Sering kali kita merasa sepele atau menganggap biasa terhadap mobil pemadam kebakaran, disaat tidak ada kebakaran. Namun keadaan seketika berubah, ketika ada kebakaran. Kepanikan, cemas dan takut menyelimuti perasaan setiap mata yang memandang tat kala “sijago merah” melalap bangunan rumah penduduk dengan cepat tanpa kenal kompromi. Maka saat itu pikiran hanya satu, mobil pemadam kebakaran (Damkar) harus segera tiba di lokasi, tanpa memikirkan bagaimana kondisi dan kelayakan mobil pemadam kebakaran.
Demikian halnya, Kabupaten Karo, dari luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha, empat unit mobil pemadam kebakaran, satu diantaranya tidak dapat difungsikan, membuat kinerja Barisan Pencegah dan Pemadam Kebakaran (BP2K), tidak dapat maksimal dalam menaungi, wilayah dataran tinggi Karo.
Kondisi miris tersebut, menurut sejumlah pihak harus segera diatasi mengingat, beberapa tahun belakangan, frekwensi kebakaran melanda wilayah yang dikenal dengan wisata dan komoditi holtikulturanya itu, mengalami peningkatan dan menimbulkan kerugian materi cukup besar.
Kaban Kesbang, Pol dan Linmas Pemkab Karo, Drs Suang Karo-Karo, menjawab andalas, Senin (19/3) mengakui kekurangan armada tersebut. Namun demikian, pihaknya tetap berupaya maksimal. “Soal kekurangan armada bukan jadi alasan, yang jelas kita tetap berupaya semaksimal mungkin sesuai kondisi yang apa adanya,” ujarnya.
Dikatakan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kerugian materi ditaksir mencapai miliaran rupiah. Pada tahun 2009, rata-rata kebakaran terjadi 2 kali dalam setiap bulan.
“Tahun 2010 dari data yang ada, terjadi peningkatan, yaitu 3 kali kebakaran per bulannya. Sementara di tahun 2011, juga terjadi 3 kali kebakaran dalam satu bulan. Kerugian materi yang ditaksir, dalam setiap peristiwa rata-rata antara Rp 500 hingga Rp 600 juta. Sedangkan tahun ini, hingga bulan Maret, telah terjadi 5 kejadian,” ungkap Suang.
Sesuai keterangan Kaban Kesbang, Pol dan Linmas pihaknya sejak tahun 2007 lalu, telah mengusulkan kebutuhan tambahan Damkar serta peralatannya. Namun hingga saat ini belum terealisasi. Namun sesuai keterangan, Suang, Tahun 2012 ini, Pemkab Karo kembali mengajukan permohonan bantuan selang dan pompa air.
“Tahun 2007 usulan telah kita ajukan ke Pemerintah Pusat, melalui Menko Kesra dan Mendagri, karena ketika itu belum ada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Semoga tahun ini kita memperoleh bantuan selang dan pompa. Karena selang yang dipakai saat ini merupakan bantuan tahun 2008 lalu, dan kondisinya sudah memprihatinkan,” kata Suang.(RTA/Andalas)