• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Dit Propam Poldasu ke Karo

28 September 2011 by karo Leave a Comment

Sejumlah petugas Dit Propam Poldasu diturunkan ke Mapolres Tanah Karo, untuk menyelidiki secara menyeluruh kebenaran adanya kebocoran informasi penggerebekan praktek perjudian yang berasal dari no HP yang diduga kuat milik salah satu oknum perwira polisi berinisial MY.

Tidak hanya terlihat di sekitar Mako Polres Karo, tim Dit Propam Poldasu juga nampak berupaya menggali informasi dari beberapa tempat di kota Kabanjahe, upaya ini dinilai positif agar penyidikan tidak hanya berlaku dalam ruang formal.

Kasi Humas Polres Karo, AKP Sayuti Malik menyebutkan, kedatangan Dit. Propam Poldasu guna menyelidiki kebenaran sms yang diduga dikirimkan oknum perwira Polres Tanah Karo ke salah satu ponsel milik orang lain. Kasus ini sendiri muncul setelah upaya pembocoran gelar penangkapan melalui jalan melayangkan pesan singkat kepada pihak pihak yang terlibat dalam tindak pidana perjudian.

Dalam sms yang berasal dari no HP 08136240*** milik salah satu oknum perwira Satreskrim Polres Karo itu jelas terbaca “akan ada rajia yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim Polres Karo”.

Tak ayal, kasus ini pun membuat kaget pejabat teras Polres Karo, salah satunya adalah Kasat Reskrim AKP Harry Azhar Harahap. Dimana ketika dikonfirmasi pada Kamis (22/9) lalu sekira jam 12.40 wib, Harry langsung mencari tahu pemilik nomor tersebut.

Hasilnya, Harry menegaskan nomor dimaksud milik salah seorang anggotanya dan berpangkat Iptu. Kasat Reskrim pun lantas bereaksi, dirinya menerangai hal ini bisa saja atau patut diduga dalam kaitan gerakan dukung mendukung pengelolaan perjudian.

Sehingga dalam waktu cepat pihaknya akan melakukan penelusuran guna mengungkap kebenaran pasti langkah pembocoran tadi, karena nantinya terang Harry semua harus mengacu kepada pembuktian.

Yang jelas sambung, bila nanti kebenaran itu terlihat, siapapun yang terlibat akan dilakukan tindakan, sebab polisi seharusnya tidak boleh terlibat dalam segala praktek kejahatan, termasuk perjudian. (nang/ras) (posmetro)

Filed Under: Kriminal Tagged With: bandar judi, judi, karo

Sejarah Kabupaten Karo Zaman Kemerdekaan

23 September 2011 by karo Leave a Comment

peta kab karo
Kabar-kabar angin bahwa Belanda akan melancarkan agresi I militernya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia kian semakin santer, puncaknya, pagi tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan serangan ke seluruh sektor pertempuran Medan Area. Serangan ini mereka namakan “Polisionel Actie” yang sebenarnya suatu agresi militer terhadap Republik Indonesia yang usianya baru mendekati 2 tahun.

Pada waktu kejadian itu Wakil Presiden Muhammad Hatta berada di Pematang Siantar dalam rencana perjalanannya ke Banda Aceh. Di Pematang Siantar beliau mengadakan rapat dengan Gubernur Sumatera Mr. T. Muhammad Hasan. Dilanjutkan pada tanggal 23 Juli 1947 di Tebing Tinggi. Pada arahannya dengan para pemimpin-pemimpin perjuangan, wakil presiden memberikan semangat untuk terus bergelora melawan musuh dan memberi petunjuk dan arahan menghadapi agresi Belanda yang sudah dilancarkan 2 hari sebelumnya. Namun Wakil Presiden membatalkan perjalanan ke Aceh dan memutuskan kembali ke Bukit Tinggi, setalah mendengar jatuhnya Tebing Tinggi, pada tanggal 28 Juli 1947. Perjalanan Wakil Presiden berlangsung di tengah berkecamuknya pertempuran akibat adanya serangan-serangan dari pasukan Belanda.

Rute yang dilalui Wakil Presiden adalah Berastagi-Merek-Sidikalang-Siborong-borong-Sibolga-Padang Sidempuan dan Bukit Tinggi. Di Berastagi, Wakil Presiden masih sempat mengadakan resepsi kecil ditemani Gubernur Sumatera Mr. T. Muhammad Hasan, Bupati Karo Rakutta Sembiring dan dihadiri Komandan Resimen I Letkol Djamin Ginting’s, Komandan Laskar Rakyat Napindo Halilintar Mayor Selamat Ginting, Komandan Laskar Rakyat Barisan Harimau Liar (BHL) Payung Bangun dan para pejuang lainnya, di penginapan beliau Grand Hotel Berastagi. Dalam pertemuan itu wakil presiden memberi penjelasan tentang situasi negara secara umum dan situasi khusus serta hal-hal yang akan dihadapi Bangsa Indonesia pada masa-masa yang akan datang.

Selesai memberi petunjuk, kepada beliau ditanyakan kiranya ingin kemana, sehubungan dengan serangan Belanda yang sudah menduduki Pematang Siantar dan akan menduduki Kabanjahe dan Berastagi. Wakil Presiden selanjutnya melakukan: “Jika keadaan masih memungkinkan, saya harap supaya saudara-saudara usahakan, supaya saya dapat ke Bukit Tinggi untuk memimpin perjuangan kita dari Pusat Sumatera”.

