• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Tari Landek Piso Surit Catat Rekor Muri

8 December 2011 by karo Leave a Comment

Tarian tradisional etnis Karo, Landek Piso Surit, yang dibawakan 1.184 pelajar di Sumatera Utara berhasil masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia atau Muri dengan jumlah peserta terbanyak.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara Naruddin Dalimunthe di Medan, Sabtu (26/11/11) mengatakan, rekor Muri tersebut merupakan suatu kebanggaan sendiri bagi Sumatera Utara, karena keberagaman budaya yang ada di daerah itu dapat menjadi aset yang luar biasa.

Sebelumnya pihaknya menargetkan hanya 1.000 peserta yang akan menarikan Tarian Landek Piso Surit tersebut. Tetapi pada hari pelaksanaan, ternyata jumlah pesertanya melebihi jumlah yang ditargetkan semula.

“Setelah dihitung oleh petugas Muri ternyata jumlahnya mencapai 1.184 peserta. Ini tentunya sangat menggembirakan bagi kita. Ke depan kita akan mengusahakan lagi tercipta rekor Muri baru, dengan tari dari etnis lainnya yang ada di Sumut,” katanya.

Ia mengatakan rekor Muri yang telah dicatat tersebut menjadi aset yang berharga bagi Sumut dalam upaya membangkitkan dunia kepariwisataan di daerah itu. Selain keindahan alam yang ada di Sumut dewasa ini, keanekaragaman budaya yang ada juga diharapkan menjadi daya tarik kedatangan wisatawan.

“Esok harus lebih baik dari hari ini, hari ini lebih baik dari kemarin. Itu adalah moto kita. Kita berharap pariwisata Sumut tahun-tahun mendatang dapat lebih baik lagi. Rekor Muri akan terus kita ciptakan,” katanya.

Deputi Manajer Muri Awan Rahargo mengatakan, dengan penari yang mencapai 1.184 orang, maka Muri mencatatnya sebagai rekor budaya terbaru untuk kategori penari terbanyak untuk tarian Landek Piso Surit di Indonesia.

“Karena memang sebelumnya belum pernah ada yang melakukan atau mempergelarkan tarian etnis Karo tersebut secara massal dengan jumlah yang mencapai ribuan orang,” katanya.

Ia mengatakan, rekor Tarian Landek Piso Surit tersebut merupakan rekor ke-5.211 selama 21 tahun Muri berdiri. Rekor demi rekor diyakini akan terus bertambah mengingat banyak daerah maupun individu di Indonesia yang ingin sekali mengangkat potensi budayanya.

“Ada beberapa kriteria yang bisa dicatat dalam rekor Muri di antaranya belum pernah terjadi dan harus superlatif, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, unik dan langka,” katanya. (kompas)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: landek, tari piso surit

Tujuh Pelaku Curanmor Dibekuk

15 November 2011 by karo Leave a Comment

Petugas Polsekta Percut Sei Tuan melalui Unit Res­krim­nya membekuk 7 tersangka pen­­curi kendaraan bermotor (cu­ran­mor) dari berbagai tempat dalam waktu sepekan. Ke­tu­juh tersangka diamankan ber­dasarkan empat laporan ma­s­yarakat pada November.
Informasi dihimpun di ke­po­lisian, Senin (7/11) siang, ke­tu­juh tersangka yang diaman­kan yakni Edi Nusantara (2) war­ga Jalan Bersama Gang Mus­yawarah. Dia diamankan di Ja­lan Tuasan Medan pada Ka­mis (3/11).

Deni Syahputra Cha­niago (29 ) warga Jalan Let­da Sujono diringkus pada Se­nin (7/11) di kawasan Jalan Ba­ru Kecamatan Medan Tem­bung, Ilham Syahputra Ha­ra­hap (26) warga Jalan Gurilla Gang Mesjid Brayan, Raja Nan­da Padang (30 ) warga Jalan M Ya­kub Lubis Gang Jaya Ke­lu­ra­han Sei Kera Hilir diamankan pe­tugas Rabu (9/11) di Jalan Wi­lem Iskandar Medan.
Tersangka lain Bima Senta Sur­bakti (30) diamankan petugas pada Jumat (9/11) di ka­wa­san Pasar V Dusun XII Desa Tem­bung, Muhammad Nazar (22) warga Jalan Perhubungan De­sa Lau Dendang diamankan pe­tugas pada Selasa (1/11).

