• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for jeruk

jeruk

Usaha Barus: Penjaga Jeruk Karo

15 November 2011 by karo 2 Comments

Empat hingga lima buah jeruk berjatuhan, begitu tangan Usaha Barus menggoyang sebatang pohon jeruk karo yang ditanam di demplot kebun jeruk organik di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jeruk-jeruk tersebut berjatuhan karena buahnya diserang penggerek buah dan lalat buah.

Saat buah yang jatuh itu dibelah, tampak ulat-ulat kecil menggeliat di dalamnya. “serangan lalat buah dan penggerek buah tahun ini luar biasa,” tutur Usaha.

Setiap kali masuk ke kebun jeruk di Kabupaten Karo, pemandangan buah jeruk berserakan di bawah pohon adalah hal biasa. Tahun ini, jumlah jeruk yang gugur dari satu batang pohon lebih banyak lagi, bisa belasan dalam sehari.
Jika tahun 2005 masih sekitar 50 persen buah jeruk bisa dipanen meski hama sudah merajalela, kini maksimal hanya 10 persen. Petani harus menanggung kerugian sekitar Rp 40 juta per hektar per tahun.
Penggerek buah yang menyerupai kupu-kupu mungil berwarna coklat dan putih, serta lalat buah, sebenarnya sudah menyerang buah jeruk di Kabupaten Karo sejak 1980-an.Pada tahun 2005 situasi semakin buruk. Serangan hama itu membuat 50 persen buah gugur. Tahun 2011, enam tahun kemudian, hama belum mampu ditangani, bahkan semakin parah.
Banyak petani yang kemudian menelantarkan kebun jeruknya. Bahkan, petani mulai menyisipkan tanaman jeruk dengan tanaman cokelat. Secara kasatmata tinggal 15 persen kebun jeruk yang terawat.

“Jika situasi ini dibiarkan, Karo bakal kehilangan identitasnya sebagai penghasil jeruk,” kata Usaha. Berbagai upaya dilakukannya untuk menyelamatkan jeruk karo yang lebih dikenal orang sebagai jeruk medan itu, berikut lahan pertaniannya. Salah satunya dengan membudidayakan jeruk organik. Kini, sekitar 20 petani mengupayakan jeruk organik di tanah Karo meskipun masih semi-organik.
Pola penanganan hama pun organik.

Untuk menangani penggerek buah dan lalat buah, Usaha memasang perangkap likat kuning, semacam kertas berwarna oranye yang diberi aroma jeruk dan perekat. Kenapa warnanya kuning? Karena serangga menyukai warna kuning. Di demplotnya, tiap pohon jeruk digantungi likat kuning dan banyak serangga yang terperangkap.
Selain itu, tiap pohon jeruk juga digantungi botol plastik bekas minuman. Di dalamnya diisi petrogenol dan gula batu yang diberi warna kuning dan insektisida. Petrogenol untuk menarik lalat jantan, sedangkan gula batu untuk menarik lalat betina. Pada tiap botol plastik itu tampak puluhan lalat dan penggerek batang terperangkap.

Petani juga harus mengumpulkan buah-buah jeruk yang jatuh, setidaknya seminggu sekali. Jeruk yang sudah berisi telur dan larva itu harus dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara sehari-semalam. Ini agar telur dan larva di dalam jeruk mati. Dengan demikian, daur hidup telur dan larva bisa diputus.

“Kami tengah mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Karo agar membuat peraturan daerah supaya seluruh petani menaati,” kata Usaha. Pasalnya, lanjutnya, menelantarkan kebun jeruk atau membiarkan jeruk yang gugur akan membuat daur hidup hama terus berputar. Bahkan, kebun jeruk yang ditelantarkan bisa menjadi inang bagi hama.