Setelah wakil presiden mengambil keputusan untuk berangkat ke Bukit Tinggi via Merek, segera Komandan Resimen I, Komandan Napindo Halilintar dan Komandan BHL, menyiapkan Pasukan pengaman. Mengingat daerah yang dilalui adalah persimpangan Merek, sudah dianggap dalam keadaan sangat berbahaya.

Apabila Belanda dapat merebut pertahanan kita di Seribu Dolok, maka Belanda akan dengan mudah dapat mencapai Merek, oleh sebab itu kompi markas dan sisa-sisa pecahan pasukan yang datang dari Binjai, siang harinya lebih dahulu dikirim ke Merek. Komandan Resimen I Letkol Djamin, memutuskan, memerlukan Pengawalan dan pengamanan wakil presiden, maka ditetapkan satu pleton dari Batalyon II TRI Resimen I untuk memperkuat pertahanan di sekitar gunung Sipiso-piso yang menghadap ke Seribu Dolok, oleh Napindo Halilintar ditetapkan pasukan Kapten Pala Bangun dan Kapten Bangsi Sembiring.

Sesudah persiapan rampung seluruhnya selesai makan sahur, waktu itu kebetulan bulan puasa, berangkatlah wakil presiden dan rombongan antara lain: Wangsa Wijaya (Sekretaris Priadi), Ruslan Batangharis dan Williem Hutabarat (Ajudan), Gubernur Sumatera Timur Mr. TM. Hasan menuju Merek. Upacara perpisahan singkat berlangsung menjelang subuh di tengah-tengah jalan raya dalam pelukan hawa dingin yang menyusup ke tulang sum-sum.

Sedang sayup-sayup terdengar tembakan dari arah Seribu Dolok, rupanya telah terjadi tembak-menembak antara pasukan musuh / Belanda dengan pasukan-pasukan kita yang bertahan di sekitar Gunung Sipiso-piso.

Seraya memeluk Bupati Tanah Karo Rakutta Sembiring, wakil presiden mengucapkan selamat tinggal dan selamat berjuang kepada rakyat Tanah Karo. Kemudian berangkatlah wakil presiden dan rombongan, meninggalkan Merek langsung ke Sidikalang untuk selanjutnya menuju Bukit Tinggi via Tarutung, Sibolga dan Padang Sidempuan.

Sementara itu, keadaan keresidenan Sumatera Timur semakin genting, serangan pasukan Belanda semakin gencar. Akibatnya, ibu negeri yang sebelumnya berkedudukan di Medan pindah ke Tebing Tinggi.

Bupati Rakutta Sembiring, juga menjadikan kota Tiga Binanga menjadi Ibu negeri Kabupaten Karo, setelah Tentara Belanda menguasai Kabanjahe dan Berastagi, pada tanggal 1 Agustus 1947.

Namun sehari sebelum tentara Belanda menduduki Kabanjahe dan Berastagi, oleh pasukan bersenjata kita bersama-sama dengan rakyat telah melaksanakan taktik bumi hangus, sehingga kota Kabanjahe dan Berastagi beserta 51 Desa di Tanah Karo menjadi lautan Api.

Taktik bumi hangus ini, sungguh merupakan pengorbanan yang luar biasa dari rakyat Karo demi mempertahankan cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat dengan sukarela membakar apa saja yang dimiliki termasuk desa dengan segala isinya.

Kenyataan itu telah menyebabkan wakil presiden mengeluarkan keputusan penting mengenai pembagian daerah dan status daerah di Sumatera Utara yang berbunyi sebagai berikut:

“Dengan surat ketetapan Wakil Presiden tanggal 26 Agustus 1947 yang dikeluarkan di Bukit Tinggi, maka daerah-daerah keresidenan Aceh, Kabupaten Langkat, kabupaten Tanah Karo, dijadikan satu daerah pemerintahan militer dengan Teungku Mohammad Daud Beureuh sebagai Gubernur Militer. Sedangkan daerah-daerah keresidenan Tapanuli, Kabupaten Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu menjadi sebuah daerah pemerintahan Militer dengan Dr. Gindo Siregar sebagai Gubernur Militer. Masing-masing Gubernur Militer itu diangkat dengan Pangkat Mayor Jenderal.

