• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for Pertanian

Pertanian

3 Petani Sumut dikirim ke Thailand

19 July 2011 by karo Leave a Comment

jeruk manis BerastagiPemerintah Provinsi Sumatera Utara mengirim tiga petani ke Hajai, Thailand untuk mengikuti study banding tentang hortikultura. Hasil study ini nantinya akan disosialisasikan kepada para petani Sumut untuk diaplikasikan di lapangan.

Kepala Biro Otonomi Daerah (Otda) Setda Provinsi Sumut, Sarlandy Hutabarat, melalui Kabag Fasilitasi Kerjasama Biro Otda, Rita Mestika Hayati, mengatakan, hal ini merupakan perwujudan hubungan/program kerja Asiosasi Provinsi Bersaudara (APB) yang dirintis beberapa tahun lalu. Disebutkannya, pengiriman tiga petani ini merupakan momen terbaik untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Sumut di bidang pertanian. Ketiganya adalah Suhardi (Binjai), Domino Ginting (Karo) dan Sahrul Sinaga (Deli Serdang). Mereka akan diberangkatkan tanggal 18 Juli 2011 mendatang.

Rita menjelaskan, saat ini, Thailand dikenal dengan dunia pertaniaannya yang cukup maju dan memiliki teknologi canggih. Selain memiliki produksi yang cukup besar, tingkat kualitas produksinya juga cukup bagus dan diakui dunia. “Inilah salah satu alasan sehingga Pemprov Sumut memilih Hajai, Thailand sebagai prioritas utama untuk studi banding bagi petani kita,” ujarnya.

Dengan dikirimnya tiga petani hortikultura tersebut, diharapkan akan dapat membawa hasil yang baik untuk dapat dikembangkan di Sumut. Pembanguan sektor pertanian di Sumut diharapkan semakin meningkat sehingga pendapatan perkapita petani semakin mantap. Ketiga petani perwakilan Sumut ini nantinya akan memberikan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan pada masyarakat tani untuk pengembangan atau pengelolaan pertanian mulai dari pembibitan hortikultura, permentasi, hingga pengolahan produksi. (waspada)

Filed Under: Pertanian Tagged With: studi banding, thailand

Petani Tolak Pasang ‘kelambu’ Jeruk

13 June 2011 by karo 1 Comment

KABANJAHE – Dana Sembiring Meliala ,(54), salah seorang petani jeruk di Kabanjahe, mengaku tidak sependapat dengan pemasangan jaring atau kelambu untuk mengatasi serangan hama lalat buah, sebagaimana sekarang ini sudah banyak dilakukan petani jeruk di Karo.
“Pemasangan jaring akan berdampak kepada sistim simbiosa antara hama dengan jeruk. Sudah pasti, pemasangan jaring akan mengurangi pembuahan jeruk,” ujar petani yang memiliki kebun jeruk seluas 3 ha di Desa Lau Simomo, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, saat ditemui di kebunnya.
Menurutnya, salah satu solusi mengatasi hama lalat buah dengan berganti jenis pestisida yang akan disemprotkan maupun memperbanyak volume penyemprotan menjelang musim pembuahan. Antisipasi dini harus dilakukan.
“Bahkan cara-cara yang tradisional jauh lebih efektif, seperti membakar belerang diwaktu-waktu tertentu,” katanya.
Diakuinya, dampak hama lalat buah sangat dahsyat mempengaruhi hasil panen. Misalnya, jika buah yang siap panen sekitar 10 ton, dengan asumsi harga Rp 5000 per kg, maka akan menghasilkan Rp 50 juta. Akibat serangan hama tersebut, bisa-bisa panen hanya sekitar 4-5 ton.
“Kerugian dalam kasus ini bisa mencapai Rp 30 juta. Lebih 50 persen dari pendapatan yang seharusnya diterima. Inilah contoh kecil efek dahsyat dari serangan hama lalat buah,” tukasnya.
Sebelumnya, Kadis Pertanian Pemkab Karo, Nomi Br Sinuhaji, menyebutkan upaya penanggulangan hama lalat buah, sudah banyak yang dilakukan pihaknya. Seperti penyemprotan petrogenol secara serentak yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat di Desa Raya, Kecamatan Berastagi.
“Penyemprotan petrogenol bukan tidak memiliki kelemahan seperti kesadaran dari pihak petani, yang kadang agak sulit mengarahkannya, disamping biayanya juga cukup mahal,” katanya.
Disebutkannya, setahun belakangan untuk menanggulangi hama lalat buah, petani jeruk sudah melakukan penanggulangan alternatif, yaitu dengan memasang jaring setinggi enam sampai delapan meter disekeliling kebun tanaman jeruk, tetapi hasilnya belum diketahui secara pasti.
“Apakah efektif atau tidak menangkal hama yang menakutkan tersebut, Dinas Pertanian kini tengah melakukan penelitian akan hal itu,” pungkas Nomi. waspada

