• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for gunung sibayak

gunung sibayak

Gemuruh Cinta di Puncak Sibayak

13 October 2011 by karo Leave a Comment

Ada dua jenis cinta yang selalu tumbuh di puncak Sibayak. Yang satu adalah cinta yang mekar di hati pasangan-pasangan muda yang mendakinya. Yang kedua, cinta yang tumbuh pada Sang Maha Pencipta segala keindahan yang terhampar di segala arah pegunungan dan lembah. Bagi Kabupaten Karo, di Sumatera Utara (Sumut), Gunung Sibayak bisa dikatakan sebagai mata kalung semua kegiatan wisata. Menjadi pengait bagi sebagian besar objek wisata yang ada di kabupaten itu. Pemandian air panas, udara sejuk, kegiatan pertanian dan panorama di puncak gunung.

Ada empat jalur yang dapat ditempuh untuk mencapai Sibayak. Jalur pertama melalui Bumi Perkemahan Sibolangit di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Jalur ini membutuhkan waktu tempuh sekitar 15 jam paling cepat. Medannya lumayan berat. Jurang-jurang akan sering ditemui dan tanjakan-tanjakan curam. Sementara longsoran tanah kerap terjadi. Jalur ini tercatat sering menelan korban jiwa. Informasi lain yang terdengar dangerously beautiful adalah kawasan Sibayak sebagai kuburan pesawat. Karena beratnya medan lintasan serta jarak tempuh yang lama, maka hanya sedikit saja yang melalui jalur ini. Dalam setahun, paling hanya dua atau tiga tim pendaki yang menantang kekejaman khas alam di sana. Meski sangat kejam, namun justru pemandangan terbaik ada di lintasan ini. Para pendaki survival sangat menyenangi pendakian Sibayak dari Sibolangit.

Tumbuhan survival yang dapat dimakan dalam keadaan darurat, banyak dijumpai di jalur sulit ini. Sebutlah misalnya asparagus, rambutan hutan, maupun rotan-rotanan. Jejak-jejak binatang liar seperti babi hutan, rusa maupun beruang masih mudah ditemukan. Namun pacet juga banyak. Lintasan kedua disebut Jalur 54. Dinamakan Jalur 54 karena posisinya persis di depan batu penanda kilometer yang menunjukkan jarak 54 kilometer dari Medan. Lokasinya berada di Desa Doulu II, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, tak jauh dari kawasan Penatapan, tempat bakaran jagung. Jarak tempuh ke puncak diperkirakan antara empat hingga enam jam. Dibandingkan jalur dari Sibolangit, jalur ini jauh lebih mudah. Tapi hati-hati! Meskipun lintasannya tampak jelas, kemungkinan tersesat cukup besar, karena banyaknya cabang jalur. Rute ketiga melalui Desa Raja Berneh. Sepanjang jalur ini, pemerintah setempat sudah membuat takik-takik anak tangga. Kemungkinan tersesat relatif kecil, tetapi pemandangan terlalu monoton. Waktu tempuh pendakian sekitar tiga jam. Jalur ini disebut sebagai jalur wisata. Rute terakhir adalah melalui Desa Jaranguda, Kecamatan Simpang Empat, tidak jauh dari Pasar Buah Berastagi. Dari sini, jalanan sudah diaspal mulus hingga satu kilometer menjelang puncak.

Anda dapat menyewa angkutan menuju ujung jalan. Kemudian melanjutkannya dengan berjalan kaki ke puncak. Jalur ini bisa dikatakan sebagai jalur keluarga. Dari Jaranguda, terdapat pos pengutipan retribusi. Pemandangan di kiri dan kanan jalan didominasi sajian hutan tropis. Di sini matahari muncul silih berganti bersama gerimis. Kadang-kadang cahaya menembus batangan pohon yang menjulang tinggi, dan di beberapa tempat, terdapat panorama pucuk-pucuk pepohonan yang menyerupai permadani hijau.

