Video enda ibuat arah facebook Pande Surdam, bas latihen surdam enda videona ibagi ku telu bagin, jadi mari radu ras kita erlajar surdam.
Logika Faktor Kontaminasi: Karo Bukan Batak
Copy paste langsung dari kompasiana, bila mau tau lebih jauh baca komentar-komentar disana.
Bahwa Suku Karo sudah ada sejak berabad-abad sebelum agama-agama masuk ke Karo. Karo juga memilki daerah yang luas dari daerah pingiran danau toba, ke utara daerah Karo saat ini, Langkat, Binjei, Medan hingga ke perbatasan Aceh dan juga ke timur dari bagian simalungun hingga ke deliserdang.
Karo itu dibagi menjadi KARO GUGUNG, dipegunungan, lalu KARO JAHE DELI SERDANG dan KARO JAHE LANGKAT, daerah langkat. Yang tersebar sedemikian rupa dengan bahasa yang sama tetapi logat yang berbeda.
Karo terkontaminasi oleh BATAK melalui gereja KARO Protestan yang berubah nama menjadi Gereja Batak Karo Protestan pada tahun 1941 dalam sebuah siding gereja. Pada saat itu ada gereja KARO yang tidak mau mengunakan istilah BATAK kedalam Gereja Karo sehingga mereka memisahkan diri dari GBKP dan membentuk gereja sendiri yang ada di Pematang Siantar saat ini.
Artinya bahwa orang KARO pada awalnya telah terpecah ada yang menerima kontaminasi batak, dan ada yang tidak menerima kontaminasi itu. Orang Karo yang berabad-abad tidak pernah menyebutkan dirinya batak, namun tiba-tiba menjadi batak saat itu. Ada yang memperkirakan karena kalahnya Belanda terhadap jerman, sementara gereja aliran dari Jerman mempengaruhi gereja KARO saat itu untuk mengunakan kata batak, padahal gereja Karo adalah aliaran CALVIN sedangkan gereja Jerman adalah Lutheran.
Tetapi kalau ditinjau dari teori lokasi dan perwakilan, maka saat itu Karo yang terkontaminasi menjadi batak didalam gereja GBKP adalah hanya segelintir orang saja. Orang Karo pada umumnya sulit untuk pindah agama, mereka telah memiliki agama awal yang sering disebut kepercayaan PEMENA. Artinya bahwa pada saat itu orang Karo yang terkontaminasi didalam batak adalah hanya orang Karo yang ada di GBKP sementara Karo yang PEMENA, HINDU, ISLAM dan sebagainya tidak mengaku mereka adalah batak. Karo adalah karo dan tanah Karo adalah Tanah Karo dan tidak pernah dipangil dengan tanah batak. Karena tanah batak itu diwakili oleh orang Tapanuli secara umum, yang batak itu adalah Tapanuli dan Karo tidak termasuk didalamnya.
GBKP semakin meningkat jumlahnya saat orang Karo dipaksa memeluk agama karena jaman PKI, selain menjadi Kristen, Katolik dan tentunya Islam. Pada dasarnya saat awal pembentukan GBKP, orang Karo yang jauh lebih banyak seperti di dataran deli dan langkat tidak tahu menahu mengenai karo yang terkontaminasi dengan nama batak dalam GBKP.
Logika kontaminasi lebih lanjut dapat dapat dilihat dari orang Karo yang berubah menjadi MELAYU, yang dipangil orang Maye-maye. Orang maye-maye ini berbahasa Karo tetapi tidak mau disebut sebagai orang Karo. Kelompok maya-maya ini adalah menjadi Karo melayu, mereka pada umumnya tidak lagi memakai merga tetapi kalau ditanya mereka akan mengatakan merganya. Ini dapat dikatakan orang KARO yang melarikan diri dan berubah menjadi kelompok melayu.
Jadi secara Logika dapat dikatakan Ada Karo, lalu ditempel atau dikontaminasi oleh kebatakkan menjadi Karo batak, tapi ada Karo yang melarikan diri menjadi Melayu jadilah dia maye-maye, ada karo yang tidak ditempel apa-apa jadilah dia KARO. Oleh karena itu pada dasarnya KARO adalah KARO dan jauh sebelum 1941 bahkan sejak abad 13 dan sebelumnya (naca tulisan sebelumnya hal LOGIKA ROHANI: KARO BUKAN BATAK) orang Karo tidak mengenal dan bukan bagaian dari Batak . Batak sendiri cendrung diberikan oleh orang ketiga yang tidak dengan benar mengenal siapa-siapa sesunguhnya suku-suku yanga ada di sumatera saat itu. Batak yang cendrung negative, tidak mewakili suku Karo yang sudah mengenal peradapan seperti yang dikenal dalam sejarah.