Selanjutnya melihat begitu besarnya pengorbanan rakyat karo ini, wakil presiden Drs. Mohammad Hatta menulis surat pujian kepada rakyat Karo dari Bukit Tinggi pada tanggal 1 Januari 1948. Adapun surat wakil presiden tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Bukittinggi, 1 Januari 1948
“Kepada Rakyat Tanah Karo Yang Kuncintai”.
Merdeka!
Dari jauh kami memperhatikan perjuangan Saudara-saudara yang begitu hebat untuk mempertahankan tanah tumpah darah kita yang suci dari serangan musuh. Kami sedih merasakan penderitaan Saudara-saudara yang rumah dan kampung halaman habis terbakar dan musuh melebarkan daerah perampasan secara ganas, sekalipun cease fire sudah diperintahkan oleh Dewan Keamanan UNO.
Tetapi sebaliknya kami merasa bangga dengan rakyat yang begitu sudi berkorban untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan kita.
Saya bangga dengan pemuda Karo yang berjuang membela tanah air sebagai putra Indonesia sejati. Rumah yang terbakar, boleh didirikan kembali, kampung yang hancur dapat dibangun lagi, tetapi kehormatan bangsa kalau hilang susah menimbulkannya. Dan sangat benar pendirian Saudara-saudara, biar habis segala-galanya asal kehormatan bangsa terpelihara dan cita-cita kemerdekaan tetap dibela sampai saat yang penghabisan. Demikian pulalah tekad Rakyat Indonesia seluruhnya. Rakyat yang begitu tekadnya tidak akan tenggelam, malahan pasti akan mencapai kemenangan cita-citanya.
Di atas kampung halaman saudara-saudara yang hangus akan bersinar kemudian cahaya kemerdekaan Indonesia dan akan tumbuh kelak bibit kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Karo, sebagai bagian dari pada Rakyat Indonesia yang satu yang tak dapat dibagi-bagi.
Kami sudahi pujian dan berterima kasih kami kepada Saudara-saudara dengan semboyan kita yang jitu itu: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
Saudaramu,
MOHAMMAD HATTA
Wakil Presiden Republik Indonesia

Selanjutnya, untuk melancarkan roda perekonomian rakyat di daerah yang belum diduduki Belanda, Bupati Rakutta Sembiring mengeluarkan uang pemerintah Kabupaten Karo yang dicetak secara sederhana dan digunakan sebagai pembayaran yang sah di daerah Kabupaten Karo.

Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, akhirnya pada tanggal 25 Nopember 1947, Tiga Binanga jatuh ke tangan Belanda dan Bupati Rakutta Sembiring memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Karo ke Lau Baleng. Di Lau Baleng, kesibukan utama yang dihadapi Bupati Karo beserta perangkatnya adalah menangani pengungsi yang berdatangan dari segala pelosok desa dengan mengadakan dapur umum dan pelayanan kesehatan juga pencetakan uang pemerintahan Kabupaten Karo untuk membiayai perjuangan.

Setelah perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, Pemerintah RI memerintahkan seluruh Angkatan Bersenjata Republik harus keluar dari kantung-kantung persembunyian dan hijrah ke seberang dari Van Mook yaitu daerah yang dikuasai secara de jure oleh Republik.

Barisan bersenjata di Sumatera Timur yang berada di kantung-kantung Deli Serdang dan Asahan Hijrah menyeberang ke Labuhan Batu. Demikian pula pasukan yang berada di Tanah Karo dihijrahkan ke Aceh Tenggara, Dairi dan Sipirok Tapanuli Selatan. Pasukan Resimen I pimpinan Letkol Djamin Ginting hijrah ke Lembah Alas Aceh Tenggara. Pasukan Napindo Halilintar pimpinan Mayor Selamat Ginting hijrah ke Dairi dan pasukan BHL pimpinan Mayor Payung Bangun hijrah ke Sipirok Tapanuli Selatan.

Berdasarkan ketentuan ini, dengan sendirinya Pemerintah Republik pun harus pindah ke seberang garis Van mook, tidak terkecuali Pemerintah Kabupaten Karo yang pindah mengungsi dari Lau Baleng ke Kotacane pada tanggal 7 Pebruari 1948. Di Kotacane, Bupati Rakutta Sembiring dibantu oleh Patih Netap Bukit, Sekretaris Kantor Tarigan, Keuangan Tambaten S. Brahmana, dilengkapi dengan 14 orang tenaga inti.

Selanjutnya untuk memperkuat posisi mereka, Belanda mendirikan Negara Sumatera Timur. Untuk daerah Tanah Karo Belanda menghidupkan kembali stelsel atau sistem pemerintahan di zaman penjajahan Belanda sebelum perang dunia kedua.

Administrasi pemerintahan tetap disebut Onder Afdeling De Karo Landen, dikepalai oleh seorang yang berpangkat Asisten Residen bangsa Belanda berkedudukan di Kabanjahe. Di tiap kerajaan (Zeifbesturen) wilayahnya diganti dengan Districk sedangkan wilayah kerajaan urung dirubah namanya menjadi Onderdistrick.

Adapun susunan Pemerintahan Tanah Karo dalam lingkungan Negara Sumatera Timur adalah: Plaatslijkbestuur Ambteenaar, A. Hoof. Districthoofd Van Lingga, Sibayak R. Kelelong Sinulingga, Districhoofd Van Suka, Sibayak Raja Sungkunen Ginting Suka, Districhoofd Van Sarinembah, Sibayak Gindar S. Meliala, Districthoofd Van Kuta Buluh, Sibayak Litmalem Perangin-angin

sumber : http://silima-merga.blogspot.com/2011/02/sejarah-kabupaten-karo-zaman.html

Filed Under: Sejarah Tagged With: kabupaten karo, soekarno di karo

Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo

23 September 2011 by karo 16 Comments

1. Karo-karo

– Sitepu
dilaki : Ganding
diberu : Goda
– Sinulingga
dilaki : Mangkok/ Suang
diberu : Corah/ Rebo
– Surbakti
dilaki : Getah
diberu : Megoh
– Purba
dilaki : Torong/tokal
diberu : Ngerbo.
– Kaban
dilaki: Cinor
diberu : Topan
– Kacaribu
dilaki: Modul/ Mitut
diberu: Ngerbo
– Ketaren
dilaki: Kolam
diberu: diberu: Cirum
– Sinuraya
dilaki: Tabong
diberu: Lebeng

