• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Putaran kedua Pemilukada Karo belum Jelas

3 December 2010 by karo Leave a Comment

Masyarakat Karo mulai dilanda kebingungan. Pasalnya, pelaksanaan putaran kedua Pemilukada Kabupaten Karo belum jelas. Sesuai jadwal Pemilukada Karo tahun 2010 yang dirilis KPUD Karo, seharusnya putaran kedua akan dilaksanakan 27 November 2010.

Namun, gugatan sejumlah calon Bupati Karo ke Mahkamah Konstitusi membuat jadwal tersebut harus diundur hingga waktu yang belum ditentukan. KPUD Karo sendiri belum mengumumkan kepada masyarakat tentang perubahan tersebut.

Jesaya Pulungan, anggota KPUD Kabupaten Karo yang dikonfirmasikan mengenai hal ini, mengatakan, sesuai jadwal, Pemilukada Karo dilaksanakan 27 Oktober 2010. Sedangkan putaran kedua dijadwalkan 27 November 2010.

Putaran kedua tersebut akan dilaksanakan tepat waktu jika tidak ada pasangan calon bupati-wakil bupati yang menggugat hasil Pemilukada ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, karena ada gugatan 8 pasangan yang tidak menerima hasil Pemilukada Karo 27 Oktober lalu, maka jadwal putaran kedua mengalami perubahan.

“Apabila pasangan calon kepala daerah tidak ada yang memperoleh suara minimal 30 persen tambah satu, maka rencananya akan digelar pada 27 Oktober 2010. Tapi, karena ada gugatan ke MK, maka putaran kedua akan diundurkan,” ujar Jesaya di Kabanjahe, malam ini.

Dikatakannya, pelaksanaan Pemilukada Karo putaran kedua akan dijadwalkan kemudian menunggu keputusan MK. Pihaknya sendiri tidak dapat memastikan kapan MK memutuskan gugatan Pilkada Karo itu.

“Sejak beberapa hari lalu sampai sekarang ini MK masih menyidangkan gugatan ini. Jadi, kita belum bisa memastikan,” pungkasnya. Waspada

Filed Under: Politik Tagged With: pemilukada karo, pilkada karo putaran 2

Kantor Satlantas Polres Karo Diserang OTK

2 December 2010 by karo 1 Comment

Kantor Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tanah Karo di Jalan Jamin Ginting Kabanjahe, diserang segerombolan orang tak dikenal (OTK) berambut cepak, mengenakan ikat kepala dan memakai jaket kulit warna hitam berjumlah sekitar 30 orang dengan mengendarai 15 sepedamotor, Sabtu ( 27/11) sekitar pukul 22.00 WIB.

Akibat peristiwa tersebut, kaca depan kantor itu, sedan Patwal, plank razia dan satu unit mobil masyarakat sipil jenis Avanza yang sedang melintas dirusak. Dalam peristiwa itu, tak ada korban jiwa. Menurut sejumlah saksi mata, aksi penyerangan itu dilakukan secara tiba-tiba dan berlangsung sangat singkat. Segerombolan pria tersebut langsung melempari Kantor Sat Lantas Polres Karo dengan batu.

Tak puas sampai di situ, mereka melanjutkan kembali aksinya dengan merusak plank razia dan mobil masyarakat yang kebetulan melintas di sekitar TKP. Serangan mendadak itu, spontan membuat tiga petugas jaga personil Satlantas berupaya menyelamatkan diri. Kondisi jalan yang sepi membuat aksi mereka tidak terlihat oleh masyarakat banyak yang kediamannya hanya berkisar beberapa meter dari TKP.

Seiring berlangsungnya peristiwa tersebut, sempat beredar isu di kalangan masyarakat dan wartawan kalau aksi serupa bakal dilanjutkan ke Mapolres Tanah Karo yang terletak di Jalan Veteran, Kabanjahe. Namun setelah dicek, informasi itu tak terbukti kebenarannya. Suasana khawatir jelas tampak dari beberapa polisi yang berjaga di Mapolres Karo. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aparat kepolisian tetap bersiaga. Berselang beberapa saat Kapolres Tanah Karo, AKBP Ig Agung Prasetyoko, SH didampingi Wakapolres Kompol Jukiman Situmorang, meninjau langsung situasi Kantor Satlantas Polres Tanah Karo.

