuta Pernampen merupakan tempat show perdana mereka dari alat band baru tersebut , yaitu pada tanggal 11 November 1968. Pernampen yang terletak di atas bukit dengan pemandangan cukup indah. Menurut intuisi Jusuf Sitepu beserta rekannya Riwanda Sebayang, tidak akan ada yang menandingi (selamanya di atas dan top). Personil The Giant Group saat itu adalah Jusuf Sitepu (Melodi sekaligus penyanyi), Akum Tarigan (Bass), Fransius Surbakti (Ritem), Metehsa Surbakti (Drum), Elia Rosa br Bangun dan Karolina br Purba (vokalis), Riwanda Sebayang (MC).

Sejak penampilan mereka di Pernampen, maka undangan untuk manggungpun terus berdatangan. “Tiada hari tanpa musik”’ demikian kata Jusuf Sitepu saat itu dimana perahtiannya kepada rekan-rekannya dirasakan cukup besar. Sehingga karismanya di dunia musik Karo semakin hari semakin besar. Lagu-lagu yang dibawakannya seperti Onggar-Onggar, Ole-Ole, Yogyakarta, Mahdalena, Sarudung Erdoah-doah, dan sebagainya cukup populer pada masyarakat Karo.
Jusuf Sitepu juga ikut ambil andil menempa regenerasi dalam dunia seni Karo. Setidaknya ia ikut menempa artis Karo lain seperti Ulina br Ginting, Bahagia Surbakti, Elia Rosa br Bangun, Ermawati br Karo, Rusti br Sembiring, dan juga anaknya sendiri Mery Susanna br Sitepu.

Jusuf Sitepu mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting Elia Rosa br Bangun pada tahun 1973. Dan pada tahun 1975 lahir putri mereka Mery Susanna br Sitepu. Namun badai menerpa kehidupan rumah tangga mereka berakhir pada tanggal 3 Maret 1978 di Pengadilan Negeri Kabanjahe. Tahun 1990 Jusuf Sitepu menikah lagi dengan Eliana br Ginting dan dikaruniai dua orang anak Angelia br Sitepu dan You Ananda Sitepu.

Karir Jusuf Sitepu tidak hanya mencipta dan melantunkan lagu-lagu Karo, tetapi tahun 90-an dia juga pernah ikut dalam pentas nasional dengan membawakan lagu-lagu dangdut di Jakarta. Pada tanggal 24 November 1997 dini hari, Jusuf Sitepu terserang stroke dan dibawa ke rumah sakit, namun jiwanya tidak tertolong lagi. Beliau pergi membawa damain menghadap Bapa di Sorga. Tiada lagi isak tangis dihatinya. Selorohnya masih membekas: “Andai aku nanti mati tak usah dikubur, biar anjing melolong memperebutkan tulang-belulangku, dan lalat menari-nari disekujur tubuhku, karena aku adalah manusia yang dilumuri dosa. Hanya pesanku kepada kawan seniman: Berbahagialah dengan ketiadaanmu! Jangan sesali alammu yang berkabut. Sesungguhnya penghibur dihatimu tak pernah terhibur dan tertidur. Selagi murai masih berkicau menyongsong sang mentari. Wahai Seniman ciptakanlah dia menjadi lagu, dan usah harapkan puja dan puji. Walau secuil.., engkau telah mempersembahkan apa adanya”. Kini Jusuf telah tiada, dan ada hasrat untuk memberikan sesuatu bagi Sang Legendaris Karo ini.

Selayaknyalah masyarakat Karo mengapresiasi beliau dalam berbagai bentuk, termasuk mendukung upaya pembangunan monumen/ makam Alm. Jusuf Sitepu yang akan dilakukan oleh panitia saat ini, yaitu Ir. Wisma Sinulingga (Ketua Umum), Arapenta Ginting (Sekretaris Umum), Mery Susanna br Sitepu (Bendahara Umum) dan dilengkapi dengan seksi-seksi. Dukungan itu bisa sifatnya moril, namun juga sangat berarti dukungan materil berupa dukungan dana untuk mewujudkan pembangunan monumen/ makam almarhum Jusuf Sitepu.