Dalam hal ini kita harus mengunakan logika dan berpikir ilmiah, terhadap ruang dan waktu dan pergerakan yang ada didalamnya bahwa KARO adalah KARO. Sebagian Karo telah terkontaminasi oleh batak menjadi Karo batak, sebagian mereka mengalihkan dirinya menjadi melayu maye-maye, namun masih lebih banyak orang KARO yang sama sekali tidak terkontaminasi dan tetap sebagai orang KARO adalah KARO.
Orang karo tidak terikat oleh darah tetapi kekerabatan, orang batak terikat secara darah, ini adalah salah satu falsafah yang sangat membedakan antara orang karo dan batak. Anda dapat menemikan orang karo dari model Mongolia sampai India, dengan bahasa yang berbeda dan kebiasaaan emosional juga berbeda dengan orang batak. Orang karo sendiri memilki banyak istilah untuk orang batak, karena memang memilki sifat-sifat yang berbeda. Banyak DATA dari sifat-sifat yang berbeda diantara KARO dan BATAK, sehingga sebenarnya sangat janggal untuk menyatukannya walaupun tentunya telah terjadi kontaminasi dari kekaroan itu sendiri. Dan tentunya telah terjadi kawin-mawin diantara mereka.
Launching Website Sastra Karo
Gundari tampilenna enggo mbaru nen bas sastra.karo.or.id
Website yang berisi kumpulan sastra karo telah di launching yang beralamat di sastra.karo.or.id. Di website sastra karo tersebut anda bisa mendaftar menjadi penulis dan bisa memasukkan tulisan-tulisan anda didalamnya. Untuk mendaftar melalui link ini atau klik daftar di website sastra karo.
Semua yang berhubungan dengan sastra karo akan di tambah seperti kuning-kuningen, anding-andingen, dll.
Bujur ras mejuah-juah kita kerina.
Gundari tampilenna enggo mbaru nen bas sastra.karo.or.id
Kejurnas Wushu Sanda Junior Karo Juara Umum
Kontingen Pengkab Wushu Indonesia (WI) Kabupaten Tanah Karo akhirnya tampil sebagai juara umum Kejurda Wushu Sanda Junior Sumatera Utara 2012, setelah berhasil meraih empat emas dan dua perunggu yang digelar Minggu (3/6) di Gedung Serba Guna Universitas Negeri Medan.
Ke-empat emas yang diraih kontingen Tanah Karo tersebut masing-masing disumbangkan Nila Sari Rosenta Sagala kelas 48 kg putri, Marlena Veronika Simbolon kelas 52 kg putri, May Delse Sitepu kelas 60 kg putri, dan Nasib Sumarno Simbolon kelas 48 putra.
Di babak final, Nila Sari menang telak 2-0 atas Marisa Fibrianti Panjaitan atlet asal Kota Tanjung Balai, Marlena Veronika Simbolon menang atas Elisa Juliana Simamora asal Simalungun dengan skor 2-0 dan May Delse Sitepu mengalahkan Lavenia Sirait asal Simalungun juga dengan skor 2-0.
Sementara satu-satunya medali emas kontingen Tanah Karo untuk kelas putra diraih Nasib Sumarno Simbolon, setelah di babak final berhasil mengalahkan atlet asal Simalungun Perdinan Ekasaputra Marbun juga dengan skor telak 2-0.
Di peringkat kedua diraih kontingen Toba Samosir dengan raihan dua emas dan lima perunggu, disusul kontingen Medan diperingkat ketiga dengan raihan dua emas dan dua perunggu.
Simalungun yang sebelumnya paling banyak meloloskan atletnya ke final dengan tujuh atlet, harus puas di posisi ke empat dengan raihan satu emas, lima perak dan dua perunggu, kemudian Tapanuli Tengah dengan satu emas.
Selanjutnya Kabupaten Samosir dan Humbahas masing-masing dua perak dan satu perunggu, Tanjung Balai dengan satu perak dan empat perunggu, Pematang Siantar dengan tiga perunggu, serta Sibolga dengan dua perunggu, sementara Tapanuli Utara tidak berhasil membawa pulang satu medali pun.
Kejuaraan tersebut ditutup secara resmi oleh Ketua Pengprov WI Sumut Master Supandi Kusuma yang wakili Sekretaris Umum Iwan Kwok.
Dalam sabutannya Iwan Kwok mengatakan kejuaraan tersebut merupakan seleksi untuk menghadapi Kejurnas Wushu Junior yang akan digelar Juli 2012 di Pekanbaru.
Kepada atlet yang juara, diharapkan untuk tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang sudah diraih, namun harus terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan, agar nantinya dapat mengharumkan nama Sumut dikancah nasional.
