• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for depan

depan

Asal Usul Nama Gunung Sibayak

13 July 2011 by karo 5 Comments

Saya pernah dengar cerita dari Nini Bulang saya mengenai Gunung Sibayak, asal usul nama dari Gunung Sibayak, kenapa namanya dibuat Sibayak Pada zaman dulu katanya ada satu keluarga yang tinggal di Tanah Karo tidak jauh dari lereng Gunung Sibayak yang sangat miskin dan dia mempunyai dua orang Putra, Kira-kira putra yang pertama pada umur 17 tahun dan putra kedua berumur 15 tahun. Ayah mereka terserang penyakit dan meninggal dan satu tahun kemudian menyusul juga Ibu dari anak tersebut sakit dan meninggal juga. Jadi tinggal-lah dua putranya menjadi anak melumang ( Yatim piatu ), begitulah mereka menjalani hari-hari tanpa didampingi Ayah dan Ibu.

Waktu berjalan padi yang ditinggalkan semasa Ayah dan Ibu mereka masih hidup sudah berangsur-angsur habis. Mau tidak mau dua putra tersebut mencari lahan yang baru dan subur bermaksud ingin menanam padi. Merekapun sudah mendapatkan lahan yang mereka anggap subur dan bagus sekali untuk ditanami padi tepatnya tidak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal dilereng Gunung Sibayak yang dulunya nama gunung tersebut belum dinamakan Gunung Sibayak tentunya.

Jadi kedua putra tersebut sepakat menggarap dan membuka lahan tersebut dan mereka tanpa pikir panjang selesai membuka lahan, dibakar dan dibersihkan dan segera mereka langsung menanaminya padi. Hari-hari berjalan padi yang mereka tanam tumbuh bagus karena memang lahan baru yang sangat subur tentunya. pada umur kira-kira 2,5 bulan padi yang tumbuh subur sudah rata mengeluarkan buahnya dan sangat indah untuk dipandang mata. Mulai pada saat itu jugalah kedua putra tersebut harus setiap hari mulai dari pagi sampai matahari terbenam selalu berada diladang untuk menjaga padi mereka dari hama Babi hutan dan Monyet yang pada saat itu masih sangat banyak sekali.

Disela-sela mereka menjaga padi mereka juga meratakan sedikit tanah bermaksud ingin mendirikan sebuah Pantar atau bisa disebut gubuk kecil yang tinggi untuk memantau sekeliling ladang mereka dari atas. Pada saat mereka menggali dan meratakan lokasi Pantar tersebut tiba-tiba anak bungsu dari dua putra tersebut tersentak dan sedikit terkejut mendengar benturan alat yang dia tancapkan ketanah seakan-akan mengenai sebuah batu atau besi yang apabila berbenturan dengan benda keras lainnya mengeluarkan api.

Sibungsu inipun dengan segera memanggil saudaranya dan mereka menggali dan mengeluarkan benda tersebut. Setelah mereka berhasil mengeluarkan benda tersebut rupanya mereka menemukan sebuah priuk ( Kudin ) tertutup rapi yang terbuat dari kuningan pada zaman dulu.

Mereka berdua juga bertatapan mata yah pastinya dihati perasaaan sedikit senang lumayan bisa buat masak nasi atau merebus air ditengah ladang. Setelah dibersihkan bagian luar benda tersebut dan mereka bermaksud membersihkan bagian dalamnya rupanya didalam priuk tersebut ada sebuah benda kira-kira sebesar 2 gepalan tangan orang dewasa. Mereka langsung mengeluarkan benda tersebut dan mengusap-usap bagian luarnya, benda itu mulai kelihatan berkilau dan berwarna kuning.

Kedua putra tersebut semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jelas apa barang tersebut walaupun dalam benak mereka berdua sudah ada kemungkinan barang tersebut Emas yang sengaja disimpan tuan-tuan tanah yang kaya raya karena takut dirampas oleh musuh-musuhnya. yang tertua dari kedua putra tersebut langsung menggigit bagian tepi benda tersebut hasilnya bekas gigi anak tersebut langsung melesup dan meninggalkan bekas sepertinya tidak sekeras batu atau besi yang apabila digigit tidak akan melesup dan meninggalkan bekas.