Jabatin Bangun (Panitia) bangun mengatakan “Jusuf Sitepu merupakan milik orang Karo, namun kondisi kuburannya saat ini menyedihkan di daerah Binjai, oleh sebab itu ada rencana membangun dan memindahkan kuburannya ke Batu Karang.” Lebih lanjut juga dikatakan bahwa dukungan warga Karo sangat diharapkan, mengingat dia juga banyak berbuat untuk Karo, khususnya kesenian Karo, kata salah Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan Dosen Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta ini. Dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan monumen/ makam ini adalah Rp. 256 juta yang meliputi pembelian tanah, monumen dan patung, upah tukang, pagar dan instalasi listrik. Bagi masyarakat Karo yang merasa terpanggil untuk memberikan sumbangan dapat disampaikan ke Rekening Panitia, Mandiri Tasbi Medan. No. 105-00-0791575-8, an. Mery Susanna Sitepu.

sumber : http://xeanexiero.blogspot.com/2009/07/obituari.html

NB : lagu Yogyakarta dari Jusup Sitepu bisa didengarkan di http://lagu.karo.or.id/jusup-sitepu/yogyakarta/

Filed Under: Seniman Karo Tagged With: jusup sitepu

Sejarah Siwah Sada Ginting

4 September 2011 by karo 2 Comments

sejarah siwah sada ginting
PUSTAKA GINTING: Si Matangken Sibayak Lau Lingga

Maka lit me turin-turin Ginting mergana i Urang Kalasen nari ku Tinjo, emaka tubuh me anak pengulu Tinjo sintua sekalak anak dilaki, i tiktikna warina niat akapna, emaka ipepulungna kalimbubuna ras anak beruna,”Bunuhlah anak enda, adi la kin ibunuh mate me aku” bage nina pengulu Tinjo kempak kalimbubuna ras anak beruna, “Adi bunuh nindu bunuh” nina kalak e ngaloi, emaka reh agi pengulu Tinjo “Ola ibunuh, banci kami lawes, kawan enda dua ras aku jadi sirembahku, maka lawes kami kujuma” nina agi pengulu Tinjo, emaka lawes me agi pengulu Tinjo kujuma ibabana anak e,ikut ras ia dua kalak man sirembahna.

Seh i juma ibuat bapa ngudana ndai duruh mbetung man inemen anak e. Maka tubuh anak kerbo bapa ngudana ndai, jagat indungna jagat anakna, i bunuh anak kerbona ndai. Bas kesain sapah galuh sitabar sengkebenna, itambatkenna kerbona bas batang galuh sitabar ndai, gempang kerbona ndai emaka minem anakna ndai erlape-lapeken galuh sitabar.

Sakit me pengulu Tinjo i rumah Tinjo, e maka itenahkenna me agina ndai kurumah,
“Laweslah kena, ola kena i taneh enda” nina pengulu Tinjo man agina.
“Adi lawes aku kaka, apai kuembah taneh sempukul si Urang Kalasen nari ndube, ugapa enda penimbang?”
“Ni japa perkutan mehuli, i buat tanehna sempukul kenca itimbang, seri kenca timbangenna mehuli” nina Tinjo.
“E maka si Matangken ban gelar anak e, ipantangkenna gia galuh sitabar ras kerbo jagat ras mbetung” nina ka pengulu Tinjo.

E maka lawes me si Matangken ras bapa ngudana ndai, itegu-teguna iteguna kerbona sijagat. Gedang-gedang dalan itimbangna lalit si seri ras taneh si Urang Kalasen nari ndube, seh i Lau Lingga itimbangna tanehna emaka seri, maka ije pajekkenna kutana.