Asap Putih Solfatara Setelah mencapai ujung aspal dari Desa Jaranguda, jalur pendakian akan melalui anak tangga. Pada beberapa bagian, anak tangga sudah hancur akibat tertimbun longsor maupun karena lapuk dimakan usia. Aroma belerang yang ditiupkan angin mulai tercium sekitar 15 menit sebelum anak tangga terakhir. Suhu turun hingga sekitar 20 derajat celcius. Dalam beberapa langkah berikutnya, akan tercium aroma belerang yang bersumber dari solfatara, sumur belerang. Kini, nikmatilah sajian alam Gunung Sibayak yang mempesona itu. Dinding-dinding kawah yang menghitam mencirikan kekokohannya, berpadu dengan pohon-pohon perdu yang hanya hidup di ketinggian. Pada bukit-bukit batu yang mengelilingi kawah, tersebar sekitar 20 solfatara, yang terus menerus menyemburkan belerang. Suhu panasnya bisa mencapai 119 derajat celcius. Selain mengepulkan asap putih, sumur-sumur belerang itu juga memperdengarkan bunyi gemuruh. Warna kekuningan di sekitar semburan menandakan kandungan belerang yang tinggi. Karena proses biologis dan kimia, bebatuan di sekelilingnya menunjukkan ragam warna yang harmonis.

Persis di pusat semburan, batu berwarna kuning. Sejauh 30 sentimeter hingga dua meter dari pusat semburan, batu berwarna perak. Dan tiga meter dari pusat semburan akan terlihat batu yang tidak terkontaminasi belerang dengan warna dasar hitam, merah, jingga atau batu kapur berwarna putih. Semburan belerang terbesar berada di dalam kawah Sibayak. Kawah itu berbentuk bulat dengan diameter sekitar 200 meter persegi. Kedalaman dari sisi kawah paling terendah, yakni dekat tiga batu besar yang salah satunya seukuran kerbau, sekitar 30 meter. Dari tiga batu besar itu, Anda dapat melihat keseluruhan pemandangan di dalam kawah Sibayak. Namun untuk merekam gambar dengan kamera, butuh kesabaran.

Kabut sering mengganggu pandangan. Ada beberapa jalan turun ke kawah yang menuntut kehati-hatian secara ekstra. Di dalam kawah, terdapat batu-batuan yang disusun oleh pendaki yang telah dinamai sesuai nama diri atau nama organisasi. Jika sedang berada di kawah pada hari Minggu pagi, maka Anda dapat menyaksikan atraksi kegiatan menyusun huruf demi huruf pada kawah itu. Hari Sabtu dan Minggu merupakan peak season pendakian, terutama pada musim liburan. Pelajar dan mahasiswa umumnya sudah memasang tenda sejak Sabtu siang. Sementara pelancong yang tidak bermalam, datang pada Minggu pagi. Setiap minggunya rata-rata 300 orang melakukan pendakian hingga ke puncak. Menjelang pukul lima Minggu pagi, hampir semua pendaki keluar dari tenda menunggu matahari terbit. Pada saat seperti ini, suhu dingin lebih menusuk tulang. Hilang Walau terkesan aman sebagai objek wisata, tetapi Sibayak menyimpan satu misteri tersendiri. Ada sejumlah orang yang tercatat hilang atau meninggal dunia akibat terjatuh maupun penyebab lain.

Di pintu masuk pendakian dari Desa Jaranguda, terlihat nama-nama pendaki yang hilang. Pada tahun 1983, dua profesor Amerika Serikat hilang dalam pendakian, dan mayatnya tidak ditemukan sampai hari ini. Pada tahun 1986, seorang warga Amerika Serikat lainnya, John Sanders, sempat dinyatakan hilang. Dia ditemukan kembali dalam keadaan hidup lima hari berikutnya. Sementara pada tahun 1989 seorang warga Swedia, Steven Herbet, ditemukan meninggal dunia. Pada tahun yang sama, Paijs JA Hubertus, seorang warga Belanda, ditemukan jenazahnya tujuh bulan kemudian. Dunkel Wolfgang, warga Austria, baru ditemukan jenazahnya pada tahun 1995, dua tahun setelah dia dinyatakan hilang. Dua warga Jerman, Christina Ecorn dan Hasn Jorgeichorn yang hilang tahun 1997 belum ditemukan hingga kini. Dan masih pada tahun 1997, tiga warga Jerman lainnya, Uwe Fisher, Annete Strauber dan Anne Finn, dinyatakan hilang, meski dapat ditemukan dalam keadaan selamat tiga hari kemudian.