Dalam mengungkap kasus pen­­curian sepeda motor ini pe­tu­gas Polsek Percut Sei Tuan me­lakukan pengejaran hingga ke Tanah Karo, dan menga­man­­­kan Crismas Kristian (17) war­ga Desa Simpang Raya Ke­ca­matan Pane Kabupaten Si­ma­lu­ngun pada Sabtu (12/11) di ke­diamannya.
Selain mengamankan 7 orang tersangka ini petugas ju­ga menyita empat unit sepeda mo­tor dari para tersangka pe­la­ku curanmor ini.

Kepada petugas, ketujuh ter­sangka ini mengatakan su­dah kerap kali melakukan aksi pen­curian sepeda motor.
“Saya sudah lima kali me­la­ku­kan aksi pencurian, karena ter­desak kebutuhan ekonomi. Se­peda motor curian saya jual de­ngan harga Rp 500 ribu,” ujar tersangka dengan tato tri­ball di lengannya.

Kapolsek Percut sei Tuan Ko­­misaris Polisi (Kompol) Ma­ri­ngan Simanjuntak didampingi Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Faidir Chan, mene­rang­kan para pelaku diamankan ber­­­­­­­­­dasarkan empat laporan pen­­curian kendaraan bermotor yang masuk ke Polsekta Percut Sei Tuan.

“Para tersangka ditangkap ber­dasarkan empat laporan yang masuk ke Polsek Percut Sei Tuan,” ungkap Maringan.
Maringan juga menambah­kan modus para pelaku curanmor ini, adalah mengambil se­pe­da motor korban saat se­dang parkir di depan rumah atau di depan warnet.

“Modusnya sama mengambil speda motor saat diparkir,” Ma­ringan.
Maringan menyebutkan, ke­tujuh pelaku tersebut bukan sin­dikat curanmor antar kota
“Berdasarkan hasil pe­me­rik­saan tidak ada hubungan sin­dikat antar kota,” tandas Ma­ringan sembari mengatakan aki­bat perbuatannya tersangka di­jerat pasal 363 Kuhp dengan an­caman hukuman minimal li­ma tahun penjara.

Filed Under: Kriminal Tagged With: curanmor, Kriminal, pencurian

Trotoar Kota Berastagi Disesaki PKL

15 November 2011 by karo Leave a Comment

Meski sudah berulangkali ditertibkan agar tidak berjualan di sepanjang Jalan Veteran Berastagi, namun para pedagang kaki lima (PKL) masih tetap membandel menggelar dagangannya.

Tentu saja pemandangan di kawasan yang banyak dilalui para pejalan kaki terlihat semaraut. Belum lagi parkir berlapis di pinggir jalan, semakin menambah kesemrawutan Kota Berastagi.

Pantauan Jurnal Medan, Selasa (14/11), para PKL tetap saja tidak menghiraukan imbauan Pemkab Karo yang menginginkan Kota Berastagi terlihat asri, nyaman dan tertib.
Seperti dikatakan Nd Fina, pedagang monza yang berjualan di Pasar Tingkat Berastagi.
Banyaknya pedagang liar menjajakan dagangannya di trotoar sepanjang Jalan Veteran membuat pengunjung enggan berbelanja ke Pasar Tingkat di Desa Lau Mulgap II Berastagi.

“Kami pedagang monza yang berjualan di Lost Jahe-jahe keberatan dengan para pedagang liar yang berjualan di sepanjang Jalan Veteran dan di depan Pusat Pasar Berastagi. Sebab, kami sempat dilarang Satpol PP berjualan di sana.
Setelah kami pindah ke dalam Lost Jahe-jahe, kini para pedagang liar dibiarkan menggelar dagangannya tanpa ada larangan dari Satpol PP,” ujar Nd Fina kecewa. “Kami minta Pemkab Karo jangan pilih kasih dalam menertibkan para PKL,” tambahnya.

Filed Under: Berita Baru Tagged With: berastagi, pedagang kaki lima, trotoar

Makam Pahlawan Garamata Perlu Perhatian

15 November 2011 by karo Leave a Comment

Anggota DPRD Sumut Ir. Taufan Agung Ginting MSP mengimbau kepada Bupati Ke­na Ukur Surbakti dan Ketua DPRD Karo Efendy Sinukaban SE untuk memperhatikan ma­kam pahlawan nasional Kiras Bangun (Garamata) di Desa Batu­karang, Kecamatan Payung.
Pasalnya, makam yang baru se­lesai dibangun itu kurang mendapat perhatian dari pe­merintah setempat.

“Makam tersebut bukan sa­ja milik warga Sumut, tapi su­dah milik nasional. Apa kita ti­dak risih melihat kondisi ba­ngu­nan yang sangat memprihatinkan. Layaknya seperti “sapo terulang” (gubuk tempat ber­teduh di ladang),” ujar Taufan Agung Ginting menjawab Rekro Tarigan, salah seorang peserta dialog di aula PPWG GBKP, Zentrum Kabanjahe, kemarin.

