• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Ditemukan Fosil Berusia 7.400 Tahun di Aceh Tengah

7 November 2012 by karo Leave a Comment

fosil_kerangka_manusia_purbaTim Arkeologi Balar, Medan, Sumatera Utara telah menemukan fosil kerangka manusia purba yang diperkirakan berusia 7.400 tahun di Ceruk Ujung Karang Jongok, Meluem Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Pj. Bupati Aceh Tengah Ir. Moh. Tanwier MM pun meminta bantuan pemerintah pusat untuk berperan serta dalam menjadikan lokasi temuan itu sebagai cagar budaya yang perlu dipelihara dan dilestarikan.

Saat berkunjung ke lokasi temuan di Ceruk Ujung Karang Jongok, Meluem Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, Kamis (14/6) siang, Pj. Bupati Moh. Tanwier menyatakan, bentuk partisipasi yang diharapkan dari pemerintah pusat sebut meliputi pembebasan lahan di sekitar lokasi tempat ditemukannya fosil, pemugaran okasi ditemukannya fosil karena temuan situs prasejarah ini, bukan hanya menjadi milik daerah semata, tapi juga merupakan asset nasional.

”Mungkin dari temuan ini akan banyak dapat di gali kehidupan sebelum adanya kehidupan yang sekarang ini, karenanya kami berharap Pemerintah Pusat melaui Kementerian terkait, dapat mengirim tim ahli tambahan untuk menyelidiki dan menemukan cagar budaya baru, yang disinyalir masih terdapat diseputaran danau Laut Tawar,” kata Tanwier.

Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Periwisata, kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Aceh Tengah, Drs Ishak mengatakan, untuk tahapan proses penggalian Pemkab Aceh Tengah telah memberikan perhatian, sehingga hasil penyelidikan para tim Arkeologi telah mencapai hasil seperti ini.

Ketua Tim Arkeologi Sumatra Utara, I Ketut Wiradiyana mengatakan, pihaknya mulai penelitian di Ceruk Ujung Karang Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan. sekitar tahun 2010. Sebelumnya pada tahun 2009 tim ini juga berhasil mengidentifikasi adanya lokasi fosil rangka manusia yang diperkirakan telah berusia 3.500 tahun lalu, di Ceruk Mendale tidak jauh dari ditemukannya lima fosil kerangka manusia di Ceruk Ujung Karang

Selain temuan lima fosil kerangka manusia di Ceruk Ujung Karang ini, tim Arkealogi Balar Medan ini juga menemukan sisa anyaman yang keseluruhannya diperkirakan berumur 7.400 tahun yang lalu.

Berangkat dari hal tersebut, papar Ketut, Pemerintah daerah mengajukan kegiatan berupa kasting yakni pencetakan duplikat kerangka-kerangka manusia. “Nah kerangka kerangka yang ada di Ujung Karang ini merupakan kerangka hasil cetakan, sedangkan aslinya sudah ada dimuseum Aceh Tengah,” papar Ketut.

Ketut juga menjelaskan proses pembuatan duplikat kerangka pra-sejarah, yang diawali dari cetakan yang telah disiapkan, diletakkan sesuai dengan posisi awalnya dari rangak yang ada, hal ini diperlukan untuk dijadikan sebagai salah satu tambahan obyek wisata budaya bagi Pemerintah Aceh Tengah.

Dari lima kerangka yang ditemukan, menurut Ketut, berusia sekitar 17 tahun terkecuali dua kerangka yang terletak secara berdampingan (berpasangan) dipastikan memiliki usia yang jauh lebih tua. Dan dari kerangka yang berpasangan itu nampaknya telah dilakukan berkali-kali pemotongan gigi, jadi besar kemungkinan kematiannya disebabkan oleh keries akibat kerusakan email giginya sebut Ketut Wiradyana menambahkan.

Berkaitan dengan DNA pihak arkeologi menyatakan belum diketahui dengan pasti karena hasil DNA yang ada pada kerangka prasejarah ini relatif terbatas. Namun demikian yang sudah di pastikan hasil DNA adalah DNA orang Gayo dengan DNA orang Karo.(setkab.go.id)

Filed Under: Sejarah Tagged With: bukti, fosil, karo bukan batak

Update Tampilen Radio Karo Online

31 October 2012 by karo Leave a Comment

Tampilan web Radio Karo Online sidekah
Radio Karo Online - live 24 jam
tampilen simbaru, bagi gambar bas teruh enda. Banci ka i nen bas http://karo.or.id/radio/
Radio Karo Online - live 24 jam versi mbaru

Piga-piga kelebihenna versi simbaru enda :
1. Judul Lagu sisangana i putar otomatis i ganti alu lagu si sangana i putar.
2. Lagu-lagu simbaru i putar otomatis i update, enggo kenca i putar lagu selanjutna.
3. Gambar-Gambarna i kompress, jadi ercepatna i buka.

