begiken kai nina lagu enda :)
[soundcloud url=”http://api.soundcloud.com/tracks/52902606″ params=”” width=” 100%” height=”166″ iframe=”true” /]
Berita Baru
99,4 Persen Bacaleg di Karo Tidak Penuhi Syarat
Kabanjahe, (Analisa). Dari 379 bakal calon legislatif (Bacaleg)yangterdaftar di KPUD Karo, sebagai pesertaPemilu legislatif tahun 2014 mendatang, hanya dua orang yang dinyatakan memenuhisyarat, 377 lagi (99,4 persen) tidak memenuhi syarat dan harus melakukan perbaikan administratif.
BacalegPartai Hanura, daerah pemilihan (Dapem) II nomor urut3, Iswadi Purba dan Bacaleg Partai PDI Perjuangan, Dapem II nomor urut 2, Elliwati Br Purbacalon anggota legislatif yang dinyatakanberhasil melewati tahapan seleksi pertama sesuai kriteria yang ditetapkan KPUKaro.
“236 bundel Bacaleg laki-laki serta 141 dokumenBacaleg perempuan, telah kita kembalikan ke partainya masing-masing pada tanggal 7-8 Mei lalu. Tenggang masa perbaikan secara pribadi dan internal partai kita berikanwaktudua pekan, Rabu (22/5) mendatang, dokumen yang dalam tahap perbaikan dikembalikan ke KPU,” ujar Ketua KPUD Karo Benyamin Pinem, ST didampingi anggotanya Jesaya Pulungan, SH.
Benyamin mengatakan, mayoritas berkas Bacalegyangbermasalah terletak pada ketidaksinkronan data KTP dengan identitas lainnya. Misalnya, dengan nama pada ijazah. Sementara faktor tidak memenuhi syarat lainnya terletak pada surat kesehatan, yang disertakanbukan dari instansi yang ditentukan, serta ijazah yang tidak dilegalisir.
Selain itu, Bacaleg tidakmemenuhi syarat karena faktor usia (di bawah umur), hanya dua orang. BacalegPartai Hanura, Dapem IV nomor urut 1, Diana M Matondangdan satu lagi dari Partai Golkar, Dapem I nomor urut 6, Agitha C Purba.
Sementara yang ganda ada satu orang, yaitu Ronal Naibaho. Dia dicalonkan Partai Nasdem dan PKPI sebagai Bacaleg no urut 2 di Dapem IV,” papar Benyamin. (ps)
Artis Karo dan Batak Ramaikan “Rudang Mayang”
Sejumlah artis Karo dan Batak Toba serta Pakpak Dairi akan meramaikan pelantikan muda/mudi “Rundang Mayang”, di Los pekan Desa Negara Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (8/6).
“Kehadiran memeriahkan mereka pada acara pelantikan penggurus muda mudi “Rudang Mayang ” Dusun I Desa Negara Beringin Kecamatan Senembah Tanjung Muda (STM) Hilir,” Kata Mberngap Ginting, Koordinator dana saat jumpa Pers, Kamis (23/5) di STM Hilir.
Menurutnya, aksi para artis tersebut dapat menghibur para pengunjung lewat penampilan adu perkolong kolong (tarian adat Karo-red), bersama Cot Ginting dan Susi Br Surbakti yang menampilkan aksi terbaiknya untuk menghibur masyarakat. Selain itu, katanya, juga hadir trio Batak yang sengaja diundang dari Tapanuli serta sejumlah artis Pakpak Dairi. Pada kesempatan itu Ketua Panitia Edy Surya Ginting menjelaskan hadirnya penyanyi Karo, Batak Toba dan Pakpak Dairi karena masyarakat di Desa Negara terdiri dari berbagai. suku. (bip)(analisa)
Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia yang Baru
Longgena Ginting ditetapkan sebagai Kepala Greenpeace Indonesia yang baru. Ginting mempunyai rekam jejak positif dalam gerakan lingkungan di Indonesia, dan diharapkan akan memperkuat upaya Greenpeace dalam memastikan masa depan yang lebih hijau, bersih dan damai bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Dengan gembira Greenpeace Indonesia menyambut Longgena Ginting. Kami optimistis ia akan mampu memimpin Greenpeace Indonesia untuk meraih cita-cita ambisius dalam melindungi warisan alam Indonesia dari perusakan,” ujar Harry Surjadi, Greenpeace Indonesia Board, dalam keterangan pers yang diterima KBR68H.
Lahir di Sumatra Utara, Ginting mendedikasikan karirnya dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan social di Indonesia. Ia memulai perjalanannya sebagai aktivis lingkungan di Kalimantan, bersama Plasma Foundation memperjuangkan hak-hak masyarakat adat atas tanah mereka. Ia kemudian bergabung dengan Walhi sebagai jurukampanye hutan sebelum akhirnya menjadi Direktur Eksekutif.