Demikian juga Dan Yon 125 Si’mbisa, Letkol Inf Sukirman Sulaiman juga memasuki areal Mapolres Tanah Karo. Belum diketahui persis kaitan kedatangan pucuk pimpinan Yon Si’mbisa dengan peristiwa yang baru saja terjadi malam itu. Kapolres Tanah Karo melalui Kabid Humas Iptu Sayuti Malik membenarkan adanya penyerangan kantor Satlantas Polres Tanah Karo itu.

“Aparat kepolisian masih menyelidiki sebab-sebab peristiwa itu,” ujarnya tanpa merinci motif di balik penyerangan tersebut.

Kapolres Tanah Karo Mendadak Datangi Batalion 125 Simbisa Kabanjahe

Pasca penyerangan Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Tanah Karo di Jalan Jamin Ginting, Kabanjahe, Sabtu ( 27/11) sekira pukul 22.00 WIB oleh 30-an orang mengendarai 15 sepedamotor, Kapolres Tanah Karo AKBP Ignatius Agung Prasetyoko SH menggelar silaturahmi secara mendadak ke Markas Batalion 125 Si’mbisa Kabanjahe, Minggu (28/11) siang.

Kedatangan orang nomor satu Polres Tanah Karo itu dengan beberapa perwira lainnya di jajaran Polres Karo di antaranya, Wakapolres, Kompol Jukiman Situmorang dan Kanit Opsnal Satreskrim, Ipda Oscar Sutedjo.

Sementara di luar unsur kepolisian, hadir Dandim 0205/TK Letkol Kav M Putong SH, Kasdim, Mayor Inf Simon Sembiring dan Dan Sub Den POM 1/2 Raya Lettu Mugiman dan tuan rumah Danyon 125/Si’Mbisa Letkol Inf. Sukirman Sulaeman dan Wadan Yon Mayor Inf IR Silitonga.

Tidak diperoleh resume keseluruhan temu pucuk pimpinan Polri dan TNI di wilayah hukum Kabupaten Karo kemarin. Hanya saja menurut Dan Yon 125 Si’mbisa, Letkol Inf Sukirman Sulaeman setelah rapat berakhir, pertemuan itu pada intinya untuk menggalang kebersamaan antara unsur keamanaan dalam menjalankan tugas-tugas pokok yang dijalani dari hari ke hari. Sulaeman juga mengingatkan kepada seluruh prajurit agar jangan melanggar kode etik kemiliteran baik dalam dinas maupun di luar dinas.

Sementara itu, belum didapati adanya perkembangan berarti dari kasus penyerangan kantor Satlantas Polres Tanah Karo. Harapan memperoleh keterbukaan informasi yang diharapkan publik atas masalah itu belum meraih hasil maksimal, para pihak berwenang enggan berkomentar atas persoalan itu. Sebelumnya, Kabid Humas Polres Tanah Karo Iptu, Sayuti Malik mengatakan, kalau kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan. (M-30/u) SIB

Filed Under: Kriminal Tagged With: perusakan

Lima Rumah Terbakar di Bintang Meriah

2 December 2010 by karo Leave a Comment

Lima unit rumah papan, di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Kuta Buluh, terbakar, Senin (29/11) pukul 22.00 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Kerugian yang ditaksir mencapai Rp 500 juta.

Data diperoleh dari Kaban Kesbang Pol dan Linmas Pemkab Karo, Drs Suang Karo-Karo, rumah yang dilalap si jago merah tersebut masing-masing milik, Markasa Perangin-angin (28), Lit Ukur Perangin-angin (55), Ringan Perangin-angin (60), Nd Jafar Br Karo (85), dan Harapen Sinuraya (55).

Terkait asal api, Drs Suang Karo-karo menyatakan masih dalam tahap penyelidikan. Menurut Suang, usai menerima laporan adanya kebakaran menimpa rumah warga, pihaknya segera menerjunkan dua unit Damkar. Tiba di lokasi dan bekerjasama dengan masyarakat setempat, akhirnya setelah satu jam, api berhasil dijinakkan. (M-30/s) SIB

Filed Under: Berita Baru Tagged With: rumah terbakar

Mobil Pengangkut Dolomit Timpa Pengendara Sepeda Motor

2 December 2010 by karo Leave a Comment

Diduga melebihi tonase muatan yang ditentukan, truk colt diesel BK 8967 CD bermuatan batu dolomit mengalami kecelakaan lalu-lintas dengan menimpa seorang pengendara sepeda motor di jembatan Titi Kambing Desa Selandi Baru Kecamatan Payung, Senin (29/11) malam.