“Sibahan gelah sidingta ku deleng e” nina si Matangken pak bapa ngudana. Pepagina ielarna sidingna ndai, kena me anak nini Si Raja Umang sekalak diberu simehuli kel rupana. “Kai ko maka kena sidingku enda?” nina si matangken man diberu ndai. “Ula aku iperengko kam, aku ndabuh ibas langit nari, de sikel kam mehuli man bandu aku njadiken kam jadi Sibayak Lau Lingga enda, tapi erbelawan : Adi anak umang ndabuh bas langit nari engko nindu, mate aku nindu” nina pak si Matangken, e maka deleng Sibolangit gelarna deleng ndai, jenari maka erjabu si Matangken ras anak nini Raja Umang ndube.

“Adi enggo kam erjabu, niperkuanken gelah dibatandu” nina kalak pak Si Matangken si enggo jadi Sibayak Lau Lingga, e maka itenahkenna me guru sibaso gelah erkuan ia ras dibatana.

Bahan karang kerbo ras karang kuda nina dibatana ndai. Tapi lalit kerbona, e maka megombang kalak man Sibayak Lau Lingga,
di bahan karang kerbo nina dibatandu ndai ibahan nina kalak. Ban gombangna kalak ndai ibahanna kerabangenna enca ierukna, erpagi-pagi kenca italangina , tapi lalit kerbona seh empat berngi.

Pelima wariken italangina reh me suah i deleng Pujan nari telu puluh kerbo pinter ku karangna ndai, e maka percibalen belo Deleng Pujan. Enggo mehuli me Sibayak Lau Lingga, jenari reh me Perangin mergana I Tambahen nari tergelar si Pinem.

“Mehuli kam tuhu, sada sitik pandangenku ertapinken lau belin kuidah kam?, ibas baluren i duru kutandu enda min bahan lau” nina si Pinem, kenca enggo idahna ulu baluren ndai, tapi la seh ku berneh, e maka bage nina man Sibayak Lau Lingga, “Adi ngatek kam erban lau jenda, banci gia kam empo, tapi emas ban kam pancurna, tapi pulung kam ras kalimbubundu ras anak berundu, pulungenna belo siwah sepulusa, bulang-bulang selembar”

cibalkenna belo bas bernehen lau siidahna ndai. “I jenda ikali, enggo kubegi sora lau ndai”, emaka ije i kalina, seh maka enggo reh lau ndai, e maka ipalerkenna ku berneh. E maka empo me si Pinem ku jabu Sibayak Lau Lingga, itepana pancurna pancur emas sesta.

Adi ku lau Sibayak ridi isembungkenna pancur emas, kenca dung ia ridi iembahna ka ku rumah pancur emas ndai. E maka lawes ma si Pinem ku Pinem majek kuta ije, ije tubuh anakna sintua dilaki gelarna si Enggang, e maka asakai Pinem mergana i kuta Pinem nari bena-benana.

E maka ibahan Sibayak Lau Lingga Balai Selawang ingan perjumpanna ras pengulu Pinem. Reh me Karo-karo mergana i Linggaraja nari, tergelar si Mandoropih ku Pinem, i peempo pengulu Pinem si Mandoropih, e maka asakai karo-karo mergana tinadingen si Mandoropih i Pinem nari bena-benana.

Jenari jumpa pengulu Pinem ras Mandoropih ras Sibayak Lau Lingga e maka ipajekkenna Balai Pengulu Balang. “Adi la dung ranan sinijenda maka ibaba ku Balai Selawang” nina Sibayak Lau Lingga. Lit me sada agi Sibayak Lau Lingga si Berneh gelarna, lawes ku rumah berneh Juhar, e maka lit Balai Uruk berteng Juhar balai perjumpan Sibayak Lau Lingga ras agina pengulu rumah berneh Juhar.

Si Tindang i Gurubenua ku Suka Lit sada anak Sibayak Lau Lingga sintua si Tindang gelarna, ipindona taneh sempukul si Urang Kalasen nari ndube. “Ugapa penimbang taneh enda?”