Semakin parah

Serangan hama makin parah sebab selama ini petani keliru dalam menanganinya. Petani menyemprotkan insektisida pada tanaman. Adapun penggerek buah dan lalat buah hanya ikut bertelur di dalam jeruk. Penggerek buah bertelur pada permukaan jeruk saat jeruk masih hijau. lama-lama, telur akan masuk ke dalam daging jeruk melalui pori-pori jeruk yang lebar. Adapun lalat buah menyuntikkan telurnya ke dalam daging buah jeruk saat jeruk sudah berwarna kuning. Siklus hama penggerek buah terus berjalan meski insektisida disemprotkan.

Petani melakukan pemberantasan hama tanpa koordinasi karena tenaga penyuluh belum maksimal. Kemampuan petani juga pas-pasan, sementara kelompok tani terbentuk hanya untuk mendapatkan bantuan.

Atas dasar itu, pada tahun 2007 hingga 2010 Usaha melatih lebih dari 10.000 petani dari 120 desa di Kabupaten Karo atas biaya USAID Amarta sebesar Rp 3 miliar. Pertanian organik menjadi salah satu tema dalam pelatihan, selain alih teknologi dan budidaya pertanian.
Ia juga menjadi tenaga konsultan petani jeruk di Tapanuli Utara dan Pakpak Barat, dua kabupaten yang juga mulai mengembangkan jeruk di Sumatera Utara. Ia juga memberikan pelatihan kepada petani di 40 desa di Karo untuk membuatkan demplot cabai dan tomat, sebagai bagian dari program Petani Mengelola Pertanian bantuan Bank Dunia.

Pelatihan itu terus dilakukan Usaha karena sumber daya manusia petani lemah. Kegagalan dunia pertanian membuat banyak anak muda enggan menjadi petani. Anak muda Karo yang berpendidikan tinggi dan menempuh pendidikan di Jawa pun enggan pulang menjadi petani.

Seminggu dua kali, Usaha siaran di radio atas biaya sendiri, untuk memberikan konsultasi kepada petani. “Bangga menjadi petani” adalah moto yang selalu ia gunakan. “Banyak petani yang meminta saya menentukan pupuk atau saprodi yang aman digunakan,” kata Usaha. Dia lalu menjadi penyalur pupuk biologi, selain membuat biro konsultan pertanian.

Pensiun dini

Usaha menjadi petani jeruk sejak 1999. sebelumnya, ia bekerja sebagai manajer perusahaan perkebunan swasta nasional dengan gaji Rp 17,5 juta per bulan. Keluarganya protes saat dia memilih pensiun dini dan pulang kampung, jadi petani jeruk.
Ia mendapat pesangon Rp 500 juta. Sebanyak Rp 150 juta di antaranya ia gunakan untuk membantu petani dengan konsultasi gratis, sisanya untuk membeli tanah dan mengupayakan jeruk. Ia memiliki 12 hektar lahan jeruk.
Menjadi petani adalah cita-cita masa muda Usaha. Lagu Ebiet G Ade “Cita-Cita Kecil Si Anak Desa” yang menginspirasinya. Liriknya, antara lain, berkisah tentang cita-cita anak desa yang ingin menjadi petani, punya kebun dan kandang ternak, syukur-syukur menjadi kepala desa.
Lagu itu membuat Usaha memutuskan menjadi petani pada usia 40 tahun. Pada 2008 ia menjadi Ketua Masyarakat Jeruk Indonesia, setelah sebelumnya menjadi ketua harian, menggantikan ketua lama yang meninggal dunia.
Ia sempat dipinang menjadi bakal calon Wakil Bupati Karo tahun lalu, tetapi mundur karena ongkos politiknya amat besar. “Saya enggan masuk politik kalau politik masih pakai uang,” ucapnya.