Filed Under: Project Tagged With: radio karo

Tama Ginting Pejuang Karo Yang Terlupakan

31 October 2012 by karo 4 Comments

Salah satu tokoh Karo, Tama Ginting, tak banyak yang tahu dengan tokoh Karo satu ini. Sehingga ia hanyalah seorang pejuang yang terlupakan. Berbeda dengan tokoh-tokoh Karo di zamannya, ia lebih cendrung melakukan perlawanan lewat jalur politik. Jasanya dalam menentang penjajah Belanda dan pemerintah pendudukan Jepang, pelaksanaan Revolusi Sosial tak berdarah dan meredam konflik etnis antara Karo dan Tapanuli patut di hargai.

Zaman Penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang
Kedekatannya dengan Ishak Kesuma seorang tokoh pergerakan Nasional, Tama Ginting berhasil mengerakkan rakyat melawan penjajahan Belanda di Tanah Tinggi Karo bersama Pa Tolong Manik dan Keras Surbakti melalui Pendidikan Nasional Indonesia Cabang Tanah Karo sekitar Tahun 1937 di Berastagi, sepuluh tahun setelah pemberontakan rakyat menentang penjajahan Belanda yang digerakkan oleh PKI di kota yang sama. Dua tahun setelahnya, Belanda berhasil meredam gerakan tersebut dan menangkap Tama Ginting dan memenjarakannya di Kabanjahe. Sementara itu Pa Tolong Manik dan Keras Surbakti dibuang ke Cimahi. Itulah awal perlawanannya yang frontal terhadap penjajah.

Penangkapan itu tidak menyurutkan gerakannya melawan penjajah. Malahan ia menggerakkan ribuan rakyat dari Berastagi melakukan demonstrasi kekota Kabanjahe pada tahun 1942, sebagai ucapan terima kasih kepada Jepang yang telah berhasil mengusir Belanda dari Tanah Karo. Akhir tahun 1942 Tama Ginting, Rakutta Sembiring dan tokoh-tokoh lainnya memberikan latihan kader bagi para pemuda untuk mempersiapkan diri dalam menerima penyerahan kemerdekaan dari Jepang. Para pemuda inilah yang kemudian merapatkan barisan dalam Kyodo Buedan ( Barisan Perlindungan udara Desa).

Sistim monopoli yang diberlakukan Jepang pada saat itu menimbulkan kemelaratan bagi rakyat. Barang kebutuhan hilang di pasaran, perampsan hasil pertanian, busung lapar muncul dimana-mana. Istilah Jepang “Saudara Tua”, ternyata hanya menimbulkan malapetaka. Dalam situasi demikian, Tama Ginting, Rakutta Berahmana, Selamat Ginting dan Bosar Sianipar membentuk Poesra (Poesat Ekonomi Rakyat) di Berastagi yang bertujuan membela ekonomi rakyat dan menghancurkan perekonomian Jepang di Tanah Karo. Sekembalinya dari Medan mengikuti pertemuan pemuda tanggal 21 September 1945, di Berastagi sebagai kota pergerakan, Tama Ginting mengumpulkan pemuda untuk membentuk Barisan Pemuda Indonesia Cabang Berastagi dan menyampaikan berita Kemerdekaan.

Seputar Revolusi Sosial
Menyikapi maklumat pemerintah tentang partai-partai politik, ternyata menimbulkan disharmoni dikalangan barisan kelaskaran. Seperti pusat dan daerah lainnya di Indonesia, di Karo juga terkadi pertikaian antar partai politik dan barisan-barisan kelaskarannya. Ide Tan Malaka untuk membentuk satu kesatuan perjuangan dalam satu komando guna menentang diplomasi Belanda yang ingin kembali menjajah terwujud pada 6 November 1946 di Porwokerto dengan berdirinya Volksfront (persatuan perjuangan). Tama Ginting dipercaya memimpin persatuan perjuangan Tanah Karo yang berkedudukan di Berastagi.

Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Timur tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja Sibayak dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Kaum Bangsawan bekerja sama dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik. Sementara itu pihak pro-republik mendesak kepada komite nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan swapraja/kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan. Revolusi Sosial ini di motori oleh Volksfront dengan pimpinan utama Sarwono Sastro Sutardjo, Zainal Baharuddin, M. Saleh Umar, Nathar Zainuddin dan Abdul Xarim MS yang bekerja di balik layar. Laskar yang berperan dalam aksi ini adalah Pesindo, Napindo, Barisan Harimau Liar, Barisan Merah (PKI) dan Hizbullah didukung buruh Jawa dari perkebunan serta kaum tani.

Di Tanah Karo pimpinan persatuan perjuangan mengadakan rapat di Kabanjahe dan Berastagi untuk melaksanakan Revolusi Sosial agar berjalan tanpa pertumphan darah, karena umumnya Raja-Raja dan sibayak di Tanah Karo tidak melakukan kegiatan anti repoblik. Revolusi sosial ini juga di motori oleh Persatuan perjuangan dengan alat pelaksana Barisan Kelaskaran Pesindo. Pada tanggal 3 Maret 1946, Persatuan perjuangan mengundang seluruh Raja dan Sibayak di Tanah Karo beserta pengikutnya untuk menghadiri pertemuan di Bungalow Sultan Deli di Bukit Gundaling. Seketika itu juga seluruh Raja dan Sibayak yang hadir diberitahukan penahanan atas dirinya. Para sibayak dan Raja urung ini selanjutnya dibawa ke Kota Cane dibawah pengawasan pemerintah Tanah Alas.

April 1946, sepasukan tentara laskar gabungan Pesindo Tanah Karo dan Laskar Aceh Tengah melakukan operasi revolusi sosial di daerah Sidikalang dan Pangururan. Operasi di pangururan ternyata mendapat hambatan, sepasukan tentara yang mayoritas warga Karo tersebut di tangkap dan ditahan di Balige. Sejalan dengan hal itu muncul isu bahwa kedatangan pasukan gabungan itu bukanlah usaha untuk melakukan revolusi sosial namun untuk menjajah. Isu ini cepat tersiar dan menimbulkan konflik antar suku. Segerombolan orang-orang mendatangi kampong-kampung yang didiami oleh suku Karo dan Pakpak, membunuh dan membakar rumahnya. Kejadian perang suku ini berlangsung selama sebulan. Untuk menyelesaikan konflik ini, Gubernur Sumatera mengutus Tama Ginting dan Saleh Umar untuk menghubungi pengetua dari kedua pihak yang bertikai guna mengambil jalan damai. Demikianlah upaya perdamaian dari konflik dapat terlaksana.

Penutup
Demikianlah sekelumit sepak terjang Tama Ginting di Tanah Karo dalam pergerakannya melawan penjajah Belanda dan Jepang, Revolusi Sosial dan pembetukan pemerintahan Karo yang berkedaulatan Rakyat seperti cita-cita proklamasi 17-8-1945. Di Tanah Karo, tokoh-tokoh seperti Rakutta Brahmana, Ngerajai Milala, Nerus Ginting Suka, Tama Ginting dan lainnya tak pernah dihargai. Ironisnya mereka bahkan seolah disingkirkan dari sejarah perjalanan bangsa ini. Mereka bukanlah pejuang yang angkat senjata dalam pergerakan kemerdekaan, namun buah pikir dan karya mereka patut dihargai dan disejajarkan dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan di Tanah Karo lainnya, sebagai khazanah bunga rampai sejarah kemerdekaan Republik Indonesia di Tanah Karo. (karokab)

Filed Under: Sejarah Tagged With: tokoh

WMF Renovasi Rumah Adat Karo

31 October 2012 by karo Leave a Comment

World Monuments Fund (WMF), sebuah lembaga yang peduli terhadap kelestarian benda cagar budaya asal Amerika Serikat merenovasi sejumlah rumah adat masyarakat Karo yang terancam punah di Desa Lingga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Direktur Penelitian dan Pendidikan WMF Erica Avromi di Medan, Senin, mengatakan setiap dua tahun sekali pihaknya melakukan renovasi terhadap benda-benda cagar budaya yang terancam punah di berbagai negara di dunia.

Selama ini sedikitnya sudah lebih dari 600 benda cagar budaya atau situs yang mereka renovasi. Pengerjaan renovasi juga melibatkan pemerintah negara setempat dan lembaga peduli kelestarian cagar budaya dari masing-masing negara.