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, pertanian

Kepala Balitbang Pertanian Dr Ir Haryono MSc: Pakpak Bharat dan Karo Jadi Model Laboratorium Penelitian

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Ir Haryono MSc mengatakan Kabupaten Phak Phak Barat dan Karo akan dijadikan model laboratorium penelitian Balitbang Pertanian.

“Setelah saya berbicara langsung dengan Bupati Pakpak Bharat dan Bupati Karo, terungkap bahwa mereka benar-benar punya keinginan untuk memajukan daerahnya terutama sektor pertanian. Mereka sadar bahwa untuk memajukan sektor pertanian butuh teknologi. Karena itu kami dari Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian merasa tertantang,” ujarnya kepada wartawan di Restoran Lembur Kuring Jalan T Amir Hamzah, Sabtu (28/5).

Saat bertemu dengan Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu dan Bupati Kato Kena Ukur Surbakti, Kepala Balitang Pertanian itu didampingi Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan Dr Hasil Sembiring, Kepala Pusat Litbang Hortikultura Dr Yusdar, Kepala Balai Nesar Penelitian Veteriner Dr Hardiman, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Dr Asrtu Unadi, Kepala Bapai Besar Litbang Pasca Panen Dr Rudy Tjahjohutomo, Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Dr Agung Hendriardi, Kepala BPTP Sumut Didik Harnowo dan lainnya.

Menurut Haryono, pihaknya mulai saat ini akan melakukan penelitian di dua daerah tersebut dan yang sesuai dengan kebutuhan daerah akan coba diterapkan. “Maka kami sebut akan dijadikan model laboratorium penelitian,” ujarnya.

Mengenai empat produk unggulan Kabupaten Pakpak Bharat, gambir, nilam, nenas dan kopi, Haryono mengatakan, empat komoditas itu bukan unggulan Badan Litbang Pertanian. “Meski bukan unggulan, tapi komoditas itu termasuk yang akan kami teliti. Karena itu unggulan Pakpak Bharat maka khusus di daerah ini akan menjadi prioritas penelitian,” ujarnya.

1 juta gambur

Sementara Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu didampingi Asisten II Ir Sustra Ginting MSi dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Ir Mukhtar AW menjelaskan, kabupatennya memang memiliki empat komoditas unggulan yang akan dikembangkan yaitu, gambir, nenas, kopi dan nilam.

“Khusus di tahun 2011 saja pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk program ‘1 Juta Gambir’,” ungkapnya.

Selama ini kata Remigo, gambir telah ditanam secara turun temurun di daerahnya namun sama sekali belum tersentuh teknologi. Maka keberadaan Badan Litbang Pertanian diharapkan mampu memberikan sentuhan teknologi mulai dari pembibitan, pemeliharaan hingga pasca panen.

Di samping itu lanjutnya, mereka juga telah menyiapkan tata niaga termasuk mendirikan BUMD untuk menampung hasil panen. “Dengan demikian harga gambir akan tetap stabil sehingga pendapatan masyarakay bisa meningkat,” ujarnya.

Sementara Bupati Karo Kena Ukur Surbakti lebih mengeluhkan masalah ketersediaan pupuk. Karena itu ia berharap agar Badan Litbang mampu memberikan tekmologi pembuatan pupuk kompos bagi masyarakat. (rrs) analisa

Filed Under: Pertanian Tagged With: prospek karo

Di Tanah Karo Kentang Merah Memiliki Pangsa Pasar Tersendiri

18 November 2010 by karo 2 Comments

Kentang merah yang lebih kaya karbohidrat dan zat besi dan petani menyukai membudidayakan ketntang ini, karena pemeliharaan yang simpel dan relatif tahan penyakit.