Hal itu mengakibatkan pengendara sepeda motor jenis Jupiter Z BK 3156 HM yang dikendarai Rahmat Ambalo (27) warga Berastagi Gang Rejeki Rumah Berastagi Karo, tewas di tempat kejadian.

Menurut saksi mata, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB, berawal saat truk tersebut yang datang dari arah Tiganderket menuju Medan tidak sanggup mendaki tanjakan yang bertikungan ke arah kanan jalan tersebut.

Sehingga truk itu mundur ke arah belakang dan tanpa diketahui sopir kalau ternyata di belakangnya ada pengendara sepeda motor membawa muatan gerobak sate yang dikendarai Rahmat Ambalo dan terseret hingga ke beram jalan dan menimpa korban hingga tewas.

Ironisnya, begitu mengetahui kalau ternyata ada korban yang tertimpa truk, sopir truk itu melarikan diri di kegelapan malam, hingga kini belum diketahui identitasnya.

Kapolsek Tiganderket AKP E Situmorang bersama anggota yang menerima laporan langsung turun ke lokasi dan menghubungi Sat Lantas Polres Karo untuk melakukan evakuasi dan dibantu masyarakat. Korban pun baru bisa dikeluarkan dari timpaan truk, sekira pukul 24:00 Wib dan langsung dilarikan ke RSU Kabanjahe.

Kapolres Tanah Karo melalui Kasat Lantas Polres Karo AKP P Nainggolan SH didampingi Kanit Laka Ipda K Manullang kepada wartawan, Selasa (30/11) membenarkan adanya kejadian tersebut. “Sopir truk tersebut sedang kita cari dan barang bukti berupa satu unit truk dan sepeda motor telah diamankan untuk pengusutan lebih lanjut,” ujarnya. (M30/q) SIB

Filed Under: Berita Baru Tagged With: kecelakaan lalut lintas

Nama Batak Bukan dari Orangnya

18 November 2010 by karo 6 Comments

Batak sebagai nama etnik (suku) ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri, tapi diciptakan atau dikonstruksi oleh para musafir barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860 an.

Sebab dalam sumber-sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak) tidak ditemukan kata Batak untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik Batak.

Jadi dengan demikian nama Batak tidak asli berasal dari dalam kebudayaan Batak melainkan sesuatu yang diciptakan dan diberikan dari luar. Demikian dikatakan sejarahwan dari Unimed, Ichwan Azhari dalam keterangan persnya, Minggu (14/11).

Ichwan Azhari yang juga Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial-Universitas Negeri Medan (Pussis-Unimed) yang baru mengakhiri penelitiannya selama 2 bulan pada arsip misionaris di Wuppertal, Jerman atas biaya Dinas Pertukaran Akademis (DAAD) pemerintah Jerman mengungkapkan, selain meneliti arsip misionaris Jerman, juga melengkapi datanya ke arsip KITLV di Belanda.

Selama meneliti, juga mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner.

Kata Batak menurut Ichwan, awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke Sumatra dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama bata .

Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan,” ungkap Ichwan.

Pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik yang ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi Leiden juga ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia.

Penyebutan itu sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman semenanjung Malaka. Saat Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), Puteri Gunung Ledang yang sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini, melarikan diri ke hulu sungai dan dalam teks disebut : “masuk ke dalam hutan rimba yang amat besar hampir dengan negeri Batak.Maka diambil oleh segala menteri Batak itu, dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam negeri Batak itu.”

Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan streotip atau label negatif sebagai Batak.

Untuk itu menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama Batak untuk nama etnik karena imej negatif yang terkandung pada kata itu.

Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka, ujarnya.

Sedangkan di Sumatra Utara label itu terus dipakai karena peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu, ungkapnya.