2. Ginting

– Suka
dilaki : Suka
diberu : Unjuk
– Munte
dilaki : Mburak
diberu : Unjuk
– Babo
dilaki : Gajut/ Dokan
diberu: Merih.
– Sugihen
dilaki:Gurah
diberu: Sulngam
– Manik
dilaki: Mengat
diberu: Tadi.
– Rumah Berneh
dilaki: Raga
diberu:Nggore/Nurih
– Garamat
dilaki :
diberu :
– Tumangger
dilaki :
diberu : Tega

3. Tarigan

– Sibero kesain sebayak
dilaki : Batu
diberu : Pagit
– Sibero kesain rumah lateng
dilaki : Kawas
diberu Lumbung
– Sibero kesain rumah jahè
dilaki : Kawas
diberu : Dombat.
– Silangit
dilaki : Segar
diberu : Dombat
– Tua
dilaki : Mondan
diberu : Pagit/ Ombar
– Sahing
dilaki :
diberu :
– Tambun
dilaki :
diberu :
– Cingkes
dilaki :
diberu :
– Bondong
dilaki :
diberu :

4. Sembiring

– Kembaren
dilaki : Sampèraya/ Rambah
diberu : Loko
– Pelawi
dilaki: Baji
diberu : Lawi
– Gurukinayan
dilaki: Guru
diberu : Nayan
– Meliala
dilaki : Sukat/jambe
diberu : Tekang.
– Brahmana
dilaki : Kawar
diberu: Tawan
– Sinulaki
dilaki: Ropo
diberu: Lencang
– Keloko
dilaki : Ndaram
diberu : Loko
– Pandia
dilaki : Gombang
diberu :
– Depari
dilaki: Gawah
diberu: Talah.
– Maha
dilaki: Pasir
diberu: Daling

5. Peranginangin
– Bangun
dilaki : Tèger
diberu : Girik
– Sukatendel
dilaki : Gantang
diberu : Gomok
– Jambur Beringin
dilaki :
diberu: Amo
– Jinabun
dilaki : Guni
diberu : Picet
– Singarimbun
dilaki : Kerangen
diberu : Rimbun
– Pinem
dilaki: Jaren
diberu: Lompoh
– Sebayang
dilaki : Balandua/ndua/Rabun
diberu :Jengok
– Pincawan
dilaki : Jambor
diberu :
– Kacinambun
dilaki: Njorang
diberu: Ngemban

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: lebuhen kalak karo, panggilan orang karo, ururun merga

Medan Energi Metafisik Elemen Dekorasi Arsitektur Rumah Kurung Manik Karo

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Pendahuluan

Dalam wilayah arsitektur nusantara rumah Karo juga mempunyai tipologi yang hampir sama dengan arsitektur nusantara lainnya, yaitu mempunyai beberapa jenis rumah. Jenis-jenis tersebut benyak difokuskan pada perbedaan wujud atap bangunan. Seperti didalam arsitektur Jawa yang mempunyai beberapa jenis atap, arsitektur Karo juga mempunyai beberapa jenis atap rumah yang mebedakan antara jenis yang satu dengan yang lain.

Rumah adat Karo kondisi aslinya terdiri dari dinding papan yang merupakan bahan utama dari semua arsitektur nusantara, mempunyai atap yang tersusun dari ijuk sejenis dengan arsitektur Bali, bertiang balok mempunyai muka, tanduk, ret-ret, takal dapur. Bagian kaki menggunakan pondasi palas. Puncak atap terdapat muka berbentuk segitiga sama kaki yang terbuat dari anyaman bambu. Bagian ini biasanya muka ini menjadi khas dalam pembahasan arsitektur nusantara. Dalam setiap jenis rumah Karo jumlah mukanya berbeda, karena tergantung jumlah tingkat atau susun dari jenis rumah Karo tersebut. Jika rumah yang atapnya tidak bertingkat jumlah mukanya 2 buah dalam posisi yang berlawanan. Sedangkan atap yang susun atau anjung-anjung 2 mempunyai jumlah muka sebanyak 8 buah.

Rumah Karo terdiri dari beberapa bentuk yang pada dasarnya adalah sama, yang membedakan adalah bentuk atapnya dan tiangnya. Berdasarkan bentuk atapnya terdapat bentuk Rumah Kurung Manik, rumah Sada Tersek, rumah Dua Tersek Pakai Anjung-anjung, Rumah Ayo. Sedangkan berdasarkan tiangnya dapat dibedakan rumah Sangka Manuk, rumah Sendi. Dalam satu kampung juga terdapat bangunan lain antara lain adalah Jambur, Geriten, Sapo Page, Lesung dan bagian lain yaitu Peken, Pendonen, Penjuman, Kerangen, Barong, Penjalangen, Tapin, Buah Uta-uta.

Bentuk dan teknik pembuatan rumah pada dasarnya juga hampir sama, seperti letak dinding miring kearah luar, mempunyai dua pintu masuk yang menghadap Timur-Barat. Pada kedua ujung atapnya terdapat terdapat tanduk atau patung kepala kerbau. Dinding, lantai dan tiang-tiagnnya terbuat dari kayu. Untuk tangga teras(ture) yang berada di ujung Timur-Barat dan beberapa perlengkapan lainnya terbuat dari bambu. Bagian atap dan pengikatnya terbuat dari ijuk yang disusun sebagai bidang penutup atap.