Pada 2004 ia bergabung dengan Friends of the Earth International sebagai koordinator kampanye internasional, focus kepada institusi finansial global (IFL – International Financial Institution). Longgena juga pernah menjadi bagian di World Rainforest Movement (WRM) dan menjadi board di the Global Forest Coalition.
“Bumi sedang menghadapi ancaman yang belum pernah kita saksikan sebelumnya, dan tak pelak lagi saat ini kita harus menemukan cara untuk bertahan di planet ini dengan segala batasan-batasan ekologisnya,” tegas Longgena.
“Dengan senang hati saya menerima tugas ini karena Greenpeace telah terbukti konsisten dalam berkampanye demi perubahan positif bagi lingkungan, dan secara independen berhadap-hadapan dengan pihak perusak lingkungan. Greenpeace juga membantu masyarakat yang terkena dampak buruk perusakan lingkungan, membantu Negara mengimplementasikan solusi-solusi nyata, dan bersuara bersama segenap pihak demi mempertahankan bumi bagi anak dan cucu kita.”ujarnya.
“Belum terlambat untuk menyelamatkan lingkungan Indonesia yang unik dan berharga ini, tetapi untuk mewujudkannya butuh upaya semua pihak. Tidak hanya para aktivis lingkungan, tetapi juga pihak pemerintah dan para pemimpin dunia industri.”kata Longgena.
“Untuk mewujudkan hal ini, Greenpeace akan bekerja sama dengan seluruh gerakan lingkungan dan sosial di Indonesia. Dengan dukungan seluruh masyarakat Indonesia, kami yakin akan mampu mewujudkan keadilan sosial dan ekologis di Indonesia,” pungkas Longgena. kbr68h
WMF Renovasi Rumah Adat Karo
World Monuments Fund (WMF), sebuah lembaga yang peduli terhadap kelestarian benda cagar budaya asal Amerika Serikat merenovasi sejumlah rumah adat masyarakat Karo yang terancam punah di Desa Lingga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Direktur Penelitian dan Pendidikan WMF Erica Avromi di Medan, Senin, mengatakan setiap dua tahun sekali pihaknya melakukan renovasi terhadap benda-benda cagar budaya yang terancam punah di berbagai negara di dunia.
Selama ini sedikitnya sudah lebih dari 600 benda cagar budaya atau situs yang mereka renovasi. Pengerjaan renovasi juga melibatkan pemerintah negara setempat dan lembaga peduli kelestarian cagar budaya dari masing-masing negara.
Untuk tahun ini pihaknya mencatat ada sekitar 76 benda cagar budaya yang mendapat kesempatan untuk direnovasi dari beberapa negara, salah satunya adalah benda-benda cagar budaya di Desa Lingga yang memang keberadaanya sudah terancam punah karena kurangnya perawatan.
Beberapa benda cagar budaya yang direnovasi di Desa Lingga yakni dua unit rumah adat, satu unit jambur (bangunan tempat berkumpul), dan satu unit geriten (tempat penyimpanan hasil panen).
Anggaran yang disiapkan untuk merenovasi keempat unit bangunan tersebut sebesar 62 ribu dollar AS dengan waktu pengerjaan selama empat bulan.
“Kami berharap dapat merekonstruksi bangunan-bangunan tersebut sesuai dengan bentuk aslinya. Untuk itu tentunya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat sangat kami butuhkan,” katanya.
Wakil Ketua Badan Warisan Sumatera (BWS) Dr Asmyta Surbakti mengatakan usulan untuk merenovasi bangunan cagar budaya di Desa Lingga tersebut ke WM membutuhkan waktu lebih dari satu tahun setelah melalui beberapa kali penelitian.
“Kita bangga karena bangunan cagar budaya di Desa Lingga itu akhirnya bisa masuk dalam proyek renovasi WMF. Apalagi mereka langsung melibatkan arsitek dari Jerman yang selama ini juga telah berpartisipasi dalam pengerjaan renovasi banguan bersejarah lainnya di beberapa negara,” katanya. (antara sumut)
Logika Faktor Kontaminasi: Karo Bukan Batak
Copy paste langsung dari kompasiana, bila mau tau lebih jauh baca komentar-komentar disana.
Bahwa Suku Karo sudah ada sejak berabad-abad sebelum agama-agama masuk ke Karo. Karo juga memilki daerah yang luas dari daerah pingiran danau toba, ke utara daerah Karo saat ini, Langkat, Binjei, Medan hingga ke perbatasan Aceh dan juga ke timur dari bagian simalungun hingga ke deliserdang.
Karo itu dibagi menjadi KARO GUGUNG, dipegunungan, lalu KARO JAHE DELI SERDANG dan KARO JAHE LANGKAT, daerah langkat. Yang tersebar sedemikian rupa dengan bahasa yang sama tetapi logat yang berbeda.