Dalam penelitiannya di arsip misionaris Jerman di Wuppertal sejak bulan September 2011, Ichwan Azhari melihat para misionaris sendiri awalnya mengalami keragu-raguan untuk menggunakan kata Batak sebagai nama etnik.

Hal ini dikarenakan kata Batak itu tidak dikenal oleh orang Batak ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. “Para misionaris awalnya menggunakan kata bata sebagai satu kesatuan dengan lander, jadi bata lander yang berarti tanah batak, merupakan suatu nama yang lebih menunjuk ke kawasan geografis dan bukan kawasan budaya atau suku,” terangnya.

Di arsip misionaris yang menyimpan sekitar 100 ribu arsip berisi informasi penting berkaitan dengan aktifitas dan pemikiran di tanah batak sejak pertengahan abad 19 itu, Ichwan menemukan dan meneliti puluhan peta, baik peta bata lander yang dibuat peneliti Jerman terkenal bernama Junghuhn, maupun peta-peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat.

Dari peta-peta yang diteliti tersebut, ungkap Ichwan memperlihatkan adanya kebingungan para musafir barat dan misionaris Jerman untuk meletakkan dan mengkonstruksi secara pas sebuah kata Batak dari luar untuk diberikan lepada nama satu kelompok etnik yang heterogen yang sesungguhnya tidak mengenal kata ini dalam warisan sejarahnya.

Dalam peta-peta kuno itu kata Bata Lander hanya digunakan sebagai judul peta tapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama-nama seperti Toba, Silindung, Rajah, Pac Pac, Karo dimana nama batak tidak ada sama sekali.

“Dalam salah satu peta kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau,” ucapnya.

Bata Lander

Kata Ichwan, kebingungan para misionaris Jerman untuk mengkonstruksi kata Batak sebagai nama suku juga nampak dari satu temuan terhadap peta misionaris Jerman sendiri yang sama sekali tidak menggunakan judul bata lander sebagai judul peta dan membuang semua kata batak yang ada dalam edisi penerbitan peta itu di dalam laporan tahunan misionaris. “Padahal sebelumnya mereka telah menggunakan kata batak itu,” ucap Ichwan.

Kata Batak yang semula nama ejekan negatif penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman dan kemudian menjadi nama kawasan geografis penduduk dataran tinggi Sumatra Utara yang heterogen dan memiliki nama-namanya sendiri pada awal abad 20 bergeser menjadi nama etnik dan sebagai nama identitas yang terus mengalami perubahan.

Setelah misionaris Jerman berhasil menggunakan nama Batak sebagai nama etnik, pihak pemerintah Belanda juga menggunakan konsep Jerman itu dalam pengembangan dan perluasan basis-basis kolonialisme mereka.

Bahkan dalam penelitian itu, ujar Ichwan ditemukan nama Batak digunakan sebagai nama etnik para elit yang bermukim di Tapanuli Selatan yang beragama Islam.

Dalam sebuah majalah yang diterbitkan di Kotanopan, Tapanuli Selatan, tahun 1922 oleh pemimpin orang-orang Mandailing seperti Sutan Naposo, Gunung Mulia dll, mereka menggunakan kata Batak sebagai identitas.

“Bahkan nama media mereka diberi nama Organ dari Bataksche-Studiefonds dan uniknya mereka tidak menggunakan marga Mandailing mereka di belakang nama,” ungkapnya. (rmd) analisa

Filed Under: Berita Baru Tagged With: karo bukan batak, pembuktian, penelitian

Di Tanah Karo Kentang Merah Memiliki Pangsa Pasar Tersendiri

18 November 2010 by karo 2 Comments

Kentang merah yang lebih kaya karbohidrat dan zat besi dan petani menyukai membudidayakan ketntang ini, karena pemeliharaan yang simpel dan relatif tahan penyakit.

Umbi kentang sudah menjadi bahan makanan yang akrab bagi masyarakat. Selain menjadi keripik, kentang bermanfaat sebagai pelengkap sayuran dan olahan makanan lain.

Bahkan, di Eropa, kentang menjadi makanan pokok. Umumnya kentang yang kita kenal dan banyak beredar di pasaran kentang berumbi putih kekuningan. Tapi, ada juga kentang berumbi merah. Kentang jenis ini kulitnya berwarna merah, tapi dagingnya berwarna kuning.

