• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for Pertanian

Pertanian

Produksi Kentang Untuk Ekspor

29 September 2011 by karo Leave a Comment

produksi kentang
Selain nasi atau beras, salah satu komoditi yang menghasilkan karbohydrat adalah kentang. Karena itu, budidaya kentang terutama di tanah karo terus ditingkatkan. Terutama untuk jenis umbian ini yaitu Granola, yang paling sering di cari untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tanah Karo, salah satu daerah agreria utama di Sumut awalnya adalah salah satu produsen kentang untuk kebutuhan Sumut, Indonesia bahkan ekspor ke negara Malaysia dan Singapura. Tetapi berjalannya waktu, petani mulai malas untuk menanam kentang. Dan menggantinya dengan berbagai tanaman lain. Hingga akhirnya kebutuhan kentang tidak mencukupi. Menutupi hal ini, akhirnya pemerintah Kab Karo untuk kembali membudi dayakan kentang sebagai salah satu komoditasnya. “Untuk mengembalikan kejayaan Karo sebagai penghasil sayuran di Sumut, kita akan membudi dayakan kembali penanaman kentang untuk jenis bibit Granola G1,” ujar Bupati Kab Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.

Walaupun kebutuhan untuk ekspor, kentang Granola bukan menjadi pilihan utama, melainkan kentang California (bentuknya seperti kentang siap saji). Tetapi kebutuhan kentang untuk daerah dan nasional, kentang Granola masih dibutuhkan.

Redupnya pamor Karo sebagai penghasil sayuran utama dikarenakan kurangnya pendidikan para petani akan ilmu menanam. Karena untuk pasaran internasional, sayuran yang paling dicari adalah sayuran yang tidak menggunakan pestisida. Sementara para petani di Karo masih menggunakan pestisida, malah berlebihan. “Petani masih banyak yang menggunakan pestisida, sementara dunia internasional, sudah tidak membutuhkan pestisida, karena itu kita akan terus memberikan penyuluhan pada petani akan cara bercocok tanam,” ujar Plt Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Karo, Agustori Tarigan.

Petani Karo selama ini mendapatkan pupuk penggalengan di Jabar dan Jatim. Dengan menggunakan pupuk cair dari penggalengan, berarti tanaman masih menggandung pestisida. Sementara untuk pupuk kompos (alami dari kotoran binatang) tidak dapat dipenuhi. “Perkiraan saya, pupuk kompos untuk menutupi kebutuhan tanaman di Karo itu tidak semuanya mencukupi. Karena kurangnya ternak, terutama di karo sendiri,” ujar Petrus Sitepu yang merupakan ketua pengembangan Karo dan juga pemilik Gundaling Farm.

Menurutnya, hal sangat sulit untuk mengekspor kentang. Karena permintaan yang tidak sesuai dengan standar internasional. “Pupuk alami kurang, sedangkan menggunakan lembah sawit tidak memungkinkan. Karena kebun sawit juga sudah menggunakan limbahnya untuk pupuk kebun.” Ujar Petrus.

Karena itu, menurutnya selain penyuluhan, petani juga membutuhkan pupuk kompos untuk menanam. Sedangkan untuk ternak sapi, di Kab Karo sendiri sangat terbatas. “Kalau menurut saya, minimal 1 rumah tangga memiliki 7 lembu untuk menutupi kebutuhan pupuk kompos seluas 1 Ha,” tambah Petrus.

Sementara itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan semangat para petani di Karo, Bank Indonesia untuk Medan-Aceh memberikan bantuan berupa screen home untuk para petani. “Dengan bantuan ini, petani dapat lebih belajar tentang ilmu menanam kentang. Kentang yang kita pilih juga sebagai alasan bahwa masyarakat kita masih mengkonsumsi kentang, terutama untuk jenis Granola,” ujar pemimpin BI Medan, Nasser Atroft. (Mag-9/sumutcyber)

Filed Under: Pertanian Tagged With: eksport, kentang

Pertanian di Karo Tunda Penanaman

28 September 2011 by karo Leave a Comment

Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada Juni hingga Juli 2011, khususnya di Kecamatan Tiga Binanga dan Juhar, tidak menyebabkan gagal panen tanaman jagung di daerah tersebut. Namun, hanya menyebabkan penundaan penanaman selama satu bulan.

“Tapi, sedikit banyaknya kondisi ini dapat mempengaruhi penurunan produksi buah jagung pada musim panen pertama,” ujar Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Jeni Ritha Br Surbakti, hari ini.