Sekelompok pecinta alam lokal dari Medan juga pernah mengalami musibah di jalur Sibolangit, dan salah seorang di antaranya meninggal pada tahun 2006 lalu. Belasan bangkai pesawat dan helikopter juga pernah ditemukan di kawasan ekosistem Sibayak. Makanya gunung ini identik dengan istilah dangerously beautiful mountain. Masih Aktif Gunung Sibayak, atau kadang juga disebut Gunung Rangkap Sibayak di Kabupaten Karo, merupakan gunung berapi aktif yang masuk dalam golongan tipe B, yakni gunung yang tidak pernah meletus dalam 400 tahun terakhir.

Catatan menunjukkan, gelegak magmanya terjadi pada tahun 1600, atau 407 tahun lampau. Tidak ada informasi mengenai korban jiwa maupun lainnya. Dari tiga gunung berapi yang ada di Sumatera Utara, Sibayak merupakan gunung yang paling rendah. Di urutan pertama adalah Gunung Sinabung yang juga berada di Kabupaten Karo, dengan ketinggian 2.451 meter dari permukaan laut (mdpl). Kedua, Gunung Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal dengan ketinggian 2.145 mdpl. Sibayak sendiri tegak dengan ketinggian 2.094 mdpl. Namun gunung ini unggul dalam keindahan panorama. Gunung Sibayak memberi banyak manfaat di kawasan sekitarnya. Pertanian yang subur menjadikan Kabupaten Karo sebagai penghasil buah dan sayur andalan.

Pengaruh vulkaniknya juga turut mendorong Sumatera Timur (istilah zaman kolonial untuk Sumatera Utara) melaju pesat menjadi daerah perkebunan paling produktif di Indonesia hingga sekarang. Belerang di kawah Sibayak pernah diambil penduduk untuk dijual. Namun kini sudah tidak lagi karena tiadanya penampung. Sementara air panas yang muncul melalui retakan di daerah selatan lereng Gunung Sibayak menjadi objek wisata pemandian air panas dan andalan mata pencarian warga, terutama di Desa Raja Berneh, Semangat Gunung, dan Doulu. Selain menyuplai air bersih untuk Kota Medan dan sekitarnya, ekosistem Sibayak juga mengeluarkan panas bumi yang kini dimanfaatkan PT Pertamina Area Geothermal Hulu (AGH) Sibayak sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi. Lokasi pembangkitnya berada di Desa Raja Berneh, sekitar 11 kilometer sebelah utara Berastagi. Sejak Februari 2001, sepuluh sumur panas bumi sudah selesai dibor. Sumur-sumur itu terbagi dalam tiga blok yang saling berdekatan.

Beberapa sumur dimanfaatkan untuk menyuplai 2 megawatt setrum bagi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kapasitas ini masih bisa ditingkatkan karena total cadangan Sibayak diperkirakan mampu membangkitkan energi listrik hingga 40 megawatt Dengan sifat dan perannya yang multifungsi, Sibayak ibarat sumber kehidupan sekaligus kematian bagi manusia dan hewan di sekitarnya. Hanya gemuruh cinta yang dapat membawa seseorang ke atasnya. Cinta pada seseorang, atau cinta pada Tuhan. Nah, selamat mendaki dan menikmati keajaiban Tanah Karo! (insidesumatra)

Filed Under: Pariwisata Tagged With: gunung sibayak

Asal Usul Nama Gunung Sibayak

13 July 2011 by karo 5 Comments

Saya pernah dengar cerita dari Nini Bulang saya mengenai Gunung Sibayak, asal usul nama dari Gunung Sibayak, kenapa namanya dibuat Sibayak Pada zaman dulu katanya ada satu keluarga yang tinggal di Tanah Karo tidak jauh dari lereng Gunung Sibayak yang sangat miskin dan dia mempunyai dua orang Putra, Kira-kira putra yang pertama pada umur 17 tahun dan putra kedua berumur 15 tahun. Ayah mereka terserang penyakit dan meninggal dan satu tahun kemudian menyusul juga Ibu dari anak tersebut sakit dan meninggal juga. Jadi tinggal-lah dua putranya menjadi anak melumang ( Yatim piatu ), begitulah mereka menjalani hari-hari tanpa didampingi Ayah dan Ibu.