Kentang merah mengandung karbohidrat yang lebih banyak dan berkadar air lebih rendah. Ini membuat olahan kentang menjadi keripik atau makanan lain akan lebih gurih dan lezat. Dari sisi pembudidayaan, kentang merah lebih tahan terhadap hama atau penyakit. Asyiknya, petani bisa menanam kentang merah, baik di dataran medium hingga tinggi.

Meski memiliki keunggulan, saat ini produksi kentang merah masih terbatas. Budidaya kentang merah untuk wilayah Tanah Karo,masih tergolong rendah karena kentang merah ini tidak menjadi unggulan hasil pertanian. Para petani umumnya kebanyakan membudidayakan kentang yang berumbi putih kekuningan yang lajim disebut (kentang grenola dan selektani)..

Petani sekaligus penangkar bibit kentang Ibnu Nufail ketika ditemui wartawan, Minggu (14/11) di ladangnya Desa Aji Julu kecamatan Tiga Panah menuturkan, sudah puluhan tahun silam petani menanam kentang umbi kuning dan hortikultura lain. Namun, upaya ini selalu membawa kecemasan karena tidak ada kepastian kesetabilan harga, bahkan cenderung selalu gagal karena ketinggian lahan yang tidak cocok dan hama.

Ketika itu ia memilih untuk varitas kentang merah, hingga berbuah positif kala ada pelatihan dan ujicoba budidaya kentang merah dari Dinas Pertanian setempat. “Ternyata berhasil, hingga terus kami kembangkan hingga kini,” ujar Ibnu.

Membuat petani senang membudidayakan kentang merah itu, kartena perawatannya tidak rumit. Penanaman bibit kentang sampai panen memakan waktu 100-130 hari. Saat penanaman yang baik itu ketika curah hujan tidak terlalu tinggi. Bibit yang sudah bertunas ditimbun dengan tanah hingga menutupi sebagian umbi. Selanjutnya, sedikit demi sedikit umbi bibit ditimbun dengan tanah. Hingga saat usia bibit enam minggu, sudah bisa ditutupi semua bagiannya dengan tanah dan tersisa tunasnya di permukaan tanah.

Selain petani Ibnu Nufail juga dikenal sebagai Agronomis CV.Bintang Anugrah Pupuk Organik ini, juga memberikan metode pemupukan awal menggunakan pupuk kandang dan empat kali pemupukan susulan sampai masa panen.

Penyemprotan fungisida dilakukan jika tanaman terserang hama saja, seperti jamur pada daun dan orong-orong. tak perlu menyiram karena di sini dingin dan mengandalkan curah hujan,” jelas Ibnu.

Tiga Kali Setahun

Panen kentang biasa berlangsung tiga kali setahun. Namun, penanaman bibit tidak berbarengan. Sekali panen menghasilkan 15 ton dari setengah hektare lahan. menghasilkan 40-50 ton kentang sekali musim panen. Karena itu,ia membutuhkan pasokan kentang dari luar daerahnya. Bahkan, kentang produksi mereka di pasarkan di seputar provinsi Sumatera Utara saja sudah habis.

Geliat budidaya kentang merah di Tanah Karo sudah mulai terlihat. Para Kelompok Tani sudah banyak menyisihkan bibit kentang merah. Sayang, upaya ini belum mendapat dukungan berupa pemasaran yang baik. Dari Pemkab Karo, Ibnu mengaku pemasaran kentang sejauh ini masih mengandalkan tengkulak. Harga jualnya hanya Rp 4.500 perkg. Padahal, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 6000 per kg.

Ibnu Nufail berharap, dengan semakin besar kapasitas produksinya dan produk yang semakin dikenal, pemasaran bisa lebih meluas. “Tentu dengan harga jual di tingkat petani lebih tinggi,” kata Ibnu.

Untungnya, para petani ini tak hanya menjual hasil panennya sebagai kentang konsumsi. Mereka hanya menjual 70 persen hasil panen saja. Sisanya, setelah melewati hasil seleksi, menjadi bibit buat penanaman kentang merah selanjutnya.