Usaha Barus
Lahir : Kabanjahe, Sumatera Utara (Sumut), 1 Agustus 1961
Istri : Ida Nuraini Br Ginting (46)
Anak :
– Gamal Primsa Barus (21)
– Gina Primta Br Barus (18)
– Ghea Primta Br Barus (11)
Pendidikan :
– SD Katolik Sei Beras Sekata, Sunggal, Sumut
– SMPN 8 Medan
– SMAN 4 Medan
– S-1 Fakultas Pertanian USU

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 15 NOPEMBER 2011

Filed Under: Kalak Karo Tagged With: jeruk

Hormax Campur Susu Hentikan CVPD & Limpahkan Hasil Jeruk

13 October 2011 by karo Leave a Comment

Jeruk
Bpk. Barus (081280313737) tinggal di Jakarta, sebenarnya sudah lama meninggalkan kampung halamannya Berastagi, Tanah Karo, Sumatera Utara, karena pernah menyimak acara di TVRI Dialog Interaktif Pertanian yang dibawakan oleh Wayan Supadno (0811763161) Formulator Organik bersama Guru Besar IPB Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. dengan topik Pentingnya Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Hormon Tanaman untuk Mendongkrak Hasil.

Tergugah untuk membangun kembali citra “Jeruk Berastagi” (Jeruk Ikon Berastagi) yang beberapa tahun terakhir nyaris punah akibat serangan CVPD virus yang selama ini belum ada obatnya, padahal dulu produknya menguasai pasar induk Jakarta, bahkan sempat diekspor. Lebih mulia lagi, dulu jeruknyalah penyumbang terbesar perputaran ekonomi keluarganya untuk nafkah dan biaya sekolah putra-putrinya.

Bpk. Barus mulai bertani lagi dengan menanam jeruk dan beberapa tanaman unggulan Berastagi, karena hasil memuaskan, di lapangan yang dipercayakan kepada Bpk. Hendri (082161029925). Karena selalu mempraktekkan sendiri dengan niat baik membantu para petani di kampungnya, maka mengajukan diri jadi Agen Tunggal di Kab. Tanah Karo, Sumut. Bpk. Barus berkunjung ke kantor CV Bangkit Jaya Abadi Raffles Hills Blok LT No 18 Jl. Alternatif Cibubur dan beruntung dapat berkonsultasi banyak dengan Wayan Supadno. Kiat teknisnya:

    1. Gali lubang tanam, beri pupuk kandang dan sedikit NPK, semprot campuran Bio-EXTRIM dan ORGANOX pada masa pra tanam.
    2. Setelah 2 minggu, tanam bibitnya dengan mencelup dulu selama 15 menit akar beserta polybag ke campuran HORMAX 1 botol (0.5 liter), susu bubuk tanpa rasa 2 sendok makan dan air 10 liter.
    3. Semprot kabut rutin dengan HORMAX 3 tutup/ tangki 14 liter/ 2 minggu
    4. Jika ada tanda-tanda serangan CVPD lap/labur/basahi batang dengan HORMAX campuran susu tersebut ke seluruh permukaan batang.
    5. Kocor Bio-EXTRIM dan ORGANOX ke akar secara rutin ke pangkal akar.
    6. Jika tanaman sudah dewasa agar kanopi terbentuk besar dan vigor supaya peluang jumlah buah berlimpah, buat parit keliling batang dengan kedalaman 15 cm dengan radius 75 cm dari pangkal batang, isi pupuk kandang (dapat diganti pupuk organik granul) semprotkan Bio-EXTRIM & ORGANOX dan air kelapa muda, 10 tutup botol (200 ml) per tangki 14 liter. Waktu penggalian ada sebagian akar terputus, kelak akan keluar akar muda dan mata akar sangat banyak dan super produktif supaya asupan mewah yang dihidangkan dari Bio-EXTRIM & ORGANOX terserap sempurna.

Alasannya:

– Hormax mengandung hormon yang bersumber dari sekresi bakteri Bacillus, berperan sebagai imunomodulator (Isolauri et al., 2001) & penghasil antibiotik pathogen (Rao, 1994) maka terjadi proses vaksin sekaligus memacu proses vegetative maupun generatifnya.