Dikatakannya, kemarau panjang pada akhir musim tanam pertama sempat menimbulkan kekhawatiran petani jagung di Kecamatan Tiga Binanga dan Juhar. Pasalnya, bila terus berlanjut hingga Agustus lalu, penanaman jagung pada musim tanam kedua sudah pasti berdampak kepada penurunan produski akibat tertundanya penanaman.

“Beruntung kemarau itu tidak terlampau lama hanya sekitar sebulan lebih, itupun sudah mengakibatkan penundaan penanaman selama sebulan hingga satu tahun lima bulan,” ujar Jeni.

Jeni menambahkan, untuk saat ini pihaknya belum mengetahui penurunan produksi jagung di Kabupaten Karo akibat kemarau panjang tersebut. Data baru akan diperoleh di akhir tahun, persisnya saat paska panen melalui data tahunan yang dikumpulkan oleh petugas lapangan UPT Dinas Pertanian Pemkab Karo di tiap kecamatan.

Mengenai alokasi dana bantuan dari pemerintah kepada petani untuk menanggulangi gagal panen akibat kekeringan, Jeni mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mengetahui hal tersebut.

“Namun, perlu diketahui di Kabupaten Karo tidak ada petani jagung yang mengalami gagal panen, yang ada hanya gagal tanam akibat kemarau sebulan lebih,” pungkasnya. (waspada)

Filed Under: Pertanian Tagged With: gagal panen, kemarau

Harga Sayur-Mayur di Tanah Karo Meningkat

28 September 2011 by karo Leave a Comment

Dalam sepekan terakhir, harga sayur-mayur di Tanah Karo mulai mengalami peningkatan, sehingga membuat kalangan petani mengaku senang. Berdasar pantauan MedanBisnis, Senin (26/9), di beberapa tempat pengumpulan sayur-mayur di Berastagi, Kabanjahe dan Tiga Panah, peningkatan harga terjadi sekitar 50 – 70% dari harga penjualan petani sebelumnya.
Berdasar pengakuan sejumlah pedagang pengumpul, naiknya harga sayur-mayur yang mereka tampung dari para petani, karena rendahnya produksi dari petani sementara permintaan pasar berbagai daerah cukup tinggi.

“Saat ini sayur-mayur seperti kol, kentang, cabai, sawi putih dan sejumlah sayuran lainnya produksinya di tingkat petani lagi rendah sehingga pasokan sayuran yang bisa kita distribusikan ke sejumlah pasar di berbagai daerah menurun. Ini yang membuat harga pengambilan kita dari petani kita naikkan, karena harga jual di pasar-pasar juga lagi bagus,” kata Milton Purba dan Emi Br.Ginting yang ditemui MedanBisnis di Pasar Berastagi dan Tiga Panah.

Sementara itu, petani yang juga sekaligus pedagang pengumpul sayur-mayur lainnya, Sukino, mengaku cukup gembira dengan adanya kenaikan harga sayur-mayur ini. “Saat ini kalangan petani holtikultura sedikit bisa menikmati hasil panennya karena harga sayur-mayur saat ini sedang bagus, apalagi jika petani itu bisa langsung menjual hasil panen sayurannya ke pasar,” katanya.

Disebutkannya, harga sayuran yang mengalami kenaikan itu seperti kol yang sebelumnya Rp1.700 per kg naik menjadi Rp3.100 per kg, sayur putih dari Rp2.200 naik menjadi Rp4.000 per kg, kentang dari Rp5.500 naik menjadi Rp6.500 per kg, tomat dari Rp4.000 naik menjadi Rp5.000 per kg, cabai merah dari Rp22.000 naik menjadi Rp25.000 per kg.

Kemudian, kol bunga dari Rp2.000 naik menjadi Rp2.700 per kg, brokoli dari Rp2.500 naik menjadi Rp3.000 per kg, labu Rp1.200 naik menjadi Rp1.700 per kg, bawang pre dari Rp4.500 naik menjadi Rp7.000 per kg, sedangkan buah jeruk dan buah terong belanda masih stabil di harga Rp6.500 dan Rp9.000 per kg.

Kenaikan harga sayur mayur ini menurut pengumpul dari UD Juma Pintu, T Purba, karena meningkatnya permintaan di pasar lokal seperti Medan, Aceh, Padang, Jambi dan beberapa kabupaten/kota lainnya, karena pasokan dari berbagai daerah sentra lainnya juga berkurang. “Ini cukup menguntungkan bagi petani dan pedagang,” katanya.