“Ni japa akapko perkutan mehuli, i buat tanehna sempukul kenca itimbang, seri kenca timbangenna mehuli”, nina bapana Sibayak Lau Lingga, e maka lawes si Tindang ku Gurubenua janah idapetina lit kalak perdagang-dagang i Gurubenua, ibuat si Tindang taneh Gurubenua sempukul itimbangna, maka seri timbangennna, ije me ipantekna kutana.

Tubuh me anakna sintua i Gurubenua bagi gundur tempasna, itamana ku bas guci, seh sepuluh anakna tubuh bagi gundur, tamakenna rusur kubas guci. Jenari reh me Guru Pakpak Sipitu sendalanen ikatakenna nakanna man pengulu Gurubenua, tupung ia ercakap-cakap i rumah, iturikenna me kerna pertubuh anakna ndai.

E maka buat amak pitu lapis, bulang-bulang ban kundulenna, nina Pakpak Sipitu sendalanen pak pengulu Gurubenua. Jemaka iangkati kalimbubuna ras anak beruna anakna si bagi gundur ndube sepuluhna ku bas rumah, itamana ku babo bulang-bulang ndai.

Pegancih Pakpak Sipitu sindalanen ertabas erbungkus bulang-bulang mbentar, e maka naper sepuluhna si bagi gundur ndai. E maka enggo jadi jelma sepuluhna, sada diberu siwah ia dilaki.

“Adi kuakap bas warina niat anakndu singuda enda, mena kenca erdalin, laweslah kam, adi la kam lawes mate me kam”, nina Pakpak Sipitu Sedalanen kempak bapana pengulu Gurubenua.

Anakna sisepuluh ndai sada diberu si Bembem gelarna, sidilaki sada gelarna si Babo, sada gelarna si Gurupatih, sada gelarna si Suka, sada gelarna si Beras, sada gelarna si Sugihen, sada gelarna si Jadibata, sada gelarna si Bukit, sada gelarna si Garamata, ras sada gelarna si Jertambun, si Babo ema anakna singuda, si Jertambun eme sintua. E maka siwah lubukna perpangiren i tapin Lau Guci Gurubenua.

E maka lawes me bapana iikut-ikut biangna pitu, ibabana taneh sempukul si Urang Kalsen nari ndube, janahna erdalan isalitina kayu tandana mbiar ia terpatpat, seh ia i Suka ibuatna tanehna sempukul jenari itimbangna seri timbangenna, e maka pajekkenna dagangna i Suka.

Ibas sada wari la teridah biangna si pitu ndai, e maka isuruhna temanna ku Gurubenua ndaramisa, tapi lalit je biangna ndai.
Seh empat berngi reh biangna ndai, jenari lawes ka biangna ndai iikut-ikutna arah pudi. Lit beru Samura juma medem maba-maba anak, la ipediat kalak rumah Samura.

“Kam bage mere biangku enda?” nina si Tindang
“Ue, aku” nina beru Samura
“Nggit dage kam bangku?” nina Tindang
“Nggit” nina beru Samura, e maka ibabana beru Samura ku Suka. E maka lit kerangen salit i Suka.

Ginting si siwah sada

Bas sada wari lawes me nande anakna sisepuluh ndube erlanja ku Juhar, padanna ras anakna sisepuluh ndai sada berngi ngenca, tapi seh telu berngi ia i Juhar, e maka ngalo-ngalo anakna sisepuluh ndai, jumpa ia i lepar Sugihen, kundul ia ras anakna ndai, jadi erdemu sepulusada ia. Jenari reh me perlanja kenjahe nari, tukasna pemangus-mangus , cebuni ia ras anakna ndai,
“Kai kam cebuni, la mbiar” nina perlanja
“Anakndunge si sepuluhna?”
“Mecur nari kuidah anakndu ena, banci kin la mecur de reh Pakpak pitu sedalanen njadikensa jadi jelma, sekali naper ibahanna sepuluhna. Bagi manuk kam Ginting ena, naper Gintingna e, maka penaperen sibahan inganta jumpa enda” nina perlanja si telu kalak, e maka lit Penaperen Sugihen.