Putra sulung dari kedua putra tersebut semakin merasa pasti bahwa benda tersebut adalah Emas dan dia juga langsung memastikan kepada adiknya kita akan kaya raya karena ini adalah emas peninggalan nenek moyang Zaman dulu dan memang anggapan mereka benar karena memang benar barang yang mereka temukan itu adalah Emas.

Matahari semakin redup, haripun sudah mulai gelap, kedua putra tersebut sepakat untuk pulang dan membawa benda yang mereka temukan ke-Gubuk yang tidak begitu jauh dari ladang itu. Pada malam hari selesai santap malam kedua putra tersebut juga kembali berembuk bagaimana caranya supaya benda tersebut bisa dijual dan akan mendapatkan uang yang banyak tentunya.

Kesepakatanpun akhirnya mereka dapatkan dimana kalau kedua Putra tersebut pergi ke Kota untuk menemui pembeli barang tersebut

tidak bisa dilakukan, sebab salah satu orang harus menjaga padi mereka diladang dari hama babi dan monyet yang sangat ganas dan siap menghabiskan padi yang sudah mulai menguning.

Keputusanpun akhirnya diambil bahwa putra sulung akan pergi keKota untuk menjual benda yang mereka temukan tersebut dan anak yang bungsu tetap pergi keladang untuk menjaga padi dengan kesepakatan akan mebawa semua hasil penjualan keladang dan pastinya dibagi sama rata.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali kedua putra tersebutpun beranjak pergi dimana yang bungsu berangkat keladang dan yang Sulung berangkat keKota.

Tibalah putra yang sulung ditempat berkumpulnya orang-orang kaya biasanya berjual beli sesuatu yang dibutuhkan termasuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, cabe, ayam, Kuda dan sebagainya yang tentunya datang dari berbagai daerah.

Mulailah putra sulung ini mendekati sekumpulan orang yang dia anggap bisa membeli benda yang dia temukan itu. tawar menawarpun hargapun akhirnya terjadi, tapi karena tawaran dari pembeli ini belum dianggap pantas maka putra sulung ini melanjutkan perjalanannya ketempat yang lebih rame yaitu: Kaban Jahe, disitu ia langsung menemui sekumpulan orang yang dianggap juga bisa membeli barang tersebut.

Tawar menawar hargapun kembali terjadi, salah satu dari yang menawar ini yang sangat kaya raya saat itu tertarik karena dia sudah bisa memastikan langsung bahwa benda itu adalah Emas dan dia langsung mengajak putra sulung ini kerumahnya dan menawarkan lembaran uang kertas tertinggi pada saat itu satu karung ditukar dengan benda tersebut tanpa dihitung berapa jumlahnya.

Putra sulung inipun tidak berpikir panjang dan menerima tawar orang tersebut karena uang yang ditawarkan itu memang sangat banyak sekali jumlahnya. Dengan uang sebanyak itu bisa langsung membuat dia sebagai orang yang sangat kaya raya. Putra sulung inipun langsung mengikat sebelah dari lobang sarung yang ia selempangkan dari ladang dan memasukkan uang tersebut.

Dia memasukkan uang kertas tersebut sambil menekan-nekan supaya muat kedalam sarung tersebut dan dia langsung mengikat lobang sarung yang satunya seolah-olah seperti dia memabawa hasil panen dari ladang dan siapapun tidak menyangka bahwa isinya sebenarnya adalah uang.

Tanpa berbasa-basi yang panjang putra sulung inipun langsung berpamitan pulang dan membawa karung tersebut menelusuri jalan

pulang. Pastinya dia akan kembali jalan kaki melewati Berastagi menuju lereng Gunung Sibayak yang kita sebut sekarang.

Sesampainya di Berastagi dia berhenti sebentar untuk melepas dahaga karena maklum berjalan kaki dari Kabanjahe ke Berastagi ternyat cukup melelahkan dirinya. Dipemberhentiannya itulah pikiranpun mulai berdatangan silih berganti maksud hatinya mau dibagaimanakan uang tersebut. Diapun beranjak dari pemberhentiannya setelah mengeluarkan beberapa lemabar uang tersebut dan menghampiri para penjaja makanan yang mereka sangat idam-idamkan dirumah selama ini.

Putra sulung tersebut juga membungkus makanan-makanan tersebut dengan jumlah yang lumayan banyak sekali. Tak lupa juga dari situ dia mampir ketoko-toko kecil yang ada dipinggiran jalan yang biasa dibuka para pendatang untuk menjajakan

penyubur dan pembasmi hama-hama tanaman.

