Sejak menyandang perubahan status dari gunung api Tipe B menjadi Tipe A, pasca meletus bulan Agustus 2010 lalu, Gunung Api Sinabung, yang teletak di dataran tinggi Karo, terus di awasi 24 jam.
Untuk lebih memaksimalkan pengawasan gunung yang berada di ketinggian 2.460 Dpl itu, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gerologi (PVMBG), bekerja sama dengan Pemkab Karo akan membangun pos permanent pengamat gunung, di kawasan Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.
“Tahun 2012 mendatang, kita targetkan pos pemantau Gunung Sinabung dan Sibayak terealisasi, ” ujar Kepala Pos Pemantau Sinabung, Armen Putra, kepada wartawan di sela sela kegiatan Pelatihan Bagi Penyuluh Mitigasi Gunung Api, yang diselenggarakan Pusdiklat Geologi Bandung, di Hotel Sinabung Berastagi, Kamis (13/11).
Menurut Armen, posisi Gunung Sinabung dan Sibayak yang berdekatan dapat dipantau dari satu lokasi pos pengamatan. Walau Sibayak masih menyandang status Tipe B, namun perlu diteliti secara cermat. Terkait peralatan Siesmograf yang beberapa bulan lalu dicuri oleh oknum tidak bertanggung jawab, Armen menjelaskan, saat ini dalam tahap pemesanan.
“Sebagian alatnya, harus di pesan keluar negeri. Tetapi dalam waktu dekat ini akan tiba,” ujarnya tanpa merinci lebih jauh.
Kembali mengenai Gunung Sinabung, Armen menuturkan, dalam kondisi level II (status waspada, Red) setiap harinya akan ada gempa vulkanik yang bersifat fluktuatif. Meskipun kapasitasnya relatif kecil, yang hanya terdeteksi Seismograf.
Panitia penyelenggara Penyuluh Mitigasi Gunung Api, Pusdiklat Geologi Bandung, Hilman Suardana mengatakan, pelatihan yang digelar dua hari kedepan, menyajikan tiga materi pokok, yaitu, pengenalan gunung berapi, management kedaruratan, dan teknik penyuluhan.
Sementara, Jumat (14/11), akan digelar praktik kerja lapangan (eksekusi).
Mewakili Bupati Karo, Kaban Kesbang Linmas Pol, Drs Suang Karo-Karo kepada Sumut Pos mengatakan, pihaknya menyambut baik kegiatan yang digelar pihak Pusdiklat Geologi. Menurut Suang, belajar dari pengalaman letusan Sinabung tahun lalu, dibutuhkan management yang profesional dalam mengantisipasi sekaligus menangani bencana alam, khusunya letusan gunung api.
“Memang hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo belum terbentuk. Untuk sementara, penanggulangan bencana di bawah naungan Kesbang , Bidang Perlindungan Masyarakat. Dalam waktu dekat, ” papar Suang.
Pasca mengikuti pelatihan yang diikuti empat kecamatan (Payung, Naman Teran, Simpang Empat dan Tiga Nderket), aparatur kecamatan, Kepala Desa, dan tokoh masyarakat dapat memberikan informasi yang benar dan pemahaman terhadap masyarakat, tentang hidup berdampingan dengan gunung berapi serta langkah yang ditempuh jika suatu saat terjadi bencana letusan gunung api. (wan/hariansumutpos)