• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for karo

karo

Posko Pengamatan Gunung Api Terealisasi di Tahun 2012

18 October 2011 by karo Leave a Comment

petani-taneh-karo
Sejak menyandang perubahan status dari gunung api Tipe B menjadi Tipe A, pasca meletus bulan Agustus 2010 lalu, Gunung Api Sinabung, yang teletak di dataran tinggi Karo, terus di awasi 24 jam.

Untuk lebih memaksimalkan pengawasan gunung yang berada di ketinggian 2.460 Dpl itu, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gerologi (PVMBG), bekerja sama dengan Pemkab Karo akan membangun pos permanent pengamat gunung, di kawasan Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.

“Tahun 2012 mendatang, kita targetkan pos pemantau Gunung Sinabung dan Sibayak terealisasi, ” ujar Kepala Pos Pemantau Sinabung, Armen Putra, kepada wartawan di sela sela kegiatan Pelatihan Bagi Penyuluh Mitigasi Gunung Api, yang diselenggarakan Pusdiklat Geologi Bandung, di Hotel Sinabung Berastagi, Kamis (13/11).

Menurut Armen, posisi Gunung Sinabung dan Sibayak yang berdekatan dapat dipantau dari satu lokasi pos pengamatan. Walau Sibayak masih menyandang status Tipe B, namun perlu diteliti secara cermat. Terkait peralatan Siesmograf yang beberapa bulan lalu dicuri oleh oknum tidak bertanggung jawab, Armen menjelaskan, saat ini dalam tahap pemesanan.

“Sebagian alatnya, harus di pesan keluar negeri. Tetapi dalam waktu dekat ini akan tiba,” ujarnya tanpa merinci lebih jauh.

Kembali mengenai Gunung Sinabung, Armen menuturkan, dalam kondisi level II (status waspada, Red) setiap harinya akan ada gempa vulkanik yang bersifat fluktuatif. Meskipun kapasitasnya relatif kecil, yang hanya terdeteksi Seismograf.

Panitia penyelenggara Penyuluh Mitigasi Gunung Api, Pusdiklat Geologi Bandung, Hilman Suardana mengatakan, pelatihan yang digelar dua hari kedepan, menyajikan tiga materi pokok, yaitu, pengenalan gunung berapi, management kedaruratan, dan teknik penyuluhan.

Sementara, Jumat (14/11), akan digelar praktik kerja lapangan (eksekusi).
Mewakili Bupati Karo, Kaban Kesbang Linmas Pol, Drs Suang Karo-Karo kepada Sumut Pos mengatakan, pihaknya menyambut baik kegiatan yang digelar pihak Pusdiklat Geologi. Menurut Suang, belajar dari pengalaman letusan Sinabung tahun lalu, dibutuhkan management yang profesional dalam mengantisipasi sekaligus menangani bencana alam, khusunya letusan gunung api.

“Memang hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo belum terbentuk. Untuk sementara, penanggulangan bencana di bawah naungan Kesbang , Bidang Perlindungan Masyarakat. Dalam waktu dekat, ” papar Suang.

Pasca mengikuti pelatihan yang diikuti empat kecamatan (Payung, Naman Teran, Simpang Empat dan Tiga Nderket), aparatur kecamatan, Kepala Desa, dan tokoh masyarakat dapat memberikan informasi yang benar dan pemahaman terhadap masyarakat, tentang hidup berdampingan dengan gunung berapi serta langkah yang ditempuh jika suatu saat terjadi bencana letusan gunung api. (wan/hariansumutpos)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: gunung sinabung

Emosi, Sekeluarga Dibacok

18 October 2011 by karo 1 Comment

Berdalih tidak mampu menahan emosi mendengar istrinya bertengkar mulut dengan adik iparnya, Peraturen Ginting (43), bacok adik ipar, keponakan dan sepupunya, Jumat (14/10) sekitar pukul  06.30 WIB.

Informasi diperoleh Sumut Pos, peristiwa berdarah dua keluarga yang tinggal serumah di Desa Kuta Raja, Kecamatan Tiga Binanga itu, bermula ketika istri tersangka Peraturen Ginting, Rimta Br Tarigan (36), bertengkar mulut di dapur terkait masalah utang piutang dengan adik iparnya Nilawati Br Kaban (34).

Saat itu, Nilawati yang merupakan istri Yeswinanta Ginting (36) yang tak lain saudara sepupu tersangka Peraturen Ginting, sedang memberi sarapan anaknya, Eranika Pengalonta Br Ginting (8), yang hendak berangkat sekolah.

Ungkapan Nilawati Br Kaban, yang menyidir kakak iparnya, Rimta Br Tarigan, menyulut pertengkaran mulut di dapur. Mendengar adanya percekcokan, Peraturen Ginting, langsung melempar batu kearah dinding dapur, bermaksud meredakan keributan.  Tetapi, niat tersangka meredam persoalan ternyata me nambah gaduh suasana pagi dua kepala keluarga yang ting gal serumah itu.

“Spontan aku naik pitam dan langsung ku ambil sebilah parang yang ada di dapur. Langsung ku bacok isteri sepupu ku itu (Nilawati,Red), sehingga dia terjerembab ke tungku dapur,” ujar tersangka kepada wartawan di Polsek Tiga Binanga.