Umbi kentang sudah menjadi bahan makanan yang akrab bagi masyarakat. Selain menjadi keripik, kentang bermanfaat sebagai pelengkap sayuran dan olahan makanan lain.

Bahkan, di Eropa, kentang menjadi makanan pokok. Umumnya kentang yang kita kenal dan banyak beredar di pasaran kentang berumbi putih kekuningan. Tapi, ada juga kentang berumbi merah. Kentang jenis ini kulitnya berwarna merah, tapi dagingnya berwarna kuning.

Kentang merah mengandung karbohidrat yang lebih banyak dan berkadar air lebih rendah. Ini membuat olahan kentang menjadi keripik atau makanan lain akan lebih gurih dan lezat. Dari sisi pembudidayaan, kentang merah lebih tahan terhadap hama atau penyakit. Asyiknya, petani bisa menanam kentang merah, baik di dataran medium hingga tinggi.

Meski memiliki keunggulan, saat ini produksi kentang merah masih terbatas. Budidaya kentang merah untuk wilayah Tanah Karo,masih tergolong rendah karena kentang merah ini tidak menjadi unggulan hasil pertanian. Para petani umumnya kebanyakan membudidayakan kentang yang berumbi putih kekuningan yang lajim disebut (kentang grenola dan selektani)..

Petani sekaligus penangkar bibit kentang Ibnu Nufail ketika ditemui wartawan, Minggu (14/11) di ladangnya Desa Aji Julu kecamatan Tiga Panah menuturkan, sudah puluhan tahun silam petani menanam kentang umbi kuning dan hortikultura lain. Namun, upaya ini selalu membawa kecemasan karena tidak ada kepastian kesetabilan harga, bahkan cenderung selalu gagal karena ketinggian lahan yang tidak cocok dan hama.

Ketika itu ia memilih untuk varitas kentang merah, hingga berbuah positif kala ada pelatihan dan ujicoba budidaya kentang merah dari Dinas Pertanian setempat. “Ternyata berhasil, hingga terus kami kembangkan hingga kini,” ujar Ibnu.

Membuat petani senang membudidayakan kentang merah itu, kartena perawatannya tidak rumit. Penanaman bibit kentang sampai panen memakan waktu 100-130 hari. Saat penanaman yang baik itu ketika curah hujan tidak terlalu tinggi. Bibit yang sudah bertunas ditimbun dengan tanah hingga menutupi sebagian umbi. Selanjutnya, sedikit demi sedikit umbi bibit ditimbun dengan tanah. Hingga saat usia bibit enam minggu, sudah bisa ditutupi semua bagiannya dengan tanah dan tersisa tunasnya di permukaan tanah.

Selain petani Ibnu Nufail juga dikenal sebagai Agronomis CV.Bintang Anugrah Pupuk Organik ini, juga memberikan metode pemupukan awal menggunakan pupuk kandang dan empat kali pemupukan susulan sampai masa panen.

Penyemprotan fungisida dilakukan jika tanaman terserang hama saja, seperti jamur pada daun dan orong-orong. tak perlu menyiram karena di sini dingin dan mengandalkan curah hujan,” jelas Ibnu.

Tiga Kali Setahun

Panen kentang biasa berlangsung tiga kali setahun. Namun, penanaman bibit tidak berbarengan. Sekali panen menghasilkan 15 ton dari setengah hektare lahan. menghasilkan 40-50 ton kentang sekali musim panen. Karena itu,ia membutuhkan pasokan kentang dari luar daerahnya. Bahkan, kentang produksi mereka di pasarkan di seputar provinsi Sumatera Utara saja sudah habis.

Geliat budidaya kentang merah di Tanah Karo sudah mulai terlihat. Para Kelompok Tani sudah banyak menyisihkan bibit kentang merah. Sayang, upaya ini belum mendapat dukungan berupa pemasaran yang baik. Dari Pemkab Karo, Ibnu mengaku pemasaran kentang sejauh ini masih mengandalkan tengkulak. Harga jualnya hanya Rp 4.500 perkg. Padahal, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 6000 per kg.