Di samping tingginya minat pembeli, ungkap Purba yang juga sebagai agronomis Pupuk Tabur NPK Bintang Tani ini, dia juga menyesalkan tidak berimbangnya hasil produksi pertanian. “Yang kita sayangkan saat ini produksi lagi turun, padahal memang biasa terjadi saat musim penghujan, harga komoditas sayur-mayur akan naik. Tapi karena produksi yang bisa dihasilkan petani minim, sehingga kebanyakan petani akhirnya tak begitu merasakan keuntungan dari naiknya harga saat ini,” ungkapnya. (edi sofyan/medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: harga sayur mayur

Pengusaha Asing Incar Produk Holtikultura Tanah Karo

28 September 2011 by karo Leave a Comment

petani brokoli

Hasil pertanian holtikultura dari Tanah Karo kini mulai banyak diincar para pengusaha luar negeri seperti dari Korea,Taiwan, Singapura dan Malaysia. Hal ini terlihat dengan adanya sejumlah kontrak kerja sama yang terjalin antara pengusaha luar negeri dengan petani melalui sistem kerja sama bercocok tanam.

Adapun komoditas holtikultura dari Tanah Karo yang diminati kalangan investor dari sejumlah negara itu diantaranya brokoli, kentang, ubi jalar, ubi kayu, terong besar, kol, sawi putih, lobak, asperagus dan sayur peleng.

Salah satu staf penghubung antara pengusaha dan petani di Tanah Karo, Sugono dari perusahaan CV Bintang Anugerah yang berlokasi di Berastagi, mengatakan kini minat pengusaha luar negeri untuk menanamkan modalnya di bidang holtikultura semangkin tinggi.

“Penanaman modal oleh pengusaha luar negeri itu telah banyak dilakukan untuk penanaman sejumlah komoditas holtikultura di Kecamatan Merek, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Barus Jahe. Kerja sama mereka lakukan dengan petani langsung ataupun melalui sejumlah perusahaan pengelola tanaman di Tanah Karo ini,” katanya kepada MedanBisnis, Selasa (27/9), yang ditemui di Berastagi.

Dikatakannya, para pengusaha itu langsung teken kontrak dengan petani dengan terlebih dahulu memberikan bibit dan pinjaman pupuk, yang di bayar saat panen. “Dalam kontrak itu seluruh hasil panen petani akan ditampung pengusaha bersangkutan. Sedangkan mengenai harga pembelian produk yang diminati telah ditetapkan dahulu, dan harga itu tidak akan naik ataupun turun saat panen telah tiba,” ujarnya.

Sugono mencontohkan seperti yang sudah dilakukan sebuah perusahaan asal Korea. “Perusahaan itu berminat pada komoditas brokoli, ubi jalar, kentang dan sayur peleng. Perusahaan ini pun kemudian melakukan kontrak kerja sama penanaman dengan petani. Bibit yang dibutuhkan semua mereka yang sediakan dan hasil panennya mereka yang tampung. Sedangkan harga yang ditetapkan sebesar Rp 1.000 untuk setiap batang brokoli, kemudian ubi jalar Rp1.300 per kg, kentang Rp4.500 per kg, dan sayur peleng Rp5.000 per kg,” ujarnya.

Selain perusahan ini, sebut Sugiono yang juga dikenal sebagai staf ahli pengolahan hasil ubi jalar dan asperagus ini, masih banyak lagi perusahaan lainnya yang juga telah menjalin kerja sama untuk menampung hasil pertanian holtikultura petani di Tanah Karo.

Dengan cukup tingginya minat pengusaha luar negeri akan produk hasil pertanian dari Tanah Karo, pihaknya selaku pendamping para petani mengaku bangga karena dengan system ini masa depan pertanian di Tanah Karo diyakini akan mudah berkembang.

“Namun kita tetap berharap adanya campur tangan dari pemerintah agar kerja sama seperti ini semakin banyak terjadi dan dapat melindungi petani pada setiap kontrak yang terjadi,” ungkapnya.

Sementara itu, Surya Sitepu, salah seorang petani asal Desa Gong Pinto, yang telah menjalin kontrak kerja sama dengan investor luar untuk penanaman brokoli saat ditemui MedanBisnis, kemarin, di lokasi perladangannya mengatakan, ia mengaku tertarik menjalin kerja sama ini karena ia anggap lebih menguntungkan disebabkan harga jual komoditas yang ia tanam telah diketahui sejak awal. Selain itu ia juga terbantu dalam pengadaan bibit dan pupuk.

“Di desa kami, selain saya, ada 9 petani lainnya yang juga ikut menjalin kontrak kerja sama penanaman dengan investor luar dengan luas lahan 8 hektare yang sudah siap tanam, dan masih banyak yang sedang dalam pembibitan,” sebutnya.