Waktu berjalan padi yang ditinggalkan semasa Ayah dan Ibu mereka masih hidup sudah berangsur-angsur habis. Mau tidak mau dua putra tersebut mencari lahan yang baru dan subur bermaksud ingin menanam padi. Merekapun sudah mendapatkan lahan yang mereka anggap subur dan bagus sekali untuk ditanami padi tepatnya tidak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal dilereng Gunung Sibayak yang dulunya nama gunung tersebut belum dinamakan Gunung Sibayak tentunya.

Jadi kedua putra tersebut sepakat menggarap dan membuka lahan tersebut dan mereka tanpa pikir panjang selesai membuka lahan, dibakar dan dibersihkan dan segera mereka langsung menanaminya padi. Hari-hari berjalan padi yang mereka tanam tumbuh bagus karena memang lahan baru yang sangat subur tentunya. pada umur kira-kira 2,5 bulan padi yang tumbuh subur sudah rata mengeluarkan buahnya dan sangat indah untuk dipandang mata. Mulai pada saat itu jugalah kedua putra tersebut harus setiap hari mulai dari pagi sampai matahari terbenam selalu berada diladang untuk menjaga padi mereka dari hama Babi hutan dan Monyet yang pada saat itu masih sangat banyak sekali.

Disela-sela mereka menjaga padi mereka juga meratakan sedikit tanah bermaksud ingin mendirikan sebuah Pantar atau bisa disebut gubuk kecil yang tinggi untuk memantau sekeliling ladang mereka dari atas. Pada saat mereka menggali dan meratakan lokasi Pantar tersebut tiba-tiba anak bungsu dari dua putra tersebut tersentak dan sedikit terkejut mendengar benturan alat yang dia tancapkan ketanah seakan-akan mengenai sebuah batu atau besi yang apabila berbenturan dengan benda keras lainnya mengeluarkan api.

Sibungsu inipun dengan segera memanggil saudaranya dan mereka menggali dan mengeluarkan benda tersebut. Setelah mereka berhasil mengeluarkan benda tersebut rupanya mereka menemukan sebuah priuk ( Kudin ) tertutup rapi yang terbuat dari kuningan pada zaman dulu.

Mereka berdua juga bertatapan mata yah pastinya dihati perasaaan sedikit senang lumayan bisa buat masak nasi atau merebus air ditengah ladang. Setelah dibersihkan bagian luar benda tersebut dan mereka bermaksud membersihkan bagian dalamnya rupanya didalam priuk tersebut ada sebuah benda kira-kira sebesar 2 gepalan tangan orang dewasa. Mereka langsung mengeluarkan benda tersebut dan mengusap-usap bagian luarnya, benda itu mulai kelihatan berkilau dan berwarna kuning.

Kedua putra tersebut semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jelas apa barang tersebut walaupun dalam benak mereka berdua sudah ada kemungkinan barang tersebut Emas yang sengaja disimpan tuan-tuan tanah yang kaya raya karena takut dirampas oleh musuh-musuhnya. yang tertua dari kedua putra tersebut langsung menggigit bagian tepi benda tersebut hasilnya bekas gigi anak tersebut langsung melesup dan meninggalkan bekas sepertinya tidak sekeras batu atau besi yang apabila digigit tidak akan melesup dan meninggalkan bekas.

Putra sulung dari kedua putra tersebut semakin merasa pasti bahwa benda tersebut adalah Emas dan dia juga langsung memastikan kepada adiknya kita akan kaya raya karena ini adalah emas peninggalan nenek moyang Zaman dulu dan memang anggapan mereka benar karena memang benar barang yang mereka temukan itu adalah Emas.

Matahari semakin redup, haripun sudah mulai gelap, kedua putra tersebut sepakat untuk pulang dan membawa benda yang mereka temukan ke-Gubuk yang tidak begitu jauh dari ladang itu. Pada malam hari selesai santap malam kedua putra tersebut juga kembali berembuk bagaimana caranya supaya benda tersebut bisa dijual dan akan mendapatkan uang yang banyak tentunya.