– Pengalaman serupa juga didapat oleh Bpk. Sumarsono (085236136126) di Lumajang, Bpk. Kusnanto (081222178989) di Indramayu, Bpk. Indra (08125670401) di Pontianak, Bpk. Irwanto (081803519872) di Banyuwangi. Bahkan hasil panen Pak Sumarsono meningkat tajam > 50 %, sedangkan biaya produksi diakui menurun > 50% oleh Pak Kusnanto. “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha mengubahnya sendiri & dalam kuasa-Nya tiada yang mustahil.” (/banguntani)

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, meningkatkan panen, pupuk

Petani Jeruk Karo Lirik Pupuk Organik

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Membanjirnya buah impor yang masuk ke pasar Indonesia tak terkecuali Sumatera Utara (Sumut), ditambah akan masuknya jeruk kino Pakistan pada tahun depan, membuat kalangan petani di sentra pertanian jeruk di Kabupaten Karo terus terpuruk karena produksi jeruk lokal selalu kalah bersaing. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas produksi jeruk lokal kini semakin menurun akibat banyaknya serangan hama dan penyakit.

Ketua Asosiasi Petani Jeruk Indonesia Kabupaten Karo, Saul Surbakti, mengatakan, saat ini kondisi jeruk dari Karo atau yang sering disebut Jeruk Medan semakin menurun produksinya. Sebab, petani tidak memiliki gairah lagi mengembangkannya dan bahkan banyak yang telah mengalihfungsikan lahan ke komoditas tanaman lain yang lebih menguntungkan.

“Saat ini memang harga jual jeruk kita mahal, tapi itu pun tidak membuat petani senang. Karena jeruk lokal masih tetap kalah dengan jeruk impor yang dari segi bentuk, warna dan harga lebih menarik masyarakat,” ujarnya saat dihubungi MedanBisnis, Selasa (20/9).

Dikatakannya, jeruk impor asal China yang banyak dijual di pasaran memang sangat menganggu keberadaan jeruk lokal. Apalagi diperkirakan pada tahun depan impor jeruk kino dari Pakistan juga akan deras masuk dengan telah disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia-Pakistan, yang membebaskan bea masuk (BM 0%) jeruk kino Pakistan masuk ke Indonesia.

“Ini pasti akan semakin menenggelamkan keberadaan produksi jeruk lokal. Sebab sekarang saja kita sudah ketar-ketir dengan banyaknya jeruk impor dari China, ditambah lagi pemerintah mengizinkan masuknya jeruk dari Pakistan. Kalau begini keadaannya petani pasti akan semakin merugi dan akan meninggalkan tanaman jeruknya,” kata Saul.

Kondisi sekarang, tambahnya, dengan banyaknya serangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk membuat biaya produksi tanaman semakin tinggi. Ini belum sebanding dengan harga jual jeruk dan permintaan yang banyak dari pasar.

“Bagaimana kita mau tanam, kalau hanya buat rugi. Jadi lebih baik pilih tanaman yang lain saja,” ucap petani jeruk lainnya di Karo, Domino.

Untuk harga jeruk saat ini yang mencapai Rp 6.500/kg, dikatakan Domino memang lumayan tinggi dipicu minimnya produksi jeruk dan dengan ukuran buah yang kecil-kecil. “Tidak ada lagi jeruk yang ukuran super karena petani kurang perawaan dan sudah lemah membudidayakan jeruk,” akunya seraya menambahkan biaya produksi tanaman jeruk bisa mencapai Rp 4.700/batang pertahun.

Kabid Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Sumut, Ratna Gultom, mengakui produksi jeruk lokal di Sumut memang semakin menurun. Kondisi ini bisa saja semakin parah dengan banyaknya buah impor yang beredar di pasaran, jika produktivitas tanaman buah lokal tidak dipertahankan.

“Tapi begitupun, tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena komoditas kita tidak kalah dengan buah impor dan telah memiliki pasar sendiri,” katanya.