Karo terkontaminasi oleh BATAK melalui gereja KARO Protestan yang berubah nama menjadi Gereja Batak Karo Protestan pada tahun 1941 dalam sebuah siding gereja. Pada saat itu ada gereja KARO yang tidak mau mengunakan istilah BATAK kedalam Gereja Karo sehingga mereka memisahkan diri dari GBKP dan membentuk gereja sendiri yang ada di Pematang Siantar saat ini.
Artinya bahwa orang KARO pada awalnya telah terpecah ada yang menerima kontaminasi batak, dan ada yang tidak menerima kontaminasi itu. Orang Karo yang berabad-abad tidak pernah menyebutkan dirinya batak, namun tiba-tiba menjadi batak saat itu. Ada yang memperkirakan karena kalahnya Belanda terhadap jerman, sementara gereja aliran dari Jerman mempengaruhi gereja KARO saat itu untuk mengunakan kata batak, padahal gereja Karo adalah aliaran CALVIN sedangkan gereja Jerman adalah Lutheran.
Tetapi kalau ditinjau dari teori lokasi dan perwakilan, maka saat itu Karo yang terkontaminasi menjadi batak didalam gereja GBKP adalah hanya segelintir orang saja. Orang Karo pada umumnya sulit untuk pindah agama, mereka telah memiliki agama awal yang sering disebut kepercayaan PEMENA. Artinya bahwa pada saat itu orang Karo yang terkontaminasi didalam batak adalah hanya orang Karo yang ada di GBKP sementara Karo yang PEMENA, HINDU, ISLAM dan sebagainya tidak mengaku mereka adalah batak. Karo adalah karo dan tanah Karo adalah Tanah Karo dan tidak pernah dipangil dengan tanah batak. Karena tanah batak itu diwakili oleh orang Tapanuli secara umum, yang batak itu adalah Tapanuli dan Karo tidak termasuk didalamnya.
GBKP semakin meningkat jumlahnya saat orang Karo dipaksa memeluk agama karena jaman PKI, selain menjadi Kristen, Katolik dan tentunya Islam. Pada dasarnya saat awal pembentukan GBKP, orang Karo yang jauh lebih banyak seperti di dataran deli dan langkat tidak tahu menahu mengenai karo yang terkontaminasi dengan nama batak dalam GBKP.
Logika kontaminasi lebih lanjut dapat dapat dilihat dari orang Karo yang berubah menjadi MELAYU, yang dipangil orang Maye-maye. Orang maye-maye ini berbahasa Karo tetapi tidak mau disebut sebagai orang Karo. Kelompok maya-maya ini adalah menjadi Karo melayu, mereka pada umumnya tidak lagi memakai merga tetapi kalau ditanya mereka akan mengatakan merganya. Ini dapat dikatakan orang KARO yang melarikan diri dan berubah menjadi kelompok melayu.
Jadi secara Logika dapat dikatakan Ada Karo, lalu ditempel atau dikontaminasi oleh kebatakkan menjadi Karo batak, tapi ada Karo yang melarikan diri menjadi Melayu jadilah dia maye-maye, ada karo yang tidak ditempel apa-apa jadilah dia KARO. Oleh karena itu pada dasarnya KARO adalah KARO dan jauh sebelum 1941 bahkan sejak abad 13 dan sebelumnya (naca tulisan sebelumnya hal LOGIKA ROHANI: KARO BUKAN BATAK) orang Karo tidak mengenal dan bukan bagaian dari Batak . Batak sendiri cendrung diberikan oleh orang ketiga yang tidak dengan benar mengenal siapa-siapa sesunguhnya suku-suku yanga ada di sumatera saat itu. Batak yang cendrung negative, tidak mewakili suku Karo yang sudah mengenal peradapan seperti yang dikenal dalam sejarah.
Dalam hal ini kita harus mengunakan logika dan berpikir ilmiah, terhadap ruang dan waktu dan pergerakan yang ada didalamnya bahwa KARO adalah KARO. Sebagian Karo telah terkontaminasi oleh batak menjadi Karo batak, sebagian mereka mengalihkan dirinya menjadi melayu maye-maye, namun masih lebih banyak orang KARO yang sama sekali tidak terkontaminasi dan tetap sebagai orang KARO adalah KARO.
Orang karo tidak terikat oleh darah tetapi kekerabatan, orang batak terikat secara darah, ini adalah salah satu falsafah yang sangat membedakan antara orang karo dan batak. Anda dapat menemikan orang karo dari model Mongolia sampai India, dengan bahasa yang berbeda dan kebiasaaan emosional juga berbeda dengan orang batak. Orang karo sendiri memilki banyak istilah untuk orang batak, karena memang memilki sifat-sifat yang berbeda. Banyak DATA dari sifat-sifat yang berbeda diantara KARO dan BATAK, sehingga sebenarnya sangat janggal untuk menyatukannya walaupun tentunya telah terjadi kontaminasi dari kekaroan itu sendiri. Dan tentunya telah terjadi kawin-mawin diantara mereka.