Apalagi memang selama ini, Sumut masih menjadi barometer bagi perkembangan Wushu di tanah air. “Kami memberikan apresiasi kepada panitia yang telah bekerja keras untuk mensukseskan Kejurda ini. Demikian juga dengan berbagai pihak lainnya yang telah memberikan bantuan moril
Sekretaris Umum KONI Sumut Chairul Azmi dalam kesempatan yang sama mengatakan para atlet diharapkan untuk terus mengembangkan potensi juga harus mampu memotivasi diri sendiri, agar kedepannya dapat lebih meningkatkan kualitas.
“Kejurda ini merupakan titik awal untuk menghadapi kejuaraan-kejuaraan yang lebih tinggi lagi nantinya. Untuk itu tidak ada kata lain berlatih dan berlatih adalah kunci untuk mewujudkan mewujudkan impian yang diidamkan,” katanya.
Kejurda tersebut diikuti sebanyak 87 atlet dari 11 pengcab WI yang ada di Sumut, yakni Kota Medan 8 atlet, Humbang Hasundutan 7 atlet, Pematang Siantar 7 atlet, Simalungun 10 atlet, Samosir 10 atlet, Tapanuli Tengah 6 atlet, Tapanuli Utara 5 atlet, Toba Samosir 8 atlet, Tanjung Balai 8 atlet, Sibolga 10 atlet dan Tanah Karo 8 atlet.((irm/beritasore)
Penempatan Pejabat di Pemkab Karo Berdasarkan Kompetensi
Menanggapi sinyalemen yang berkembang tentang sejumlah uang untuk pengangkatan pejabat struktural di lingkungan Pemkab Karo dibantah keras oleh sejumlah pejabat yang kini menjabat. Tuduhan yang disampaikan merupakan upaya untuk merongrong wibawa bupati.
Hal tersebut disampaikan oleh beberapa Kepala Dinas yang ditemui wartawan, Jumat (1/5) di ruang kerja beberapa Kepala Dinas. Seperti yang disampaikan oleh dr Jansen Perangin-angin Kadis Kesehatan Kab Karo.
Dirinya mengaku bahwa tidak ada diminta oleh pihak manapun ketika diangkat sebagai Kadis Kesehatan.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh sejumlah pejabat yang telah dilantik dalam struktural Pemkab Karo, Seperti Ir Agustoni Tarigan Kadis Pertanian, Chandra Tarigan ST Kadis PUD , Robert Perangin angin SPdm MSi, dan lain-lain umumnya berasal dan dipromosi dari intern dinasnya.
Selain itu beberapa Camat yang ada di Karo yang baru dilantik beberapa waktu lalu menyatakan tidak ada menyetor sejumlah uang kepada oknum tertentu apalagi kepada Bupati.
Kepala Dinas Kominfo & PDE Karo Robert Perangin-angin kepada wartawan Jumat (1/6) di ruang kerjanya menegaskan bahwa Bupati Karo sesuai komitmennya dahulu bahwa keinginannya untuk mengabdi membangun Kabupaten Karo. Niat tulus untuk masyarakat Karo bahwa untuk urusan materi tidak akan meminta sepeserpun dari PNS untuk sebuah jabatan, dengan tujuan agar PNS yang diangkat dapat loyal dan kerja keras.
“Pengangkatan dalam jabatan diangkat berdasarkan kompetensi dan kemampuan serta telah melalui Badan Pertimbangan Jabatan. Jadi rumor yang beredar adalah tidak benar,” tegas Robert yang didampingi Kabag Humas Pemkab Karo Drs Jhonson Tarigan. (ps/analisa)
Penyakit Hawar Daun Serangan Tanaman Jagung di Karo
Serangan penyakit hawar daun pada tanaman jagung petani di Kabupaten Karo, Sumatra Utara masih terus terjadi dan sangat merugikan pada saat memasuki masa panen.
“Serangan hawar daun khususnya terjadi pada tanaman petani jagung yang menggunakan merek tertentu. Hipajagin (Himpunan Petani Jagung Indonesia) sudah melihat dan mencoba membantu petani,” kata Ketua Hipajagin Karo TS Brahmana di Medan, Sabtu (26/5).
Serangan terbesar penyakit hawar daun itu terjadi pada tanaman jagung di kawasan Kecamatan Tiga Binanga. Sedikitnya 20 persen dari sekitar 13.000 hektare lahan jagung di 19 desa dan satu kelurahan di Tiga Binanga sudah terserang.
Menurut dia, serangan hawar daun pada saat sedang memasuki musim panen di beberapa sentra di Karo tentu saja sangat mengkhawatirkan, mengingat masa panen puncak sudah tidak lama lagi yakni pada akhir Juni atau awal Juli.
“Kalau serangan penyakit itu masih terus berlangsung hingga panen raya, sulit dibayangkan bagaimana kecewa dan meruginya petani,” katanya.
Apalagi dewasa ini harga jual jagung tidak terlalu menggembirakan dan bahkan bisa turun pada masa panen besar nanti. Harga jagung petani dewasa ini berada di kisaran Rp1.800-Rp2.000 per kg.(mediaindonesia.com)