Jenari mulih me ia ras anakna sisepuluh ndai ku Gurubenua, lit sada babi nandena mbelin,

“Sipantem babinta enda, lit sira?”
“Kidah si Ajibata kahe legi sira” nina seninana si waluh,
“Aku” nina si Ajibata.

Melawen kal si Aji Dibata kahe ngelegi sira, e maka ipantem seninana babina ndai, sanga reh Aji Dibata beraten kal maba sira,
idapetina babi enggo ipantem. E maka nembeh si Aji Dibata,

“Si balengen juma pe kita ola, sibalengen pe ola kita, adi sibalengen juma kita pagi,
kuranjoi iduru jumaku, duru jumam pe ranjoi, ola kita sidahin juma” nina si Aji Dibata kempak seninana si waluh. Maka iranjon juma seninana ras Aji Dibata, perbahan babi simbelin.

“Bangku sisada turangta si Bembem edi” nina si Aji Dibata kempak seninana si waluh, e maka rubati tukur si Bembem turangna si siwah.

“Ola kal kam rubati turang besanku, adi ipake kam katangku, banci kam la rubat, menang kam siwahna, nipalu gendang sarune bas uruk-uruk duru kutandu enda, maka aku landek, idemi beras bas pinggan pasu, tampak-tampak kam kundul siwahna ibas inganta malu gendang enda, pajekken ingan kalak kenjahe nari, kenjulu nari. Erbinaga erlanja kam siwahna ngalo cukena” nina si beru Bembem.

“Tama sertali ku takalku, kujujung pinggan pasu maka aku landek, maka malap ukur turang sisiwah” nina ka tole si Bembem.

Emaka ipalu gendang, landek me si Beru Bembem, jenari ientamkenna bana lesut gedap ku taneh, mate me Beru Bembem, ngandung nderkuh turangna si siwah. Emaka jadi Tiga Bembem, ban tenah turang beru Ginting si beru Bembem ndube.

Jenari lawesme si Suka ku Suka ndahi bapana, si Bukit lawes ku Raja Merahe matek kuta, si Gurupatih lawes ku Sarimunte majek kuta, si Garamata lawes ku Teba, si Sugihen lawes ku Sugihen matek kuta, si Aji Dibata lawes ku kesain Aji Dibata i Juhar,
si Beras lawes ku Rumah Berneh Juhar aturen seninana ia ije, si Ajartambun lawes ku Lau Lingga ndahi ninina Sibayak Lau Lingga, si Babo tading i Gurubenua.

(sumber)

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: cerita rakyat karo

Biak-Biak Silima Merga Kalak Karo

4 September 2011 by karo 1 Comment

merga silima
Nina tua-tua erpalasken pengalamen si lit bas ia, lit nge enda biak-biak kepribadian kalak Karo rikutken merga-merga i bas Merga Silima, e me Karo-karo, Ginting, Sembiring, Perangin-angin ras Tarigan, amin gia labo tepat kal. Biak entah pe temperamen kalak Karo rikutken mergana enda, mawen-mawen lit kebenarenna, e maka ijadiken kuan-kuan, ituriken kalak ersundut-sundut. Nina kuan-kuan e bagenda:
– Cerdik Karo-karo
– Jembua Ginting
– Mejeret Sembiring
– Perbual Tarigan
– Kecek Perangin-angin

Cerdik Karo-karo ningen e, lit buktina, e me: Tangtangna kalak Karo sarjana, e me Dr. B. Sitepu ras Mr. Jaga Bukit. Tangtangna Profesor kalak Karo e me Prof. A. T. Barus. Tangtangna kalak karo jadi Gubernur, e me Ulung Sitepu. Pecatur kalak karo si juara Internasional e me Cerdas Barus.