Hari sudah sore putra sulung tersebutpun bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang keladang maklum tidak

menyiapkan obor untuk persiapan apabila kemalaman dijalan. Kira-kira setengah jam lagi perjalanan sampai digubuk putra sulung inipun kembali berhenti dan membuka semua makanan yang dia beli tadi, tidak lupa juga sekalian membuka bungkusan kecil yang dia beli dari Toko-toko kecil yang menjajakan penyubur dan pembasmi hama tersebut.

Tanpa berpikir panjang diapun mengaduk bahan itu kedalam semua makanan yang dia bawa maksud hati supaya isi dari ikatan sarung yang dia bawa tidak akan ada perbagian dan menjadi milik sendiri. Diapun cepat-cepat meneruskan perjalanan pulangnya ke Gubuk tua peninggalan dari orang tuanya tersebut, sesampainya di Gubuk dia tidak menemukan adiknya, memang hari belum begitu gelap sudah pasti adiknya masih diladang untuk menjaga padi dari ganasnya hama.

Tanpa menurunkan satupun barang yang dia bawa diapun langsung bergegas menuju ladang bermaksud menemukan sang adik.

Keseharian adiknya yang menjaga padi dari hama-hama tersebut rupanya perasaan yang sama juga dia rasakan, bagaimana dan diapakan nanti uang tersebut apabila si Abang datang dan akan membawa uang yang sangat banyak. Semenjak itu juga dia lengah manjaga padi dan dia bergegas untuk memasang ranjau ( Ragem ) yang terbuat dari tajamnya bambu dan ditarik penyambuk kayu yang dilengkungkan.

Disetiap jalan masuk dari Gubuk mereka yang menuju ladang sudah terpasang rapi dan siap menelan korban apabila tersentuh seutas tali yang dikaitkan ke penyambuk tersebut. Memang Inisiatip sang adik pas sasaran karena putra sulung yang lagi tergesa-gesa menuju ladang langsung terperanjak dan bersimbah darah tanpa sempat memberikan kata-kata terakhir.

Putra bungsu itupun langsung menghampiri abangnya, dia menemukan abangnya yang sudah tidak bernyawa dia tidak menghiraukan abangnya dan langsung membuka bungkusan sarung yang dibawa abangnya tersebut. Putra bungsu tersebutpun kagum dan sangat senang melihat uang kertas yang sangat begitu banyak. Disitulah dia melihat bungkusan satunya yang belum sempat lepas dari genggaman abangnya itu. Pelan-pelan dia menarik bungkusan itu dan membukanya, perasaan senangpun kian bertambah karena melihat isinya semua makanan yang sangat enak.

Tanpa berpikir panjang diapun langsung menyantap makanan itu maklum lapar seharian menjaga padi diladang. belum selesai menghabiskan makanan itu putra bungsu inipun sudah mulai merasakan mual bercampur pusing tanpa pergerakan yang jauh

diapun terjatuh dan meninggal.

Dari cerita inilah diketahui tidaklah ada orang yang kaya ( Bayak ) semua kembali ke Gunung itu, Gunung itulah yang sebenarnya kaya ( Bayak ) maka disebutlah dia Gunung Sibayak.

***

Saya tidak tahu kebenaran cerita ini yang sesungguhnya apakah ini hanya sekedar dongeng yang diceritakan Bapak saya sebelum saya tertidur bermaksud supaya saya tidak berkeliaran main. Namun saya pikir adalah ini hanya Karo dan Ceritanya dibuat Karo dan terjadinya ada diKaro tambah yang membuat adalah Karo.

Saya hanya percaya Karo / orang Karo yang diciptakan oleh Tuhan semenjak ia menjadikan langit bumi beserta isinya. Tertarik Asal Usul Karo Versi Drs Janggun Sitepu tinggal menambahkan kedepan dan kebelakang cerita tersebut. Kebelakangnya mungkin sewaktu bangsa Israel membangun menara yang tinggi bermaksud supaya bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan disitulah Tuhan marah dan pada saat itu juga terjadilah manusia masing-masing, tidak saling mengetahui baik dari bahasa dan kebudayan yang satu sama yang lain. Dan pada saat itu jugalah salah satu dari pasangan tersebut mereka adalah Orang Karo dengan bahasanya sendiri dan mengarah kepada masing-masing tempat yang diarahkan Tuhan tentunya. Dari situlah Tuhan mengarahkan satu pasang ini ketempat Karo dan mempunyai lima orang anak laki-laki semua dan seterusnya dan seterusnya.