Menurut Surya, sistem kerja sama ini sangat membantu mereka, karena selain lahan bisa semuanya terpakai karena adanya bantuan bibit dan pupuk, harga yang ditawarkan kepada petani juga cukup menguntungkan. (edi sofyan/medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: agribisnis, kerjasama

Petani Jeruk Karo Lirik Pupuk Organik

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Membanjirnya buah impor yang masuk ke pasar Indonesia tak terkecuali Sumatera Utara (Sumut), ditambah akan masuknya jeruk kino Pakistan pada tahun depan, membuat kalangan petani di sentra pertanian jeruk di Kabupaten Karo terus terpuruk karena produksi jeruk lokal selalu kalah bersaing. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas produksi jeruk lokal kini semakin menurun akibat banyaknya serangan hama dan penyakit.

Ketua Asosiasi Petani Jeruk Indonesia Kabupaten Karo, Saul Surbakti, mengatakan, saat ini kondisi jeruk dari Karo atau yang sering disebut Jeruk Medan semakin menurun produksinya. Sebab, petani tidak memiliki gairah lagi mengembangkannya dan bahkan banyak yang telah mengalihfungsikan lahan ke komoditas tanaman lain yang lebih menguntungkan.

“Saat ini memang harga jual jeruk kita mahal, tapi itu pun tidak membuat petani senang. Karena jeruk lokal masih tetap kalah dengan jeruk impor yang dari segi bentuk, warna dan harga lebih menarik masyarakat,” ujarnya saat dihubungi MedanBisnis, Selasa (20/9).

Dikatakannya, jeruk impor asal China yang banyak dijual di pasaran memang sangat menganggu keberadaan jeruk lokal. Apalagi diperkirakan pada tahun depan impor jeruk kino dari Pakistan juga akan deras masuk dengan telah disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia-Pakistan, yang membebaskan bea masuk (BM 0%) jeruk kino Pakistan masuk ke Indonesia.

“Ini pasti akan semakin menenggelamkan keberadaan produksi jeruk lokal. Sebab sekarang saja kita sudah ketar-ketir dengan banyaknya jeruk impor dari China, ditambah lagi pemerintah mengizinkan masuknya jeruk dari Pakistan. Kalau begini keadaannya petani pasti akan semakin merugi dan akan meninggalkan tanaman jeruknya,” kata Saul.

Kondisi sekarang, tambahnya, dengan banyaknya serangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk membuat biaya produksi tanaman semakin tinggi. Ini belum sebanding dengan harga jual jeruk dan permintaan yang banyak dari pasar.

“Bagaimana kita mau tanam, kalau hanya buat rugi. Jadi lebih baik pilih tanaman yang lain saja,” ucap petani jeruk lainnya di Karo, Domino.

Untuk harga jeruk saat ini yang mencapai Rp 6.500/kg, dikatakan Domino memang lumayan tinggi dipicu minimnya produksi jeruk dan dengan ukuran buah yang kecil-kecil. “Tidak ada lagi jeruk yang ukuran super karena petani kurang perawaan dan sudah lemah membudidayakan jeruk,” akunya seraya menambahkan biaya produksi tanaman jeruk bisa mencapai Rp 4.700/batang pertahun.

Kabid Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Sumut, Ratna Gultom, mengakui produksi jeruk lokal di Sumut memang semakin menurun. Kondisi ini bisa saja semakin parah dengan banyaknya buah impor yang beredar di pasaran, jika produktivitas tanaman buah lokal tidak dipertahankan.

“Tapi begitupun, tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena komoditas kita tidak kalah dengan buah impor dan telah memiliki pasar sendiri,” katanya.

Pemerintah juga tetap melakukan banyak program dalam peningkatan produktivitas tanaman komoditas hortikultura seperti pemberian bibit, pengembangan produksi, pembinaan dan lainnya sehingga petani tetap bergairah mengembangkan. “Seperti pembentukan asosiasi pemasaran ekspor buah yang difasilitasi pemerintah juga merupakan upaya mempertahankan produksi buah lokal,” imbuhnya.

Namun, selain itu, Ratna juga meminta kepada masyarakat untuk mencintai produk atau buah lokal yang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan buah impor. Tidak hanya mendapat jaminan produk, tapi masyarakat juga dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya.