Ibnu Nufail berharap, dengan semakin besar kapasitas produksinya dan produk yang semakin dikenal, pemasaran bisa lebih meluas. “Tentu dengan harga jual di tingkat petani lebih tinggi,” kata Ibnu.

Untungnya, para petani ini tak hanya menjual hasil panennya sebagai kentang konsumsi. Mereka hanya menjual 70 persen hasil panen saja. Sisanya, setelah melewati hasil seleksi, menjadi bibit buat penanaman kentang merah selanjutnya.

Sangat Besar

Usaha penyediaan bibit ini lantaran kebutuhan bibit kentang merah masih sangat besar. Apalagi di Kecamatan Tiga Panah belum ada penghasil bibit kentang merah. “Kendala para petani disini, sulitnya mendapat bibit. Kami mengusahakan bibit selain menjual kentang konsumsi,” kata Ibnu.

Pembibitan miliknya saja bisa menghasilkan bibit kentang merah sekitar 4.500 kg tiap kali panen. Setelah dikurangi kebutuhan bibit untuk anggota kelompok tani, mereka melego 8500 kg bibit kentang merah ke pasaran. Jumlah ini tak memenuhi kebutuhan. Ibnu bilang, tiap kelompok tani butuh 200 kg bibit untuk sekali musim tanam. Tak pelak, para petani di sini harus rela berbagi rata bibit yang ada.

Bibit kentang merah yang bagus itu, umbi yang memiliki permukaan halus dan mungil, berbobot 50 gram.

Ibnu menjual bibit kentang merah seharga Rp 8000 – Rp 9.000 per kg. Dari penjualan bibit, ia bisa mengantongi omzet Rp 30,7 juta setiap kali panen. Adapun omzet penjualan kentang konsumsi mencapai Rp 36,7 juta, ungkapnya.

Ibnu Nufail mengakui menjual kentang konsumsi maupun bibit sama-sama menguntungkan. Tapi, pria ini mengatakan, untung menjual kentang konsumsi lebih besar dari bibit. Marjin keuntungan menjual kentang konsumsi itu mencapai 40persen. “Untung menjual bibit hanya 20 persen, karena ada biaya dari pasca panen sampai menjadi bibit,” katanya.

Proses pembuatan bibit itu, dengan cara mengangin-anginkan umbi kentang di tempat teduh pasca panen. Setelah satu minggu, tunas akan muncul pada umbi. Agar tak terserang jamur, pembibit memberi fungisida pada bibit itu. Seminggu kemudian, saat tunas mulai membesar, bibit siap dijual.

Petani tak bisa langsung menanam bibit yang sudah bertunas ini. Petani harus membuang dulu tunas pertama dan membiarkan tunas kedua muncul. Lalu mereka membuangnya lagi hingga tumbuh tunas ketiga, saat itulah umbi layak tanam. Ke depan, disamping itu dirinya juga melakukan pelatihan membuat bibit untuk mencukupi kebutuhan bibit dan agar mereka tak tergantung pada kelompok tani tertentu.

Produk Unggulan

Sebelumnya, diberitakan kentang merah (solanum Tuberasum) bakal menjadi produk unggulan jika petani di Tanah Karo mau membudidayakan kentang merah, seperti kentang granola.

“Bila dilihat dari beberapa kali hasil panen yang dilakukan petani, kentang merah sangat cocok untuk dijadikan produk unggulan di Tanah Karo, karena kentang merah bisa ditanam di dataran medium antara 500-800 dari permukaan laut,” ujarnya,

Ia mengatakan, kelebihan kentang merah dengan kentang lain atau kentang jenis granula, selain bisa ditanam di dataran medium, juga lebih tahan terhadap serangan penyakit pitok tora (daun layu). Kelebihan lainnya kandungan air lebih rendah sehingga bila dibuat keripik sangat gurih dan renyah. kemudian harga jual cukup tinggi.