Taufan juga memberi ma­su­kan kepada eksekutif, agar taman di seputaran makam tersebut lebih diperindah pe­na­taanya. Karena, makam pah­la­wan nasional layak dijual ke­pada penikmat wisata sejarah. Selain itu, Taufan meminta aparat Kejaksaan Negeri Ka­ban­jahe mengusut dugaan pe-nyimpangan dana pembangunan makam tersebut. “Seingat saya, dana pembangunan di luar pertapakan sebesar Rp500 juta yang ditampung dalam APBN Tahun Anggaran 2010.

Masak dengan dana sebesar itu, kondisi bangunan sudah bocor-bocor, catnya terkelupas dan bangunan ada retak-retak. Padahal baru satu tahun siap dikerjakan oleh rekanan. Saya menduga disain bangunan juga tidak sesuai dengan besteknya. Pasalnya, perpustakaan yang se­mula direncanakan ada ter­nya­ta tidak ada,” tandasnya.
“Pemkab Karo harus berada di front terdepan, karena ma­kam itu sekarang milik na­sio­nal dan kebanggaan masyara­kat Karo, jati diri daerah ini,” tambah Taufan.

Sementara Rekro Tarigan, warga Desa Batukarang menu­ding Pemkab Karo tidak peduli dengan makam pahlawan na­sional tersebut. Kesannya, bupati sekarang sama seperti bu­pati terdahulu. “Jangankan di­torehkan ke sana, singgah se­bentar saja tidak pernah ka­mi lihat. Apa salahnya, kalau se­perti peringatan hari kemer­de­ka­an atau hari pahlawan mi­sal­nya, berziarah atau tabur bunga ke sana. Kalau bupati sa­ja tidak peduli, jangan harap masya­rakat juga peduli, bagai­mana pula dengan generasi muda bangsa,” ujar Tarigan kesal.

“Fungsi makam pahlawan bu­kan untuk mengkultuskan, tapi sebagai wujud penghargan dan penghormatan terhadap jasa-jasa para pahlawan/pejuang, sarana pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan dan sebagai obyek studi dan ziarah wisata,” tambahnya.
Lebih lanjut Tarigan mengatakan, semua daerah bangga memiliki pahlawan nasional yang berasal dari daerahnya.

Keadaan serupa justru bertolak belakang dengan Tanah Karo. Ter­lepas dari siapa dan bagai­mana Kiras Bangun, dia seka-rang pahlawan nasional. “Tidak gampang lolos verivikasi peng­usulan pahlawan nasional. Pro­sesnya sangat lama dengan se­jumlah tahapan dan seleksi yang sangat ketat. Jejak rekam harus jelas dan semua diinfestigasi tim yang berwenang,” kesalnya. (jurnas)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: garamata, pahlawan karo

Usaha Barus: Penjaga Jeruk Karo

15 November 2011 by karo 2 Comments

Empat hingga lima buah jeruk berjatuhan, begitu tangan Usaha Barus menggoyang sebatang pohon jeruk karo yang ditanam di demplot kebun jeruk organik di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jeruk-jeruk tersebut berjatuhan karena buahnya diserang penggerek buah dan lalat buah.

Saat buah yang jatuh itu dibelah, tampak ulat-ulat kecil menggeliat di dalamnya. “serangan lalat buah dan penggerek buah tahun ini luar biasa,” tutur Usaha.

Setiap kali masuk ke kebun jeruk di Kabupaten Karo, pemandangan buah jeruk berserakan di bawah pohon adalah hal biasa. Tahun ini, jumlah jeruk yang gugur dari satu batang pohon lebih banyak lagi, bisa belasan dalam sehari.
Jika tahun 2005 masih sekitar 50 persen buah jeruk bisa dipanen meski hama sudah merajalela, kini maksimal hanya 10 persen. Petani harus menanggung kerugian sekitar Rp 40 juta per hektar per tahun.
Penggerek buah yang menyerupai kupu-kupu mungil berwarna coklat dan putih, serta lalat buah, sebenarnya sudah menyerang buah jeruk di Kabupaten Karo sejak 1980-an.Pada tahun 2005 situasi semakin buruk. Serangan hama itu membuat 50 persen buah gugur. Tahun 2011, enam tahun kemudian, hama belum mampu ditangani, bahkan semakin parah.
Banyak petani yang kemudian menelantarkan kebun jeruknya. Bahkan, petani mulai menyisipkan tanaman jeruk dengan tanaman cokelat. Secara kasatmata tinggal 15 persen kebun jeruk yang terawat.