Sangat Besar

Usaha penyediaan bibit ini lantaran kebutuhan bibit kentang merah masih sangat besar. Apalagi di Kecamatan Tiga Panah belum ada penghasil bibit kentang merah. “Kendala para petani disini, sulitnya mendapat bibit. Kami mengusahakan bibit selain menjual kentang konsumsi,” kata Ibnu.

Pembibitan miliknya saja bisa menghasilkan bibit kentang merah sekitar 4.500 kg tiap kali panen. Setelah dikurangi kebutuhan bibit untuk anggota kelompok tani, mereka melego 8500 kg bibit kentang merah ke pasaran. Jumlah ini tak memenuhi kebutuhan. Ibnu bilang, tiap kelompok tani butuh 200 kg bibit untuk sekali musim tanam. Tak pelak, para petani di sini harus rela berbagi rata bibit yang ada.

Bibit kentang merah yang bagus itu, umbi yang memiliki permukaan halus dan mungil, berbobot 50 gram.

Ibnu menjual bibit kentang merah seharga Rp 8000 – Rp 9.000 per kg. Dari penjualan bibit, ia bisa mengantongi omzet Rp 30,7 juta setiap kali panen. Adapun omzet penjualan kentang konsumsi mencapai Rp 36,7 juta, ungkapnya.

Ibnu Nufail mengakui menjual kentang konsumsi maupun bibit sama-sama menguntungkan. Tapi, pria ini mengatakan, untung menjual kentang konsumsi lebih besar dari bibit. Marjin keuntungan menjual kentang konsumsi itu mencapai 40persen. “Untung menjual bibit hanya 20 persen, karena ada biaya dari pasca panen sampai menjadi bibit,” katanya.

Proses pembuatan bibit itu, dengan cara mengangin-anginkan umbi kentang di tempat teduh pasca panen. Setelah satu minggu, tunas akan muncul pada umbi. Agar tak terserang jamur, pembibit memberi fungisida pada bibit itu. Seminggu kemudian, saat tunas mulai membesar, bibit siap dijual.

Petani tak bisa langsung menanam bibit yang sudah bertunas ini. Petani harus membuang dulu tunas pertama dan membiarkan tunas kedua muncul. Lalu mereka membuangnya lagi hingga tumbuh tunas ketiga, saat itulah umbi layak tanam. Ke depan, disamping itu dirinya juga melakukan pelatihan membuat bibit untuk mencukupi kebutuhan bibit dan agar mereka tak tergantung pada kelompok tani tertentu.

Produk Unggulan

Sebelumnya, diberitakan kentang merah (solanum Tuberasum) bakal menjadi produk unggulan jika petani di Tanah Karo mau membudidayakan kentang merah, seperti kentang granola.

“Bila dilihat dari beberapa kali hasil panen yang dilakukan petani, kentang merah sangat cocok untuk dijadikan produk unggulan di Tanah Karo, karena kentang merah bisa ditanam di dataran medium antara 500-800 dari permukaan laut,” ujarnya,

Ia mengatakan, kelebihan kentang merah dengan kentang lain atau kentang jenis granula, selain bisa ditanam di dataran medium, juga lebih tahan terhadap serangan penyakit pitok tora (daun layu). Kelebihan lainnya kandungan air lebih rendah sehingga bila dibuat keripik sangat gurih dan renyah. kemudian harga jual cukup tinggi.

Bila harga kentang biasa Rp2.000-Rp4.000 per kilogram kentang merah bisa mencapai harga Rp6.000 per kilogram.”Kalau dari segi teknis tidak mengalami kendala, namun demikian masih sulit untuk mencari bibit,” kata Ibnu.

Menurut dia, karena masih sangat sulit mencari bibit, kentang merah ini masih belum banyak dijual di pasaran umum. Sedang petani yang tengah mencoba menanam kentang merah ada di empat kecamatan yakni, kecamatan Tiga Panah, Merdeka, Naman Teran dan Merek .

Meskipun petani masih kesulitan untuk mencari bibit, pihaknya berkeyakinan kentang merah ini nantinya akan menjadi salah satu produk andalan Tanah karo selain sayur-sayuran. (Analisa)

Filed Under: Pertanian Tagged With: kentang, prospek

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 47
  • Page 48
  • Page 49
  • Page 50
  • Page 51
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home