Bila harga kentang biasa Rp2.000-Rp4.000 per kilogram kentang merah bisa mencapai harga Rp6.000 per kilogram.”Kalau dari segi teknis tidak mengalami kendala, namun demikian masih sulit untuk mencari bibit,” kata Ibnu.

Menurut dia, karena masih sangat sulit mencari bibit, kentang merah ini masih belum banyak dijual di pasaran umum. Sedang petani yang tengah mencoba menanam kentang merah ada di empat kecamatan yakni, kecamatan Tiga Panah, Merdeka, Naman Teran dan Merek .

Meskipun petani masih kesulitan untuk mencari bibit, pihaknya berkeyakinan kentang merah ini nantinya akan menjadi salah satu produk andalan Tanah karo selain sayur-sayuran. (Analisa)

Filed Under: Pertanian Tagged With: kentang, prospek

Bisnis Buah Naga Untung Lipat Ganda

18 November 2010 by karo 3 Comments

Tidak terasa mobil yang kami tumpangi sudah sampai ke tujuan. Jarum jam menunjuk hampir Pukul 16.00 WIB setibanya Penulis bersama beberapa rekan di sebuah kawasan perkebunan buah Naga di Desa Pantaicermin Kiri, Kecamatan Pantaicermin, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara.

Cukup sekali bertanya kepada masyarakat setempat untuk sampai di kawasan tersebut. Sebab, lokasinya nyaris berada di pinggir jalan besar yang selalu dilintasi terlebih yang selalu berwisata ke Pantai Sri Mersing dan Kuala Putri yang tidak jauh dari lokasi tersebut.

Pemandangan nan indah terekam dalam mata tatkala melihat ke arah hamparan luas kebun berisi pepohonan buah naga yang berjajar dengan susunan sangat rapi didukung penyangga terbuat dari beton.

Lipat Ganda

Di Sumatera Utara, bisnis buah naga belum dikenal banyak masyarakat. Bisnis ini masih terasa asing meski memiliki potensi keuntungan luar biasa yang berlipat ganda. Peluang ini dimanfaatkan pengusaha muda Acui dengan menanam pohon buah naga yang dilakoninya sejak 4 tahun lalu di daerah Pantaicermin, Serdangbedagai.

Berawal dari lahan seluas satu hektar, Acui kini sudah mengembangkan potensi bisnis ini mencapai sekira 10 hektar yang sebagian sudah mulai produktif menghasilkan keuntungan.

Leon (45 ) yang dipercaya Acui mengurus bisnis tersebut menjelaskan, berbisnis buah naga menjanjikan keuntungan besar berlipat ganda. Selain harganya yang cukup tinggi, perawatannya juga tidak sulit namun harus mengeluarkan modal yang besar pula di tahap awal.

Setiap satu pancang dengan jarak 3 meter berisi 4 bibit pohon buah naga mengeluarkan biaya sekira Rp150 ribu belum termasuk pupuk organik yang rutin dilakukan setiap bulan guna memacu kesuburan sampai sekira 8 bulan sudah berproduksi.

Keuntungan yang bisa diraup dari bisnis buah naga ini sangat menjanjikan dan berlipat ganda. Tidak tanggung-tanggung, dari seluas satu hektar pohon buah naga, potensi produksi panennya mencapai 2 ton setiap bulan dengan harga Rp.30.000 per kilogramnya.

Sejauh ini papar Leon, permintaan pasar terhadap buah naga meski masih di area Kota Medan cukup tinggi dan pihaknya belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Terlebih di bulan Oktober-Desember, karena produksi buahnya mengalami masa trek dibulan-bulan tersebut..

Ditambahkan Leon, tidak buahnya saja yang dapat dijual, tunas pohonnya juga menghasilkan uang dijadikan sebagai bibit dengan harga Rp15.000 per bibit. Namun untuk melayani permintaan, pihaknya tidak melayani pesanan dalam paket kecil.

Kejelian Acui melihat potensi bisnis buah naga yang sangat menguntungkan terlihat dari masa produksinya yang mencapai sekira 20 tahun. Artinya, sejak 8 bulan ditanam, sampai 19 tahun ke depan uang bakal terus mengalir ke sakunya.

