Maba Luah (Nganting manuk)
Yang harus dipersiapkan:
- kampil 6 buah dengan isinya rokok, korek api, untuk lali-laki dan sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau untuk perempuan
- Manuk isangkepi , manukratiur/inembu
- Manuk secukupnya
Yang harus hadir : adalah sangkep Nggeluh kedua belah pihak
Cara Mengikat janji: adalah dengan cara musyawarah antara masing- masing sangkep nggeluhna
Tempat Berkumpul Dan waktunya
Tempatnya adalah adalah dirumah sukut orang tua dari siperempuan dan dilaksanakan pada malam hari jam 19.00. Wib, bila rumah terlala kecil maka dilaksanakan di jambur dan disitu distu ada pembagian jabu rumah dari kedua belah pihak
Dari Mana Berangkat si laki laki
Si laki- laki berngkat dari rumah (jabu) yang mengawinkan pihak laki- Laki. Bila misalnya berlainan atau berjauhan dengan rumah orang tuanya maka dicari untuk rumah senina yang dekat ke tempat berkumpul itu.
Tata Cara Pelaksanaanya
Setelah semua berkumpul dari masing- masing sangkep maka petunjuk dari anak beru sukut kepada anak beru si empo , maka acara makan pun sudah dapat dipersiapkan. Makanan dihidangkan mulai dari sukut kemudian kepada kalimbubu. Piring pinggan adat makanan khusus untuk sukut dan kalimbubu, sedangkan jenis makanan sama untuk semua , kecuali untuk sukut dihidangkan makanan manuk/tinembu sangkep. Kemudian setelah acara berdoa selesai makanpun dapat dimulai.
- Untuk Wilyah Gunung Meriah menghidangkan manuk sangkep/ tinembu dapat diserahkan pada malam hari Nganting manuk, dapat juga pada siang hari swaktu kerja adat. Susunan bentuk manuk sangkep /tinembu.
- Wilayah Cingkes : Ayam yang sudah di potong pada ruas- ruasnya dimasak lengkap semuanya, sebagian dari dagingnya dipotong habis kemudian diberi/campur dengan darah yang sudah dimasak kemudian diberi bumbu, didalam piring adat dimasukkan nasi, kemudian diratakan dan di atasnya disusun potongan ayam itu seperti susunan ayam yang hidup dan di celahnya diisi daging ayam yang sudah dipotong dan dibumbui tadi.
- Wilayah Gunung Meriah dan Bawang Purba: Ayam yang sudah dipotong pada ruas-ruasnya dimasukkan lengkap kedalam ruas/bambu muda yang cukup besar dan teratur mulai dari kaki sampai kepada kerpala, celah-celah d isi dengan kelapa yang sudah diparut, diberi air dan bumbu secukupnya, kemudian dimasak. Khusus di Gunung Meriah acara penyuguhan makanan kehormatan kepada orang tua si perempuan adalah sebagai berikut :
- Pengantin perempuan datang dengan menjunjung takongan (Keranjang makanan adat) yang berisikan tinembu dalam bumbu dan nakan baluten (nasi dalam sumpit), kemudian dibalut dengan uis yang ada rambunya. Uis pada salah satu sudutnya disimpul dan didalamnya ada sejemput beras dan uang rupiah satu perak yang ada gambar ratu.
- Sedangkan pengantin laki- laki datang dengan mengkadang Paola Ntebu (Nira Manis) di dalam kitang (tempat nira tersebut)
- Orang tua si perempuan lalu memeriksa isi dari pada takongan tersebut yang isinya harus lengkap yaitu : 1. kampil, 2.Nakan sada baluten, 3. Tinemba dalam baluten 4. Kemudian ibu dari pengantin perempuan membuka baluten dari nasi itu juga membuka simpul itu, maka terlihatlah gambar ratu tersebut pada uang perak tersebut , berkatalah ibu ” Wah ini sudah datang anakku “. Kemudian orang tua yang laki- laki memberikan pula urutan manuk tinembu mulai dari kaki sampai kepala bahkan jenggernya. Semuanya harus bersusun menurut ayam hidup. Bila ditemukan ada kesalahan maka anak beru mengatakan pengantin laki-laki itu sombong dan harus di denda Rp. 1 ,- (uang perak), dan kemudian beras dari simpul tadi di ambil oleh pengantin dan menaburkan ke atas kearah pengantin seraya mengucapkan mejuah- juah
Ginting la terpegas says
Pria menawan hati2 ko ngomong ula kari pegasi kalak ko kari,kami orang karo tidak pernah mengklaim budaya lain bahkan kami berusaha untuk mengatakan karo bukan batak artinya kami tidak sudi mengklaim budaya orang,kami orang karo kami labo percikcik ma nggo tehmu,bersyukurlah ada orang karo,kalau gk ada orang karo kota medan gk akan ada karna yg menemukan kota medan adalah orang karo yaitu gurupatimpus.intinya kau jangan asal ngomong.
#karobukanbatak!!!
Pria Menawan says
Maaf pak tradisi menjunjung tinombu pada acara sayur matua dan sajian ayam yang diatur yang ditampilkan ini adalah budaya Simalungun bukan budaya Karo, penduduk yang mengaku Karo yang ada di Dolog Silou hingga Gunung Mariah dan Karo Jahe awalnya adalah orang Simalungun yang mengalami transisi identitas menjadi Karo, makanya mereka tetap melestarikan budaya leluhur mereka suku Simalungun. Marga Sembiring yang ada di Dolog Silou adalah peralihan dari Sipayung dan Silalahi, Tarigan peralihan dari Purba, dan Ginting Simarmata dan Garamata peralihan peralihan dari Saragih Simarmata, jangan pernah mengingkari leluhur dan warisannya jangan pernah dikhianati serta diganti labelnya dengan nama lain. Bila ini memang budaya asli suku Karo, tentu akan dikenal secara luas di seluruh wilayah Karo, seperti di Kaban Jahe, Berastagi, Juhar, Tiga Binanga, dan lain-lain. Namun ternyata hanya dikenal di daerah Simalungun yang penduduknya merasa suku Karo, saran saya sebaiknya bapak banyak-banyaklah belajar budaya Karo dan Simalungun agar bapak tahu dimana letak persamaan dan perbedaannya. Dan saya perhatikan orang Karo sangat senang mengklaim budaya orang lain bagian dari budayanya tanpa melalui proses pengkajian yang mendalam. Begitu giliran orang Karo yang diklaim mereka marah dan tidak terima, tapi mengklaim budaya dan daerah orang lain seenak perut mereka. Terima kasih