Kesepakatanpun akhirnya mereka dapatkan dimana kalau kedua Putra tersebut pergi ke Kota untuk menemui pembeli barang tersebut

tidak bisa dilakukan, sebab salah satu orang harus menjaga padi mereka diladang dari hama babi dan monyet yang sangat ganas dan siap menghabiskan padi yang sudah mulai menguning.

Keputusanpun akhirnya diambil bahwa putra sulung akan pergi keKota untuk menjual benda yang mereka temukan tersebut dan anak yang bungsu tetap pergi keladang untuk menjaga padi dengan kesepakatan akan mebawa semua hasil penjualan keladang dan pastinya dibagi sama rata.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali kedua putra tersebutpun beranjak pergi dimana yang bungsu berangkat keladang dan yang Sulung berangkat keKota.

Tibalah putra yang sulung ditempat berkumpulnya orang-orang kaya biasanya berjual beli sesuatu yang dibutuhkan termasuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, cabe, ayam, Kuda dan sebagainya yang tentunya datang dari berbagai daerah.

Mulailah putra sulung ini mendekati sekumpulan orang yang dia anggap bisa membeli benda yang dia temukan itu. tawar menawarpun hargapun akhirnya terjadi, tapi karena tawaran dari pembeli ini belum dianggap pantas maka putra sulung ini melanjutkan perjalanannya ketempat yang lebih rame yaitu: Kaban Jahe, disitu ia langsung menemui sekumpulan orang yang dianggap juga bisa membeli barang tersebut.

Tawar menawar hargapun kembali terjadi, salah satu dari yang menawar ini yang sangat kaya raya saat itu tertarik karena dia sudah bisa memastikan langsung bahwa benda itu adalah Emas dan dia langsung mengajak putra sulung ini kerumahnya dan menawarkan lembaran uang kertas tertinggi pada saat itu satu karung ditukar dengan benda tersebut tanpa dihitung berapa jumlahnya.

Putra sulung inipun tidak berpikir panjang dan menerima tawar orang tersebut karena uang yang ditawarkan itu memang sangat banyak sekali jumlahnya. Dengan uang sebanyak itu bisa langsung membuat dia sebagai orang yang sangat kaya raya. Putra sulung inipun langsung mengikat sebelah dari lobang sarung yang ia selempangkan dari ladang dan memasukkan uang tersebut.

Dia memasukkan uang kertas tersebut sambil menekan-nekan supaya muat kedalam sarung tersebut dan dia langsung mengikat lobang sarung yang satunya seolah-olah seperti dia memabawa hasil panen dari ladang dan siapapun tidak menyangka bahwa isinya sebenarnya adalah uang.

Tanpa berbasa-basi yang panjang putra sulung inipun langsung berpamitan pulang dan membawa karung tersebut menelusuri jalan

pulang. Pastinya dia akan kembali jalan kaki melewati Berastagi menuju lereng Gunung Sibayak yang kita sebut sekarang.

Sesampainya di Berastagi dia berhenti sebentar untuk melepas dahaga karena maklum berjalan kaki dari Kabanjahe ke Berastagi ternyat cukup melelahkan dirinya. Dipemberhentiannya itulah pikiranpun mulai berdatangan silih berganti maksud hatinya mau dibagaimanakan uang tersebut. Diapun beranjak dari pemberhentiannya setelah mengeluarkan beberapa lemabar uang tersebut dan menghampiri para penjaja makanan yang mereka sangat idam-idamkan dirumah selama ini.

Putra sulung tersebut juga membungkus makanan-makanan tersebut dengan jumlah yang lumayan banyak sekali. Tak lupa juga dari situ dia mampir ketoko-toko kecil yang ada dipinggiran jalan yang biasa dibuka para pendatang untuk menjajakan

penyubur dan pembasmi hama-hama tanaman.

Hari sudah sore putra sulung tersebutpun bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang keladang maklum tidak

menyiapkan obor untuk persiapan apabila kemalaman dijalan. Kira-kira setengah jam lagi perjalanan sampai digubuk putra sulung inipun kembali berhenti dan membuka semua makanan yang dia beli tadi, tidak lupa juga sekalian membuka bungkusan kecil yang dia beli dari Toko-toko kecil yang menjajakan penyubur dan pembasmi hama tersebut.