“Jika situasi ini dibiarkan, Karo bakal kehilangan identitasnya sebagai penghasil jeruk,” kata Usaha. Berbagai upaya dilakukannya untuk menyelamatkan jeruk karo yang lebih dikenal orang sebagai jeruk medan itu, berikut lahan pertaniannya. Salah satunya dengan membudidayakan jeruk organik. Kini, sekitar 20 petani mengupayakan jeruk organik di tanah Karo meskipun masih semi-organik.
Pola penanganan hama pun organik.

Untuk menangani penggerek buah dan lalat buah, Usaha memasang perangkap likat kuning, semacam kertas berwarna oranye yang diberi aroma jeruk dan perekat. Kenapa warnanya kuning? Karena serangga menyukai warna kuning. Di demplotnya, tiap pohon jeruk digantungi likat kuning dan banyak serangga yang terperangkap.
Selain itu, tiap pohon jeruk juga digantungi botol plastik bekas minuman. Di dalamnya diisi petrogenol dan gula batu yang diberi warna kuning dan insektisida. Petrogenol untuk menarik lalat jantan, sedangkan gula batu untuk menarik lalat betina. Pada tiap botol plastik itu tampak puluhan lalat dan penggerek batang terperangkap.

Petani juga harus mengumpulkan buah-buah jeruk yang jatuh, setidaknya seminggu sekali. Jeruk yang sudah berisi telur dan larva itu harus dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara sehari-semalam. Ini agar telur dan larva di dalam jeruk mati. Dengan demikian, daur hidup telur dan larva bisa diputus.

“Kami tengah mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Karo agar membuat peraturan daerah supaya seluruh petani menaati,” kata Usaha. Pasalnya, lanjutnya, menelantarkan kebun jeruk atau membiarkan jeruk yang gugur akan membuat daur hidup hama terus berputar. Bahkan, kebun jeruk yang ditelantarkan bisa menjadi inang bagi hama.

Semakin parah

Serangan hama makin parah sebab selama ini petani keliru dalam menanganinya. Petani menyemprotkan insektisida pada tanaman. Adapun penggerek buah dan lalat buah hanya ikut bertelur di dalam jeruk. Penggerek buah bertelur pada permukaan jeruk saat jeruk masih hijau. lama-lama, telur akan masuk ke dalam daging jeruk melalui pori-pori jeruk yang lebar. Adapun lalat buah menyuntikkan telurnya ke dalam daging buah jeruk saat jeruk sudah berwarna kuning. Siklus hama penggerek buah terus berjalan meski insektisida disemprotkan.

Petani melakukan pemberantasan hama tanpa koordinasi karena tenaga penyuluh belum maksimal. Kemampuan petani juga pas-pasan, sementara kelompok tani terbentuk hanya untuk mendapatkan bantuan.

Atas dasar itu, pada tahun 2007 hingga 2010 Usaha melatih lebih dari 10.000 petani dari 120 desa di Kabupaten Karo atas biaya USAID Amarta sebesar Rp 3 miliar. Pertanian organik menjadi salah satu tema dalam pelatihan, selain alih teknologi dan budidaya pertanian.
Ia juga menjadi tenaga konsultan petani jeruk di Tapanuli Utara dan Pakpak Barat, dua kabupaten yang juga mulai mengembangkan jeruk di Sumatera Utara. Ia juga memberikan pelatihan kepada petani di 40 desa di Karo untuk membuatkan demplot cabai dan tomat, sebagai bagian dari program Petani Mengelola Pertanian bantuan Bank Dunia.

Pelatihan itu terus dilakukan Usaha karena sumber daya manusia petani lemah. Kegagalan dunia pertanian membuat banyak anak muda enggan menjadi petani. Anak muda Karo yang berpendidikan tinggi dan menempuh pendidikan di Jawa pun enggan pulang menjadi petani.

Seminggu dua kali, Usaha siaran di radio atas biaya sendiri, untuk memberikan konsultasi kepada petani. “Bangga menjadi petani” adalah moto yang selalu ia gunakan. “Banyak petani yang meminta saya menentukan pupuk atau saprodi yang aman digunakan,” kata Usaha. Dia lalu menjadi penyalur pupuk biologi, selain membuat biro konsultan pertanian.