Melala bujur ras Mejuah-juah,

Robinson Sitepu

Shizuoka-ken Japan

milis karo

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: depan, gunung sibayak, Sejarah

Karo bukan Keturunan si Raja Batak

29 June 2011 by karo 85 Comments

Batak sering disebut sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama batak itu sendiri sering dijadikan rujukan untuk mengidentisifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Utara.

Adapun suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah, Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola. Namun bila ditinjau dari segi sejarah, maka anggapan Karo adalah bagian dari Batak merupakan presepsi yang sangat keliru. Kutipan tulisan dari koran Suara Pembaruan dengan judul “Siapakah Orang Batak Itu?” yang terbit pada 29 Januari 2005, menyebutkan bahwa benar, bangsa Batak adalah keturunan langsung dari si Raja Batak.

Si Raja Batak pada tulisan itu diperkirakan hidup di sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus.

Pada tahun 1275, Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400, kerajaan Nakur berkuasa di sebelah timur Danau Toba, dan sebagian Aceh. Dengan memperhatikan tahun dan kejadian di atas, diperkirakan si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan Danau Toba (Portibi), atau dari barat Danau Toba (Barus), yang mengungsi ke pedalaman akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya, ditempatkan di Portibi, Padang Lawas, dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun)

Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak, seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dan sebagainya, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.

Selanjutnya menurut buku Leluhur marga-marga Batak, dalam silsilah dan legenda, yang ditulis Drs Richard Sinaga, Tarombo Borbor Marsada anak si Raja Batak ada tiga orang, yaitu Guru Teteabulan, Raja Isombaon, dan Toga Laut. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga Batak.

Di antara masyarakat Batak, ada yang mungkin setuju bahwa asal-usul orang Batak dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa menyangkal bahwa Si Raja Batak yang pada suatu ketika antara tahun 950-1250 Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak?

Dari sejarah Batak yang tertulis di Koran Suara Pembaruan ini, maka kita dapat membuat perbandingan antara kehidupan Si Raja Batak dengan sebuah kerjaan besar bernama Aru yang disebut-sebut sebagai kerjaan yang pernah berdiri di wilayah pantai timur Sumatera Utara saat ini. Dari catatan kronik Cina pada masa Dinasti Yuan, disebutkan bahwa pada tahun 1282 Kublai Khan menuntut tunduknya penguasa Haru pada Cina. Tuntutan itu disebutkan ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh saudara penguasa Haru pada 1295. Maka dari catatan ini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Aru sendiri pasti sudah ada sebelum tahun 1282? Antara Karo dan Kerjaan Aru selalu terkait, bahkan terdapat indikasi bahwa penduduk asli Haru berasal dari suku Karo, seperti nama-nama pembesar Haru dalam Sulalatus Salatin yang mengandung nama dan marga Karo.

Membandingkan antara masa kehidupan si Raja Batak dengan masa berdirinya Kerjaan Aru yang secara bersama-sama hidup diantara abad ke-12 sampai abad ke-13 dengan dua kerjaan yang berbeda, maka sudah tentu, antara nenek moyang Batak dengan nenek moyang Karo itu berbeda. Disatu sisi nenek moyang Batak berasal dari Si Raja Batak. Namun disisi lain nenek moyang Karo berasal dari Kerjaan Aru yang rajanya disebut juga dengan Pa Lagan (nama orang karo). sumber

Filed Under: Sejarah Tagged With: depan, patam patam, soekarno landek

Project Kamus Bahasa Karo Online dan Offline

23 June 2011 by karo 27 Comments

Design Kamus Bahasa Karo versi Offline :
design kamus karo offline
untuk versi online menyusul, untuk versi online akan menggunakan domain http://kamus.karo.or.id. Dalam beberapa minggu ini diharapkan kamus ini sudah selesai. Mau jadi kontributor ? donatur? penerjemah ? dll?

khusus man programmer nggo bias, bujur man banndu kerina.

Filed Under: Kamus Karo Tagged With: depan, kamus karo offline

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Page 2

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home