“Kita yang harus menghargai hasil kerja petani dengan membeli buah yang dihasilkan. Lagipula produk lokal terjamin kualitasnya meski harga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan impor,” pungkasnya.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai impor buah naik 49,07% periode Januari hingga Juli 2011 dengan US$31.050 juta dan volume 34.640 ton dibandingkan periode yang sama ditahun lalu dengan nilai US$20.829 juta dan volume 23.545 ton.(Medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, pupuk organik

Karo Targetkan Produksi 49.826 Ton Kentang

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo menargetkan produksi kentang sepanjang tahun 2011 sebanyak 49.826 ton dari lahan seluas 3.110 hektare. Peningkatan target produksi ini didasarkan pada pengembangan benih kentang dari Granola G0 ke Granola G1 oleh Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) di Tanah Karo. “Pengembangan benih kentang dari Granola 0 ke Granola 1, menjadi dasar Pemkab Karo dan Gapoktan untuk menargetkan produksi kentang sebanyak 49.826 ton kentang untuk masa tanam 2011 ini. Tanah Karo juga masih menyimpan potensi yang besar untuk pengembangan kentang dan itu tidak boleh disia-siakan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Agustoni Tarigan, pada acara Penanaman Perdana Penangkaran Bibit Kentang Granola G1 dan Penyerahan Green House Bantuan Bank Indonesia (BI), serta sarasehan “Permasalahan dan Solusi dalam Budidaya Kentang”, di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe, Rabu (21/9). Hadir juga dalam kegiatan tersebut Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, Pemimpin BI Kantor Regional Sumut dan Aceh Nasser Atorf, Ketua DPRD Karo Siti Aminah Perangin-angin, Ketua Forum Pengembangan Karo Petrus Sitepu, pimpinan bank se-Kabupaten Karo serta Gapoktan Tanah Karo. Dikatakan Agustoni, total lahan kentang di Karo seluas 4.139 hektare. Namun untuk tahun 2011, sasaran untuk produksi hanya 3.110 hektare. Sementara sisanya seluas 1.029 hektare untuk target produksi 2012. Menurutnya, selain untuk konsumsi Karo dan Sumut, kentang produksi daerah ini juga untuk ekspor.

Meski diakuinya, beberapa tahun belakangan ada penurunan ekspor akibat petani di Karo yang masih tergantung pada penggunaan pestisida, sementara pasar Eropa yang merupakan tujuan ekspor sudah beralih kepada tanaman kentang organik. Begitupun petani Karo, tambahnya, akan kembali melirik pasar ekspor dengan melakukan pengembangan bibit kentang. Dengan pengembangan ini, dikatakan Agustono, produksi kentang Tanah Karo bisa naik menjadi 30 ton per hektare dari rata-rata 16 ton per hektare. Meski diakuinya, untuk pengembangan benih kentang masih ditemukan masalah seperti kucuran modal yang masih cukup sulit dari perbankan, namun Gapoktan di Tanah Karo akan tetap komitmen untuk melakukan pengembangan secara kontinu untuk bisa kembali menguasai pasar ekspor.

Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, mengungkapkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian serta penyuluh untuk membantu Gapoktan dalam pengembangan produksi kentang di Tanah Karo. “Kita akan terus bersinergi dengan Dinas Pertanian maupun penyuluh untuk menyokong Gapoktan supaya produksi kentang bisa mencapai target. Ini juga akan menjadi satu titik balik bagi petani Karo untuk kembali bisa menembus pasar ekspor, dimana belakangan semakin susah untuk mengirim dalam jumlah yang besar,” katanya. Pemimpin BI Kantor Regional Sumut dan Aceh Nasser Atorf, mengungkapkan, kebutuhan benih kentang bermutu untuk daerah Sumut khususnya daerah Karo belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan pengembangan atau pun pemulihan benih tanaman kentang agar produksi tercapai. “Dengan adanya varietas unggul dan alur benih yang jelas, bisa menjadi faktor penentu dalam sistem agribisnis dalam meningkatkan produksi kentang di Sumut. Ini juga akan mengurangi benih palsu dan kwadaluarsa yang beredar di pasaran,” ungkapnya. Ia menambahkan, perbankan juga akan konsisten untuk membantu skim kredit bagi petani guna menyokong permodalan. Dalam kesempatan tersebut, BI juga menyerahkan bantuan berupa screen house. Menurut Nasser, permasalahan dalam budidaya kentang granola juga disebabkan tidak tersedianya screen house atau media pembibitan kentang yang steril. “Dengan screen house ini, kemungkinan pengembangan bibit kentang akan bisa menghasilkan produksi kentang yang berkualitas ekspor,” pungkasnya. (elvidaris simamora/medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: kentang, pertanian

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Page 2
  • Page 3
  • Page 4
  • Page 5
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home