Dalam sistim pembangunan rumah adat Karo ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan banyak tenaga sukarela. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan disebut dengan Adangen( tanggungan).

Seperti umumnya arsitektur tradisonal di nusantara arsitektur adat Karo pun mempunyai banyak dekorasi. Rumah adat Karo yang menggunakan dekorasi tersebut biasanya disebut dengan Gerga. Dekorasi-dekorasi tersebut mempunyai makna-makna magis bagi para penghuninya. Makna-makna tersbut disimbolkan dalam bentuk dekorasi yang mempunyai susunan khusus, seperti motif manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dekorasi-dekorasi biasanya juga merupakan salah satu bagian sistim komunikasi penghuni mengenai filsafat hidup, prasasti pembangunan, dan nilai-nilai magis yang dianutnya.

Dekorasi atau ragam hias merupakan simbolisasi akan kepercayaan diluar jasmani. Kekuatan-keuatan tersebut dipercayai merupakan bagian dari keberlangsungan hidup seseorang didunia ini. Kepercayaan terhadap kekuatan diluar diri manusia menjadi bagian penting dunia arsitektur tradisional. Kekuatan-kekuatan tersebut memberikan dorongan terhadap keinginan, pengaturan nasib, keberuntungan, kecelakaan, dan situasi-situasi yang mengikuti manusia dalam menjalani hidup didunia ini.

Dekorasi

Dekorasi – dekorasi yang muncul dalam arsitektur Karo banyak berhubungan dengan fungsi-fungsi fisik dari obyek yang dipasangi dekorasi tersebut. Kepentingan-kepentingan atau harapan yang ingin dicapai diwakili dalam elemen dekoratif yang terdapat dalam setiap bagian dari benda tersebut. Seperti yang terdapat dimeja makan, penghuni berharap agar tidak terdapat keinginan jahat yang membuat makanan tersebut mengandung racun dan mengakibatkan keracunan atau kematian. Menghindari situasi-situasi yang buruk merupakan kondisi-kondisi yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan.

Dari sisi pembuatan oranmentasi mempunyai empat cara, yaitu :

Pahatan(relief), biasanya banyak digunakan dalam dekorasi pada rumah
Torehan Pisau, bisanya banyak digunakan pada alat-alat
Penggunaan Cat
Dekorasi pada Tenun(hias)

Warna-warna dasar yang dipakai dalam adat Karo aslinya warna yang berasal dari alam yaitu warna merah putih dan hitam. Namun pada perkembangannya menjadi lebih beraneka ragam karena berkembangnya tuntutan dari sisi citra dan guna dari variasi warna-warna tersebut. Selain itu juga pengaruh dari luar pada jaman penjajah Belanda masuk ke Indonesia, banyak warna yang menjadi alternatif dalam membuat dekorasi.

Makna-makna warna dalam Karo antara lain merah berarti garang, putih berarti berhati suci, warna hitam berarti simbolisasi rakyata jelata(kunuma kurumah), warna biru berarti pandek(tukang doa), warna kuning berarti guru(dukun).

Ragam Hias biasanya terdapat pada bagian Ayo (muka rumah) dengan dengan hiasan geometris dan anyaman bambu. Sedangkan hiasan pemikul Ayo dibuat hiasan menyerupai gambar cecak dari bahan ijuk yang dalam bahasa Karo disebut sebagai Pangretret. Hiasan ini mempunyai makna magis tertentu, selain fungsi struktural pengikat dinding. Pada bagian Melmelen(dapur-dapur) yaitu pemikul derpih terdapat hiasan pokok yang terdiri dari tapak raja Sulaiman, Bindu Matoguh, embun Sikawiten, dan hiasan tepi seperti Cimbalau, tutup Dadu, Tiger Tudung dan lain-lain.

Dilihat dari sisi bentuk dekorasi pada rumah Karo mempunyai empat jenis, yaitu :

Bentuk geometris seperti ipen-ipen, tapak raja Sulaiman, piseren kambing, tiger tudung, bindu matoguh, cimba lau dan tutup dadu, desa siwaluh.
Bentuk tumbuh-tumbuhan dan alam, bunga gundur, pantil manggis, tulak paku, embun sikawiten.
Bentuk bintang, tanduk kerbau, pengretret.
Bentuk raksasa, cuping-cuping, takal dapur-dapur.

Kajian terhadap Elemen Dekoratif

Berdasarkan bahasa pola dari rumah Karo dapat diklasifikasikan dalam jenis :

Hiasan yang digantung atau disangkutkan seperti tanduk kerbau dan cuping-cuping
Hiasan yang diukir/dipahat/ digambar. Seperti hiasan-hiasan yang ada pada bilah-bilah papan dapur-dapur
Hiasan yang sekaligus menjadi bagian struktur, seperti anyaman ayo-ayo merupakan dinding sekaligus ornamental.