Pensiun dini

Usaha menjadi petani jeruk sejak 1999. sebelumnya, ia bekerja sebagai manajer perusahaan perkebunan swasta nasional dengan gaji Rp 17,5 juta per bulan. Keluarganya protes saat dia memilih pensiun dini dan pulang kampung, jadi petani jeruk.
Ia mendapat pesangon Rp 500 juta. Sebanyak Rp 150 juta di antaranya ia gunakan untuk membantu petani dengan konsultasi gratis, sisanya untuk membeli tanah dan mengupayakan jeruk. Ia memiliki 12 hektar lahan jeruk.
Menjadi petani adalah cita-cita masa muda Usaha. Lagu Ebiet G Ade “Cita-Cita Kecil Si Anak Desa” yang menginspirasinya. Liriknya, antara lain, berkisah tentang cita-cita anak desa yang ingin menjadi petani, punya kebun dan kandang ternak, syukur-syukur menjadi kepala desa.
Lagu itu membuat Usaha memutuskan menjadi petani pada usia 40 tahun. Pada 2008 ia menjadi Ketua Masyarakat Jeruk Indonesia, setelah sebelumnya menjadi ketua harian, menggantikan ketua lama yang meninggal dunia.
Ia sempat dipinang menjadi bakal calon Wakil Bupati Karo tahun lalu, tetapi mundur karena ongkos politiknya amat besar. “Saya enggan masuk politik kalau politik masih pakai uang,” ucapnya.

Usaha Barus
Lahir : Kabanjahe, Sumatera Utara (Sumut), 1 Agustus 1961
Istri : Ida Nuraini Br Ginting (46)
Anak :
– Gamal Primsa Barus (21)
– Gina Primta Br Barus (18)
– Ghea Primta Br Barus (11)
Pendidikan :
– SD Katolik Sei Beras Sekata, Sunggal, Sumut
– SMPN 8 Medan
– SMAN 4 Medan
– S-1 Fakultas Pertanian USU

Dikutip dari KOMPAS, SELASA, 15 NOPEMBER 2011

Filed Under: Kalak Karo Tagged With: jeruk

Diskusi Lions Club Tanah Karo Simalem, Ayo, Cegah Kerusakan Bumi !

15 November 2011 by karo Leave a Comment

PENGRUSAKAN lingkungan akan berdampak terhadap pemanasan global dan mengharuskan semua elemen anak bangsa bertanggungjawab melakukan berbagai upaya nyata. Upaya nyata itu, seperti penanaman pohon sekaligus mencegah kerusakan lingkungan lebih parah lagi. ” Bumi kita, lingkungan, menjadi tanggungjawab kita”.

Hal itu terungkap saat sillaturahmi dan diskusi Lions Club Tanah Karo Simalem tentang kerusakan lingkungan di resto Bak Ku Teh, Kabanjahe, pekan lalu.

“Terjadinya Global Warning akibat kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Pengelolaan hutan yang salah, menyebabkan hutan tropis hancur serta tidak memberikan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di sekitarnya. Yang mengeruk keuntungan adalah pengusaha yang secara semena-mena menghancurkan hutan yang menjadi tempat menyimpan air dan penghasil oksigen bagi mahluk hidup dan tempat hidup flora dan fauna,” ujar presiden Lions Club Tanah Karo Simalem, Alex Candra.

Dikatakannya, pengelolaan yang salah menyebabkan bencana banjir dan dampak lingkungan lain. Justru yang paling merasakan dampak tersebut adalah masyarakat sekitar. Bertambahnya suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan perubahan iklim mungkin sudah terjadi.

“Sejalan dengan program Lions Club Internasional, semua elemen anak bangsa, tidak terkecuali Lions Club Tanah Karo Simalem harus peduli menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pasalnya, ujar Alex Candra, beberapa tahun belakangan dampak kerusakan lingkungan hidup makin terasa. 20 tahun yang lalu kota Berastagi dan Kabanjahe siang hari masih banyak ditemukan orang pakai jaket, menandakan betapa dinginnya kala itu. Nah sekarang panasnya bukan main,” tegas Candra didampingi Sekretarisnya L Antoni, SE.

Senada hal itu, L. Lesta Karo-Karo, MM yang juga Camat Kabanjahe menyebutkan, upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain membuat sebanyak mungkin sumur resapan air yang dapat menampung air hujan, membenahi kebijakan pengelolaan hutan yang berpihak kepada rakyat dengan melibatkan masyarakat untuk menjaga hutan di daerahnya masing-masing serta menanam pohon yang tepat bertujuan reintroduksi dan konservasi.

Sementara L. Benyamin Sukatendel, SE, MM mengatakan, Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Lebih jauh dikatakannya, menurut UU No. 32 tahun 2009 lingkungan hidup, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya mempengaruhi alam itu sendiri. Kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting. (jurnal)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: kerusakan hutan

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 16
  • Page 17
  • Page 18
  • Page 19
  • Page 20
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home