MUNGKIN sering kita lupakan dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis sebagi aset yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia.
Salah satunya tentang man-faat pohon aren dalam menjaga kesehatan dan perawatan kulit. Air nira aren dapat dijadikan, bukan hanya seperti yang kita konsumsi selama ini, yakni air nira untuk minuman dan bahan baku membuat gula aren.
Padahal ada yang cukup spesifik dijadikan sebagai ba-han baku obat-obatan tradisi-onal, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, saria-wan, radang paru-paru,disentri, kepala pusing dan memulihkan keletihan.
Sisi lain yang tidak kalah pentingnya yakni air nira asli dari pohon aren dapat merang-sang kecukupan (ASI) air susu ibu. Apabila si ibu baru mela-hirkan, namun payudaranya belum mengeluarkan air susu. Sebaiknya dirangsang dengan meminum air nira asli. Inilah solusi terbaik dengan hanya biaya murah.
Hanya dalam hitungan hari setelah si ibu secara rutin meminum air nira aren pagi dan sore, spontan payudara si ibu membengkak, pertanda ke-cukupan air susu yang terkan-dung di dalamnya.
Seperti apa yang diuraikan sejumlah pakar kesehatan, belum ada yang dapat menan-dingi air susu ibu dalam upaya merangsang pertumbuhan ba-yi.
Buah aren yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren dan cenderung mu-siman, produksi kolang-kaling cukup menguntungkan.
Kolang-Kaling
Bahkan kolang kaling ini dapat menetralkan gula darah, walaupun kolang kaling me-ngandung unsur gula setelah dimasak,tetapi tidak memba-hayakan.
Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pen-dapatan bagi sebagian ma-syarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minu-man (lahang) dan gula aren (gula kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin.
Di kemudian hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm su-gar) juga tak kalah manfaat-nya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500,00- 3.000,00. Apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya pasti cukup melambung.
Satu bonjor (terdiri dari be-berapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering).
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang ter-masuk kelompok aren yaitu Arenge pinata (wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Griv dan Arenge ambcang Becc. Di an-taranya keempat jenis tersebut yang sudah diketahui man-faatnya adalah arenge piflata, yang dikenal sehari-hari de-ngan nama aren ata enau.
Aren termasuk suku Araca-ceae (pinang-pinangan). Bata-ngnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat menca-pai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa.
Perda-annya jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya.
Aren (arrenge pinnata) mempunyai banyak nama dae-rah seperti, bakjuk (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (To-ba), agaton/bargot (Mandailing anau/neluluk/nanggong (Ja-wa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak, Kalimantan On-au (Toraia. Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Malu-ku).
Akar serabut pohon aren sangat kokoh, dalam, dan terse-bar sehingga memiliki fungsi penting bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan mengi-kat, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif kering dan tidak perlu pera-watan intensif. Ini juga mem-bantu kelestarian lingkungan hidup terutama untuk penghi-jauan pada daerah lereng pegunungan dan sungai-sungai
Kurang Budidaya
Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar Sunda saat ini kurang maksimal. Penye-babnya mungkin karena pada umumnya pohon-pohon aren yang tumbuh dan tersebar di kebun, huma dan ladang lebih utama dikembangbiakkan se-cara alami oleh careuh (mu-sang).
Semakin banyak musang yang mati karena diburu, maka semakin menurun pula populasi pertumbuhan pohon aren.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk Tatar Sunda, tumbu-han aren memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan bu-daya. Misalnya sebagai bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, sum-ber bahan pangan, serta pakan ternak.
Di beberapa daerah di Tatar Sunda yang masih memegang teguh tradisi leluhur, aren merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Pelepah dan daun aren biasa digunakan untuk sawen pada tanam padi, penutup bibit tanaman padi yang baru tumbuh di perse-maian, serta ngalaksa dan nyalin seusai panen padi.
Beberapa bahagian dari po-hon aren dapat digunakan seperti, daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat pedesaan untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah.
Ijuknya juga dapat diguna-kan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur ikan di kolam dalam penetasan.
Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pede-saan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Walaupun masih ada hanya di daerah atau wilayah-wilayah tertentu. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di objek wisata.
Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar 20 tahun. Sampai saat inipun ternyata tepung dari batang pohon aren belum ada penggantinya (te-pung substitusinya), sebab tepung aren memiliki keung-gulan yang khas. Analisa
Leave a Reply