Ragam hias diatas merupakan penggolongan berdasarkan pola penemptan yang terjadi pada bagian-bagian rumah Karo. Kajian ini difokuskan pada penafsiran elemen-elemen dekoratif tersebut sehubungan dengan makna metafisik dari pemahaman penghuni rumah. Potensi dari kekuatan ruang yang dibentuk oleh koodinat elemen-elemen dekoratif tersebut untuk membentuk ruang yang mempunyai medan energi bagi penghuni menjadi lebih jelas jika kita dapat menghubungkan berdasarkan penempatannya.

Elemen Dekoratif Penolak Bala(Perlidungan)

Tanduk Kerbau

Hiasan yang digantung atau disangkutkan salah satunya adalah kepala kerbau. Tanduk kerbau yang dipasang diujung atap (bubungan) adalah tanduk asli, sedangkan kepala kerbau dapat dibuat dari tanah liat dan dicat warna putih. Hiasan kepala kerbau ini pada rumah Karo berjumlah 2 buah sebab jumlah ujung atapnya 2 buah. Dengan orientasi ke arah timur dan barat berarti tanduk kerbau ini juga menghadap timur dan barat.

Tanduk kerbau ini mempunyai makna yang melambangkan sikap hormat dan merunduk yang mengesankan sikap satria yang menghormati setiap orang tetapi juga siap untuk mempertahankan setiap gangguan yang muncul untuk mengganggu. Sikap satria yang ingin dimunculkan antara lain adalah keperkasaan, sportifitas tanpa harus mengganggu orang lain, seperti sifat kerbau yang cukup tenang dalam menhadapi situasi namun jika diganggu siap untuk mempertahankan.

Cuping-cuping

Ragam hias ini mempunyai posisi pada bagian setiap pojok rumah(suki) sebagai batas derpih atau dinding, antara derpih depan dan derpih samping. Bentuk cuping-cuping banyak menyerupai bentuk saun telinga manusia. Sehingga makna yang diinginkan analog dengan fungsi dari telinga yaitu sebagai alat untuk mendengarkan lingkungannya secara tajam. Dengan pendenganran yang tajam maka didapatkan kearifan yang cukup besar dalam berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Dengan begitu maka bekal ketajaman akan pendengaran terhadap sekitarnya, akan membuat tingkat kewaspadaan yang tinggi, sehingga siap untuk menangkal setiap gangguan yang ingin mengancam keberadaan.
Pangeretret

Pengretret

Ragam hias ini berbentuk seperti cicak yang mempunyai kepala pada kedua ujung badannya, dan terdapat tiga jari kaki ret-ret yang melambangkan ikatan keluarga tiga kesatuan. Pengretret ini juga mempunyai fungsi secara struktural pengikat bilah-bilah papan sebagai dinding(derpih).

Secara fisik ragam hias ini terbentuk dari jalinan tali ijuk yang menggambarkan makna kekuatan, penagkal setan dan melambangkan persatuan dan kesatuan masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah.

Penafsiran Medan Energi Metafisik ; Tanduk Kerbau dan Cuping-cuping

Sekarang kita perhatikan titik koordinat yang ditempati oleh elemen dekoratif yang digantung atau disangkutkan yaitu titik koordinat tanduk kerbau, cuping-cuping dan pelingkupan pengretret. Jika kita dapat membuat garis lurus yang kita hubungkan antara titik pemasangan elemen-elemen gantung tersebut, garis lurus tersebut membentuk geometri obyek bangunan tersebut. Garis garis tersebut membentuk medan energi yang melindungi semua penghuni rumah yang berada didalamnya. Rumah dipahami sebagai dunia kecil bagi kehidupan penghuni rumah Karo ini. Seperti atmosfer yang melindungi bumi ini dari beberapa gangguan meteor dan radiasi yang merusak lingkungan dan menyaring semua yang masuk dalam bumi. Medan ini juga memberikan suatu atmosfer perlindungan terhadap energi lain yang bermaksud untuk merusak siklus kehidupan dunia dalam ruangan rumah.

Cara membaca medan energi yang muncul dari titik koordinat tersebut sebagai berikut.

Perlindungan secara vertikal, tanda tersebut dapat dibaca dari garis putus yang hadir akibat perhubungan antara tanduk kerbau(1 dan 2) dengan empat titik penjuru tempat dari cuping-cuping yang berada pada keempat sudut(A,B,C,D) bangunan yang berhubungan dengan badan bangunan.
Perlindungan secara Horisontal, pengretret sebagai elemen ragam hias yang sekaligus berfungsi sebagai struktur pengikat bilah-bilah papan sebagai dinding , juga mempunyai fungsi metafisik sebagai penolak segala kejahatan. Melihat posisinya pengeretret menyerupai sabuk yang menghubungkan sudut-sudut bangunan empat persegi panjang Karo. Sabuk energi ini menghubungkan setiap kolom pojok tempat sangkutan dari cuping-cuping(A,B,C,D).

Elemen Dekoratif : Pengharapan Kelancaran Hidup

Dapur-dapur (melmelan)

Elemen-elemen dekoratif yang diukir/dipahat/ digambar lebih banyak berada pada dapur-dapur yang terdiri dari tapak raja Sulaiman, bindu matagah, teiger tudung,desa siwaluh, bunga gundur dan pantil manggis, Embun sikawiten, cimba lau dan tutup dadu.