Pemerintah juga tetap melakukan banyak program dalam peningkatan produktivitas tanaman komoditas hortikultura seperti pemberian bibit, pengembangan produksi, pembinaan dan lainnya sehingga petani tetap bergairah mengembangkan. “Seperti pembentukan asosiasi pemasaran ekspor buah yang difasilitasi pemerintah juga merupakan upaya mempertahankan produksi buah lokal,” imbuhnya.

Namun, selain itu, Ratna juga meminta kepada masyarakat untuk mencintai produk atau buah lokal yang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan buah impor. Tidak hanya mendapat jaminan produk, tapi masyarakat juga dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya.

“Kita yang harus menghargai hasil kerja petani dengan membeli buah yang dihasilkan. Lagipula produk lokal terjamin kualitasnya meski harga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan impor,” pungkasnya.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai impor buah naik 49,07% periode Januari hingga Juli 2011 dengan US$31.050 juta dan volume 34.640 ton dibandingkan periode yang sama ditahun lalu dengan nilai US$20.829 juta dan volume 23.545 ton.(Medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, pupuk organik

Petani Tolak Pasang ‘kelambu’ Jeruk

13 June 2011 by karo 1 Comment

KABANJAHE – Dana Sembiring Meliala ,(54), salah seorang petani jeruk di Kabanjahe, mengaku tidak sependapat dengan pemasangan jaring atau kelambu untuk mengatasi serangan hama lalat buah, sebagaimana sekarang ini sudah banyak dilakukan petani jeruk di Karo.
“Pemasangan jaring akan berdampak kepada sistim simbiosa antara hama dengan jeruk. Sudah pasti, pemasangan jaring akan mengurangi pembuahan jeruk,” ujar petani yang memiliki kebun jeruk seluas 3 ha di Desa Lau Simomo, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, saat ditemui di kebunnya.
Menurutnya, salah satu solusi mengatasi hama lalat buah dengan berganti jenis pestisida yang akan disemprotkan maupun memperbanyak volume penyemprotan menjelang musim pembuahan. Antisipasi dini harus dilakukan.
“Bahkan cara-cara yang tradisional jauh lebih efektif, seperti membakar belerang diwaktu-waktu tertentu,” katanya.
Diakuinya, dampak hama lalat buah sangat dahsyat mempengaruhi hasil panen. Misalnya, jika buah yang siap panen sekitar 10 ton, dengan asumsi harga Rp 5000 per kg, maka akan menghasilkan Rp 50 juta. Akibat serangan hama tersebut, bisa-bisa panen hanya sekitar 4-5 ton.
“Kerugian dalam kasus ini bisa mencapai Rp 30 juta. Lebih 50 persen dari pendapatan yang seharusnya diterima. Inilah contoh kecil efek dahsyat dari serangan hama lalat buah,” tukasnya.
Sebelumnya, Kadis Pertanian Pemkab Karo, Nomi Br Sinuhaji, menyebutkan upaya penanggulangan hama lalat buah, sudah banyak yang dilakukan pihaknya. Seperti penyemprotan petrogenol secara serentak yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat di Desa Raya, Kecamatan Berastagi.
“Penyemprotan petrogenol bukan tidak memiliki kelemahan seperti kesadaran dari pihak petani, yang kadang agak sulit mengarahkannya, disamping biayanya juga cukup mahal,” katanya.
Disebutkannya, setahun belakangan untuk menanggulangi hama lalat buah, petani jeruk sudah melakukan penanggulangan alternatif, yaitu dengan memasang jaring setinggi enam sampai delapan meter disekeliling kebun tanaman jeruk, tetapi hasilnya belum diketahui secara pasti.
“Apakah efektif atau tidak menangkal hama yang menakutkan tersebut, Dinas Pertanian kini tengah melakukan penelitian akan hal itu,” pungkas Nomi. waspada

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, pertanian

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home