Untuk tahun ini pihaknya mencatat ada sekitar 76 benda cagar budaya yang mendapat kesempatan untuk direnovasi dari beberapa negara, salah satunya adalah benda-benda cagar budaya di Desa Lingga yang memang keberadaanya sudah terancam punah karena kurangnya perawatan.

Beberapa benda cagar budaya yang direnovasi di Desa Lingga yakni dua unit rumah adat, satu unit jambur (bangunan tempat berkumpul), dan satu unit geriten (tempat penyimpanan hasil panen).

Anggaran yang disiapkan untuk merenovasi keempat unit bangunan tersebut sebesar 62 ribu dollar AS dengan waktu pengerjaan selama empat bulan.

“Kami berharap dapat merekonstruksi bangunan-bangunan tersebut sesuai dengan bentuk aslinya. Untuk itu tentunya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat sangat kami butuhkan,” katanya.

Wakil Ketua Badan Warisan Sumatera (BWS) Dr Asmyta Surbakti mengatakan usulan untuk merenovasi bangunan cagar budaya di Desa Lingga tersebut ke WM membutuhkan waktu lebih dari satu tahun setelah melalui beberapa kali penelitian.

“Kita bangga karena bangunan cagar budaya di Desa Lingga itu akhirnya bisa masuk dalam proyek renovasi WMF. Apalagi mereka langsung melibatkan arsitek dari Jerman yang selama ini juga telah berpartisipasi dalam pengerjaan renovasi banguan bersejarah lainnya di beberapa negara,” katanya. (antara sumut)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: rumah adat

Reporter TV One Dirampok Di Tanah Karo

31 October 2012 by karo Leave a Comment

Reporter TV One untuk wilayah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara M Irvan mengalami perampokan dan pembacokan di Karo, Selasa, pukul 16.15 WIB.Kawanan perampok melarikan mobil korban jenis Mitsubisi Lancer warna biru metalik dengan nomor polisi BK 1416 LM.

Kapolres Karo AKBP Marcellino Sampow yang dihubungi, Selasa malam mengatakan M Irvan mengalami luka parah dan telah dirawat di RSU Kabanjahe.

Setelah mendapatkan informasi perampokan tersebut, pihaknya melakukan pengejaran dan telah menemukan mobil korban di kawasan Loda, Kecamatan Tiga Panah. “Ditemukan sekitar 1,5 jam setelah kejadian,” katanya.

Menurut Kapolres, pihaknya juga telah menemukan mobil pelaku di kawasan Kabanjahe yang ditinggalkan kawanan perampok yang diperkirakan berjumlah sekitar lima orang. Pihaknya akan mengembangkan kasus tersebut untuk mengejar kawanan pelaku yang merampok reporter TV One tersebut.

Namun pihaknya belum dapat meminta keterangan lebih jauh terhadap korban. “Korban masih harus menjalani perawatan intensif,” katanya. (antara sumut)

Filed Under: Kriminal Tagged With: mobil, perampok

Gana Gana Sarunggitgit

28 September 2012 by karo 1 Comment

Nai ope denga lit pasar dalin engkahe. Ngelegi sira, ikan dagangen entah kai denga sidebanna kerina i legi alu dalin erlanja. Jelma mbiar denga asum e man ingan simejin-mejin, ntah kerangen bagepe deleng mawen batu pe.

Adi Pa Ngatoi ibahanna sapona barung-barung i tepi dalan perlanja e, kelang-kelang deleng Barus ras deleng Sibayak. Ije ia ringan ras ndeharana. Man perlanja si erberngi i je, i berekenna kudin pinjamen man perdakanen. Janah i bereken perlanja e ka ikan entah pe sidebanna. Piah dungna alu dalin bage enggo bias kegeluhen Pa Ngatoi pagi rebi. Adi pecah kenca kudin, ntah kai akapna i bahan perlanja la sikap, minter i kilangna. Mbiar perlanja lanai i berekenna i je erberngi maka i tahankenna i kilangna.

Sekali paksa turah me ukur Pa Ngatoi ngoto-ngotoi perlanja alu pebiar-biarsa. Ibar-barina sada sarunggitgit dua estah gedangna. Bagi jelma ibahanna tempasna. Enca dung i tamakenna deher sapona, agakna keri setengah peisapen dekahna erdalin. Janah ibas sada wari, i buatna me manuk megara i gelehna, janah i buatna dareh buka-bukana, ate-atena, rak-rakna ras dalang-dalangna, je nari i sulangkenna man gana-gana e. Je nari i bas-bas me alu purih tonggal janeh nina : “Enda kbere ko au dareh buka-buka, ate-ate, rak-rak, ras dalang-dalang manuk megara, gelang engko man sembah-sembahen kalak si mentas, janah engko me jadi sirulahi man kalak simegombang arah dalin enda”.