Makna yang terkandung dalam dapur-dapur ini antara lain mengenai harapan akan kesehatan, petunjuk jalan agar tidak sesat, dijauhkan dari roh jahat, diberi kekuatan batin, keagungan dan kewibawaan , ketampanan, penunjuk arah bulan baik, keindahan, kemakmuran, kecerahan.

Penafsiran : Ruang Kehidupan Dunia

Jika kita melihat posisi fisik dapur-dapur ini merupakan bagian yang menjadi pengikat dari dari badan bangunan Kurung Manik Karo. Dapur-dapur merupakan elemen bangunan yang dekat dengan posisi manusia, yaitu mengelilingi ruang hunian manusia. Elemen ini memberikan batasan ruang kehidupan manusia dalam dunia kecil yang dinamakan rumah. Keinginan dan harapan yang ada dalam hati dan pikiran mereka tuangkan dalam dapur-dapur dengan bahasa pola yang dalam bentuk ukiran dan pahatan.

Beberapa makna dari papan dapur-dapur ini sesuai dengan makna ukiran perbagian antara lain :

dapur-dapur memberikan pewadahan(ruang) terhadap semua harapan penghuni rumah tersebut terhadap lingkungan fisik yang diinginkan sesuai posisi koordinat dari dapur-dapur yang menyangga dinding(derpih) dan melingkupi bangunan rumah.
Dapur-dapur sebagai media komitmen dan kitab yang berisi aturan dan harapan.
Kekuatan internal jasmani dalam melakukan aktifitas ruang dunia menjadi tujuan utama dalam memberikan makna dapur-dapur.

Elemen Dekoratif : Ekspresi Keseimbangan

Ayo-ayo

Membaca keseimbangan kehidupan fisik dan metafisik yang terdapat dalam totalitas bangunan ini dapat dilihat dari ragam hias ayo-ayo. Elemen ini mempunyai posisi di bagian depan(muka) dan belakang. Bagian muka-belakang mengarah pada mata angin Timur – Barat. Arah timur-barat ini sesuai dengan arah hulu dan hilir sungai yang berada didekat bangunan ini. Bentuk dari ayo-ayo ini adalah bidang segitiga yang mengisi muka atap bagian depan, berisi ukiran-ukiran yang sebagian besar bermakna keindahan (sebagai hiasan) dan penolak bala.

Penafsiran : Keseimbangan Kehidupan

Elemen ragam hias ini didominasi oleh bentuk-bentuk ornamen keindahan dan beberapa bagian kecil sebagai penolak bala. Keindahan adalah ragam hiasan yang mengungkapkan intuisi seni dan kebijaksanaan dari masyarakat tersebut. Pemahaman dan ungkapan nilai-nilai keindahan sangat berkaitan dengan makna kearifan , bijaksana, berlaku adil, keseimbangan atau segala sesuatu harus dalam keadaan yang berimbang.

sumbu

Ayo-ayo berhadapan langsung dengan orang yang akan masuk rumah atau dalam arah hadap yang sama dengan pintu masuk yang berada didepan dan belakang(timur-barat). Sehingga pola bidang ayo-ayo ini menyambut setiap orang yang akan masuk rumah. Bagaikan sebuah ramuan yang memberikan kekuatan terhadap semua makhluk yang masuk bangunan ini. Jadi ayo-ayo merupakan raut muka(interface) yang berkomunikasi tentang nilai-nilai keindahan secara keseluruhan terhadap setiap pengunjung.

Beberapa bentuk ornamen geometris memberikan hipnotis terhadap orang yang memandangnya. Susunan geometris yang memusat memberikan cara hipnotis untuk sebuah kejujuran.

Ornamen yang mirip dengan ornamen geometris seperti ornamen bunga gundur ini banyak dijumpai dalam susunan keseluruhan bidang Ayo-ayo. Semua ornamen terbentuk secara simetris dalam konfigurasi segitiga sama kaki. Bagian kiri dan kanan menjadi pemusatan energi yang dapat mempengaruhi pendatang yang masuk melalui pintu-pintu tersebut.

Tafsir Keseluruhan

Secara keseluruhan ragam hias atau dekorasi pada rumah adat Karo memberikan kekuatan ruang perlindungan , ruang pengharapan hidup, dan ruang kesimbangan bagi proses kehidupan masyarakat Karo Kurung Manik.

NB : Batak Karo diubah menjadi Karo, judul asli Medan Energi Metafisik Elemen Dekorasi Arsitektur Rumah Kurung Manik Batak Karo

Filed Under: Berita Baru Tagged With: Berita

Petani Jeruk Karo Lirik Pupuk Organik

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Membanjirnya buah impor yang masuk ke pasar Indonesia tak terkecuali Sumatera Utara (Sumut), ditambah akan masuknya jeruk kino Pakistan pada tahun depan, membuat kalangan petani di sentra pertanian jeruk di Kabupaten Karo terus terpuruk karena produksi jeruk lokal selalu kalah bersaing. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas produksi jeruk lokal kini semakin menurun akibat banyaknya serangan hama dan penyakit.

Ketua Asosiasi Petani Jeruk Indonesia Kabupaten Karo, Saul Surbakti, mengatakan, saat ini kondisi jeruk dari Karo atau yang sering disebut Jeruk Medan semakin menurun produksinya. Sebab, petani tidak memiliki gairah lagi mengembangkannya dan bahkan banyak yang telah mengalihfungsikan lahan ke komoditas tanaman lain yang lebih menguntungkan.