Sebuah bisnis fantastis yang menghasilkan keuntungan berlipat ganda dan kontinu serta tidak terlalu rumit untuk mengembangkan meski diawal harus melewati masa cukup berat terkait modal awal yang terbilang besar.

Potensi Agrowisata

Kawasan perkebunan pohon buah naga yang dikembangkan Acui saat ini mencapai luas 10 hektar juga memiliki potensi sebagai kawasan objek agrowisata yang ramai dikunjungi pelancong sembari menikmati segarnya buah naga.

Tidak saja Acui yang bisa meningkatkan pendapatan ekonomi sehari-hari, masyarakat sekitar juga bakal terimbas bila penataan kawasan kebun buah naga tersebut dilakukan secara profesional.

Berastagi, Tanahkaro misalnya, banyak petani buah di sana menggagas konsep agrowisata yang memberikan kemanjaan kepada pengunjung untuk menikmati buah yang disukai dengan lebih dahulu membayar uang sebelum masuk.

Demikian juga dengan kebun buah naga ini juga bisa diterapkan. Tanpa harus capek memasarkan hasil produksi keluar dan mengeluarkan upah petik buah saat panen, konsep ini dengan sendirinya memberikan kemudahan dan penghematan dari pola saat ini yang dilakukan.

Wajarlah bisnis buah naga kini mulai berkembang dan perlahan akan mengalami ‘booming’ yang memberikan keuntungan berlipat.ganda. Tertarik ? (Analisa)

Filed Under: Pertanian Tagged With: buah naga

Petani Karo Akan Dapat Bantuan Bibit Jagung Sebanyak 85 Ton

18 November 2010 by karo Leave a Comment

bantuan bibit jagungDalam penanganan ketahanan pangan nasional, DPR dan Pemerintah Pusat dalam waktu dekat akan merealisasikan benih jagung sekitar 85 ton bagi petani di Kabupaten Karo.

Anggaran untuk benih jagung itu bersumber dari APBN-P 2010, untuk 75 ton dan sumber lainnya dari cadangan nasional berkisar 10 ton, atau total berkisar 85 ton akan direalisasikan Nopember 2010.

Hal ini dikatakan, anggota Komisi IV DPR RI Mindo Sianipar membidangi pertanian, kehutanan, kelautan/perikanan dan bulog kepada wartawan, Sabtu (13/11) di Berastagi.

Mindo Sianipar juga Wakil Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Pusat, didampingi Ketua HKTI Kabupaten Karo Kris Milala, Ketua DPRD Karo (non aktif), Siti Aminah Br Perangin-angin SE, anggota DPRD Sumut, Ir Taufan Agung Ginting, Ketua DPC PDI P Binjai Bob Andika Sitepu, SH dan Ketua DPC PDI P Kota Medan Henry Jhon Hutagalung, SE, SH menjelaskan, untuk mensinergikan kelompok tani dan petani serta bidang teknis lainnya, HKTI pusat melakukan beberapa pelatihan di Desa Sukajadi Kecamatan Cariu, Bogor-Jawa Barat.

Kabupaten Tanah Karo merupakan daerah pertanian didukung sumber alam, iklim dan infrastrukturnya. pembangunan ekonomi masyarakatnya tentu harus didukung pemimpin yang dapat mewujudkan perhatiannya terhadap sektor pertanian.

Pemerintah Tanah Karo yang menyebut-nyebut pembangunan daerah ini diprioritaskan kepada sektor pertanian dan pariwisata, cenderung masih sebatas wacana.

Siti Aminah Br Perangin-angin SE, calon bupati Karo berasal dari desa dan keluarga petani memiliki pengalaman kepemimpinan dan wawasan yang dimulai dari karier politiknya. Dimulai dari pengurus ranting PDI P, pengurus PAC dan Ketua DPC PDI P dapat membawanya menjadi wakil rakyat diawali dari anggota DPRD meningkat menjadi Wakil Ketua DPRD dan terakhir sebagai Ketua DPRD Karo (saat ini non aktif-red) membuktikan eksistensinya wajar menjadi pemimpin Tanah Karo ke depan. (ps) Analisa

Filed Under: Pertanian Tagged With: bibit jagung

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Page 2
  • Page 3
  • Page 4
  • Page 5
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home