Tanpa berpikir panjang diapun mengaduk bahan itu kedalam semua makanan yang dia bawa maksud hati supaya isi dari ikatan sarung yang dia bawa tidak akan ada perbagian dan menjadi milik sendiri. Diapun cepat-cepat meneruskan perjalanan pulangnya ke Gubuk tua peninggalan dari orang tuanya tersebut, sesampainya di Gubuk dia tidak menemukan adiknya, memang hari belum begitu gelap sudah pasti adiknya masih diladang untuk menjaga padi dari ganasnya hama.

Tanpa menurunkan satupun barang yang dia bawa diapun langsung bergegas menuju ladang bermaksud menemukan sang adik.

Keseharian adiknya yang menjaga padi dari hama-hama tersebut rupanya perasaan yang sama juga dia rasakan, bagaimana dan diapakan nanti uang tersebut apabila si Abang datang dan akan membawa uang yang sangat banyak. Semenjak itu juga dia lengah manjaga padi dan dia bergegas untuk memasang ranjau ( Ragem ) yang terbuat dari tajamnya bambu dan ditarik penyambuk kayu yang dilengkungkan.

Disetiap jalan masuk dari Gubuk mereka yang menuju ladang sudah terpasang rapi dan siap menelan korban apabila tersentuh seutas tali yang dikaitkan ke penyambuk tersebut. Memang Inisiatip sang adik pas sasaran karena putra sulung yang lagi tergesa-gesa menuju ladang langsung terperanjak dan bersimbah darah tanpa sempat memberikan kata-kata terakhir.

Putra bungsu itupun langsung menghampiri abangnya, dia menemukan abangnya yang sudah tidak bernyawa dia tidak menghiraukan abangnya dan langsung membuka bungkusan sarung yang dibawa abangnya tersebut. Putra bungsu tersebutpun kagum dan sangat senang melihat uang kertas yang sangat begitu banyak. Disitulah dia melihat bungkusan satunya yang belum sempat lepas dari genggaman abangnya itu. Pelan-pelan dia menarik bungkusan itu dan membukanya, perasaan senangpun kian bertambah karena melihat isinya semua makanan yang sangat enak.

Tanpa berpikir panjang diapun langsung menyantap makanan itu maklum lapar seharian menjaga padi diladang. belum selesai menghabiskan makanan itu putra bungsu inipun sudah mulai merasakan mual bercampur pusing tanpa pergerakan yang jauh

diapun terjatuh dan meninggal.

Dari cerita inilah diketahui tidaklah ada orang yang kaya ( Bayak ) semua kembali ke Gunung itu, Gunung itulah yang sebenarnya kaya ( Bayak ) maka disebutlah dia Gunung Sibayak.

***

Saya tidak tahu kebenaran cerita ini yang sesungguhnya apakah ini hanya sekedar dongeng yang diceritakan Bapak saya sebelum saya tertidur bermaksud supaya saya tidak berkeliaran main. Namun saya pikir adalah ini hanya Karo dan Ceritanya dibuat Karo dan terjadinya ada diKaro tambah yang membuat adalah Karo.

Saya hanya percaya Karo / orang Karo yang diciptakan oleh Tuhan semenjak ia menjadikan langit bumi beserta isinya. Tertarik Asal Usul Karo Versi Drs Janggun Sitepu tinggal menambahkan kedepan dan kebelakang cerita tersebut. Kebelakangnya mungkin sewaktu bangsa Israel membangun menara yang tinggi bermaksud supaya bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan disitulah Tuhan marah dan pada saat itu juga terjadilah manusia masing-masing, tidak saling mengetahui baik dari bahasa dan kebudayan yang satu sama yang lain. Dan pada saat itu jugalah salah satu dari pasangan tersebut mereka adalah Orang Karo dengan bahasanya sendiri dan mengarah kepada masing-masing tempat yang diarahkan Tuhan tentunya. Dari situlah Tuhan mengarahkan satu pasang ini ketempat Karo dan mempunyai lima orang anak laki-laki semua dan seterusnya dan seterusnya.

Melala bujur ras Mejuah-juah,

Robinson Sitepu

Shizuoka-ken Japan

milis karo

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: depan, gunung sibayak, Sejarah

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • Sayang
  • Nokoh
  • Tedeh Ateku Kena
  • Urusenndu Ras Dibata
  • Gadis Manis

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2023 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home