“Saat ini memang harga jual jeruk kita mahal, tapi itu pun tidak membuat petani senang. Karena jeruk lokal masih tetap kalah dengan jeruk impor yang dari segi bentuk, warna dan harga lebih menarik masyarakat,” ujarnya saat dihubungi MedanBisnis, Selasa (20/9).

Dikatakannya, jeruk impor asal China yang banyak dijual di pasaran memang sangat menganggu keberadaan jeruk lokal. Apalagi diperkirakan pada tahun depan impor jeruk kino dari Pakistan juga akan deras masuk dengan telah disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia-Pakistan, yang membebaskan bea masuk (BM 0%) jeruk kino Pakistan masuk ke Indonesia.

“Ini pasti akan semakin menenggelamkan keberadaan produksi jeruk lokal. Sebab sekarang saja kita sudah ketar-ketir dengan banyaknya jeruk impor dari China, ditambah lagi pemerintah mengizinkan masuknya jeruk dari Pakistan. Kalau begini keadaannya petani pasti akan semakin merugi dan akan meninggalkan tanaman jeruknya,” kata Saul.

Kondisi sekarang, tambahnya, dengan banyaknya serangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk membuat biaya produksi tanaman semakin tinggi. Ini belum sebanding dengan harga jual jeruk dan permintaan yang banyak dari pasar.

“Bagaimana kita mau tanam, kalau hanya buat rugi. Jadi lebih baik pilih tanaman yang lain saja,” ucap petani jeruk lainnya di Karo, Domino.

Untuk harga jeruk saat ini yang mencapai Rp 6.500/kg, dikatakan Domino memang lumayan tinggi dipicu minimnya produksi jeruk dan dengan ukuran buah yang kecil-kecil. “Tidak ada lagi jeruk yang ukuran super karena petani kurang perawaan dan sudah lemah membudidayakan jeruk,” akunya seraya menambahkan biaya produksi tanaman jeruk bisa mencapai Rp 4.700/batang pertahun.

Kabid Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Sumut, Ratna Gultom, mengakui produksi jeruk lokal di Sumut memang semakin menurun. Kondisi ini bisa saja semakin parah dengan banyaknya buah impor yang beredar di pasaran, jika produktivitas tanaman buah lokal tidak dipertahankan.

“Tapi begitupun, tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena komoditas kita tidak kalah dengan buah impor dan telah memiliki pasar sendiri,” katanya.

Pemerintah juga tetap melakukan banyak program dalam peningkatan produktivitas tanaman komoditas hortikultura seperti pemberian bibit, pengembangan produksi, pembinaan dan lainnya sehingga petani tetap bergairah mengembangkan. “Seperti pembentukan asosiasi pemasaran ekspor buah yang difasilitasi pemerintah juga merupakan upaya mempertahankan produksi buah lokal,” imbuhnya.

Namun, selain itu, Ratna juga meminta kepada masyarakat untuk mencintai produk atau buah lokal yang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan buah impor. Tidak hanya mendapat jaminan produk, tapi masyarakat juga dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya.

“Kita yang harus menghargai hasil kerja petani dengan membeli buah yang dihasilkan. Lagipula produk lokal terjamin kualitasnya meski harga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan impor,” pungkasnya.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai impor buah naik 49,07% periode Januari hingga Juli 2011 dengan US$31.050 juta dan volume 34.640 ton dibandingkan periode yang sama ditahun lalu dengan nilai US$20.829 juta dan volume 23.545 ton.(Medanbisnis)

Filed Under: Pertanian Tagged With: jeruk, pupuk organik

Pengadaan Bahan Promosi Pariwisata Karo

23 September 2011 by karo Leave a Comment

Dengan ini diumumkan kepada pengusaha studio dan percetakan (usaha kecil atau perorangan) di Sumatera Utara bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo menawarkan paket pekerjaan Pembuatan Bahan Promosi Pariwisata Karo menggunakan Media Audiovisual dan Cetak.

Rincian Pekerjaan :

1. Pengumpulan Bahan (pengambilan Gambar Dan Video)
2. Pengeditan
3. Pembuatan Master VCD dan Master Leaflet
4. Penggandan VCD
5. Penggandaan Leaflet

Spesifikasi Kerja :

Waktu Pekerjaan : 30 Hari

VCD : Durasi 20 menit atau lebih memuat seluruh potensi ODTW Karo
Kuantitas : 2.600 Keping pakai label dan soft pack

Leaflet : Ukuran Double Folio ( 13 X 17 Inch) menggunakan kertas Konstruk 120 gr/m2
Kuantitas : 6.000 lembar (terdiri dari 3 jenis leaflet masing-masing 2.000 lembar)

Besar Anggaran : Rp. 62.730.000,-

Bagi yang berminat melaksanakan pekerjaan ini, silakan mengajukan penawaran harga kepada Pejabat Pengadaan Barang Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Karo paling Lambat tanggal 30 September 2011 beserta kelengkapan administrasi berupa:
1. SIUP Usaha Studio & Percetakan
2. TDP
3. Fotocopy NPWP
4. Akte Perusahaan (untuk usaha berbadan hukum)

(sumber :pemdakaro)

Filed Under: Momo Tagged With: info pemda karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 32
  • Page 33
  • Page 34
  • Page 35
  • Page 36
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home