Enca wari si e, lit kenca kalak mentas nina : “O silih, adi mentas arah e, ola kam lupa ertoto, encibalken isapndu. Sebab keramat si ah ndai banci nampati kam, adi mehamat jumpa rejeki kam, adi lang bancing kam i rulahina. Sikurangna kari mesui kal takalndu i bahanna”.

Erkiteken ingan gana-gana e pe bagi si mejin ka kin tuhu, enca i je nari melala me tuhu kalak ertoto ras ercibal ibas gana-gana e. “Ola kal aku bangger-bangger, adi runtung binagangku banci kubereken man bandu luahku nini …”

Sekali lit perlanja gutul. La ia nggit pecibal isapna sadape, Pa Ampuk gelarna. Enca ia lepus lit i begina sora “O Pa Ampuk, O Pa Ampuk, engkai makana engko megombang ibas inganku enda?” peltep-peltep sorana.

Enca seh i jahe minter mekelek bangger Pa Ampuk jenari mate. Mbar kel minter beritana kerna perpate Pa Ampuk. Emaka reh biarna jelma kubas gana-gana e . Ise pe lanai pang meliam janah megombang kubas ingan gana-gana e. Janah dalin sada e kel ngenca.

Pa Ngatoi karaben kenca lawes kugana-gana muati persembahen ras cibal-cibalen kalak perlanja, nguda denga kal ia si Mamang gelarna. Ia sung pecibal sung lang. Tapi sekal pe labo mesui takalna. Sekali muat engkahe, nina Pa Ngatoi “O Mamang .. engko ola ko denggo bagi perlanja Pa Ampuk. Petual-tualken ije, minter ampuk”

“Ue Pa,” nina si Mamang. Tapi enca seh bas gana-gana e, lawes ia kuteruh kayu ah. Ibuatina peldang melala. Je nari lit deba i bentingkenna deba itamana bas bulangna gelah mejin kal man tatapen. Ibas wari si e melala kal tuhu perlanja mentas pesawaen i gugung nari ras i jahe nari. Kerina ertoto ras ercibal ka i je. Seh kal biarna kerina man begu gana-gana e. Reh me tuhu Pa Ngatoi muati cibal-cibalen ras persembahen kalak perlanja. Wari si e mate-mate bulan. Kenca ben gelap kal ibas ingan gana-gana e. Asum tanna muati duit lit sora nina

“Ola buati, ajangku kap ena!” sora e mejin, galang janah peltep-peltep.

“Erbanko pe aku,” nina Pa Ngatoi.

“Ola buat,” nina ka sora e.

“Erbanko pe aku nge,” nina ka Pa Ngatoi, tapi enggo jergeh kal mbuluna janah mbelin talakna.

“Ola buat, kubunuh ko kari,” nina ka sora e.

“Sip ko,” nina Pa Ngatoi, tapi enggo seh kal biarna.

Rempet reh keramat e, mbur kel bulangna peldang janah kerina dagingna e peldagen. “Mate nge engko,” nina sorana peltep-peltep mejin.

Lompat Pa Ngatoi kiam belin ku sapona.

“Ha … ha … ha …!” nina sora tawa keramat e. Seh i sapona minter ampar Pa Ngatoi. Minter i suruh sekalak-sekalak perlanja ngelegi guru. Tapi langa denga kalak si berkat e erjingkang, enggo mate Pa Ngatoi. Bagem rawana keramat e. Kenca si e terberita ibas kuta-kuta deherken ingan Pa Ngatoi ras kerina perlanja si kae kolu maka Pa Ngatoi i ulahi gana-ganana. Janah i umpamaken kalak bagi gana-gana sarunggitgit, bekasna ngangana, ia ka mbiar”

Tapi si Mamang, i bunikenna tuhu-tuhu rusia enda. Ibuatina saja gel-gel persembahen kalak si mentas. Lanai pedah ia latih kahe kolu erlanja muat nakan. Janah enggo datsa kuan-kuan “Ola encidahken rusia, adi dat kalak rusianta nggeluh bene me kita.”

Ndehara Pa Ngatoi pe lawes ibas barung-barungna e nari, mulih ku kutana.

sumber : Tenah Budaya Karo

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: cerita rakyat, kuan kuan

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 6
  • Page 7
  • Page 8
  • Page 9
  • Page 10
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home