Jembua Ginting, Kalak mejembua lantang ngeranana, teridah biakna si mbisa kerna kebenaren. Erkiteken si e kalak Ginting terberita i bas kepangliman. Contohna Jamin Ginting ras Selamat Ginting. Tokoh enda duana cukup terkenal i Indonesia enda.

Mejeret Sembiring, Kalak sembiring “agak diplomat”. Contohna: “enggo kam man?” nina man kalak Sembiring. Jababna: “Adi la aku man ma labo bagenda belinna!”. Kalak sembiring biasana sitik ngerana tapi mbages ertina janah tuhu ateta. Banci siidah ibas tahun lima puluhen i bas paksa pembangunan Territorium (I) uga cara Nelang Sembiring ngatur Kodam enda, banci ikataken menam bali ras perancang nasional. Jelas dage maka ide-ide pembangunen e uluna ibas Sembiring Mergana. Kalak diplomat ngerana manjar-anjar tapi tuhu ateta maka seh idena ialoken kalak. Siinget pe nai ibahanna Sekolah Asisten Perkebunan, seh maka kalak Karo enterem erdahin i bas perkebunen (ADM, Staf, rsd).

Bual Tarigan. Bual labo ertina “bohong”. I bas jaman si adi mbue kal waktu kalak erbual-bual i jambur. Kalak si beluh erbual, ertina beluh maba bulung percakapen mahan bana ia jadi perlu ide-ide baru man kalak si deban. Dungna ia jadi kalak si erdolat erkiteken mbue pengikutna. Erbual-bual, ertina ercakap-cakap, ngerana seh binagana keri lako. Dage kalak Tarigan ngasup erbahan ate kalak tuhu arah pengeranana seh maka rulih me ia i bas biangana, budaya ras politik Kalak Tarigan nai nari termurmur i bas perbinagan. Lit beritana dalan Siantar nari ku Parapat kalak Tarigan erbanca. Stadion Teladan pe nai kalak Tarigan enda nge erbahanca. Terberita Tarigan Tua kalak si beluh erbinaga. i bas usaha pengangkuten nai “Firma Swift” kalak Tarigan kang empuna.

Kecek Perangin-angin. Kecek ijenda, ertina beluh kal ia make dilahna erbahan ate kalak malem. Ukur kalak malem-malem sembelah ibahanna. I bas sejarah terberita kebeluhen Sibayak Kuta Buuh maka banci ia jadi Sultan Langkat. Ia terberita beluh ras mbisa. Tentu siinget denga Sibayak Garamata si jadi penentang penjajah Belanda ku Taneh Karo.
E maka bicara Merga Silima enda banci ersada ia, sendalanen ia, ola ia sparadis, tentu seh kal sikapna. Bagem kira-kira batang belinna biak-biak si lima merga i bas Merga Silima.

Oleh Drs. Janggun Sitepu, dikutip dari Varia Diakonia GBKP Edisi 29

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: cakap lumat

Perubahen waktu bas Kalak Karo

27 August 2011 by karo Leave a Comment

jam kalak karo
Perubahan waktu :

Perubahan waktu dalam satu hari dibagi menjadi 5, yang dalam bahasa Karo disebut “Mamisna Lima”

Erpagi-pagi jam 06.00 sampai 09.00
Pengului jam 09.00 sampai 11.00
Ciger jam 11.00 sampai 13.00
Linge jam 13.00 sampai 15.00
Karaben jam 15.00 sampai 17.0

Pada malam hari dibagi lagi menjadi 5 bagian :

Singgem Gelap
Elah Man
Tengah Berngi
Tekuak Manuk Sekali
Tekuak Manuk Pedua Kaliken

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: jam kalak karo, waktu, waktu karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 4
  • Page 5
  • Page 6
  • Page 7
  • Page 8
  • Page 9
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home