Beberapa saat berselang, tersangka la lu menghujamkan parang ke bagian kepala keponakannya, Eranika Pengalonta Br Ginting, yang  ketika itu sedang sarapan pagi. Usai membacok keduanya, Peraturen Ginting pergi meninggalkan dapur dan berpapasan dengan sepupunya, Yeswinanta Ginting.

Sesuai penuturan tersangka, ketika berpapasan, dirinya terlibat perkelahian, yang  menyebabkan Yeswinanta ter luka di bagian jari, lengan tangan kiri, dan perut.  Melihat ketiga korban telah bersimbah darah, tersangka lalu meninggalkan rumah dan melarikan diri.

Mendengar kejadian itu, warga sekitar segera datang dan memberikan pertolongan dengan membawa korban ke Puskesmas Tiga Binanga. Namun, nyawa Eranika Pengalonta Br Ginting  tidak terselamatkan. Pelajar kelas 2 SD itu tewas dalam perjalanan. Nilawaty Br Kaban, yang mengalami luka serius  segera di rujuk ke salah satu Rumah Sakit di Kabanjahe.

Sementara Yesmiranta, pasca mendapat perawatan, langsung dibawa keluarga pulang ke rumah orang tuanya yang tidak jauh dari lokasi kejadian untuk menunggu jasad anaknya.

Polsek Tiga Binanga, setelah mendapat laporan masyarakat tentang kejadian, langsung  ke lokasi melakukan olah TKP. “Pelaku  kita tangkap  di Desa Pergendangen. Saat ini, tersangka, masih menjalani pemeriksaan,” ujar Kapolsek Tiga Binanga AKP K Matanihari. (wan/hariansumutpos)

Filed Under: Kriminal Tagged With: pembuhuhan

Harga Cabai Melambung, Petani Karo Lega

18 October 2011 by karo Leave a Comment

petani cabe taneh karo simalem
Harga cabai yang sedang melambung di pasaran, sedikit banyaknya mengurangi dahaga petani cabai di Desa Batukarang Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, setelah musim panen sebelumnya menderita kerugian akibat harga jual cabai anjlok sampai kisaran Rp4500 per kg. Kini harga cabai dipasaran Rp25.000 -30.000, membuat petani merasa lega.

“Kami berharap, pemerintah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana di saat harga cabai sedang memihak petani, pemerintah ribut, sehingga harga jual anjlok,” ungkap Tresya Br Tarigan (46), petani cabai di desa Batukarang saat diwawancarai wartawan, Minggu siang (16/10).

Suara sumbang bernada kritik kepada pemerintah terlontar dari mulut Tresya, bukan tanpa sebab. Menurutnya, pemerintah jangan hanya tahu mencari solusi menekan harga di saat harga cabai mahal, sementara ketika harga cabai murah tidak ada lagi perhatian pemerintah mencari solusi untuk menaikkan harga, agar petani cabai tidak merugi. “Bahkan disaat petani risau, pemerintah terkesan diam,”bebernya.

Ia mengatakan, disaat harga anjlok, pihaknya sering dan memang sudah biasa menelantarkan lahan cabai atau komoditi lainnya, seperti kubis, kol atau kentang, karena tidak sesuai lagi biaya pemeliharaan dengan harga jual di pasaran. “Pernahkah pemerintah membuat solusi disaat musim panen tiba kami menelantarkan areal pertanian kami,”tanyanya.

Sementara, petani lainnya, Sungkun Bangun (52) mengaku, sebenarnya bertani sekarang ini tidak lagi menjanjikan. Walau harga sedang melambung jangan harap untung besar. Fluktuasi harga yang cenderung kurang menguntungkan bagi sebagian petani, mengakibatkan banyak petani di Tanah Karo nyaris frustasi dan banting stir di tengah derasnya arus perdagangan bebas di era globalisasi. Boleh jadi, bertani sayur mayur ibarat judi yang mengandalkan nasib dan rejeki.

Lebih jauh dikatakan, walaupun sekarang harga jual cabai sedang melambung, pihaknya merasa was-was juga, pasalnya harga jual berbagai komoditi pertanian sering fluktuatif mengikuti selera pasar. “Sementara sudah teramat biasa kita saksikan, pemerintah tidak berdaya. Ini yang kami khuatirkan. Buktinya, sekarang saja pasar swalayan dan tradisional sudah dibanjiri produk-produk pertanian asing, seperti kentang dari China, sehingga sangat memukul petani kentang local, ujarnya.

Menyinggung harga jual cabai di tingkat petani, Sungkun Bangun mengatakan Rp25.000-30.000 per kg. Perlu diketahui, dengan harga pestisida dan pupuk yang mahal, sebenarnya keuntungan kami tidak seberapa. “Pulang modal dan sedikit sisanya bisa menabung dan menyambung biaya hidup, sudah lebih dari cukup,” simpulnya.

Untuk itu kedua petani ini berharap, adanya campur tangan pemerintah dalam kondisi musim panen (over produksi), mencari solusi peningkatan harga cabai di pasaran, maupun memperluas jaringan pemasaran baik nusantara maupun manca negara. “Jangan hanya mencari solusi ketika harga melambung lantas mengimpor cabai dari luar negeri untuk menekan kenaikan harga cabai lokal. Sementara ketika harga cabai murah, tidak ada aksi nyata pemerintah dilapangan untuk mensejahterakan rakyatnya, ini bukti pemerintah tidak adil. Pemerintah melihat petani hanya sebelah mata,” ujarnya.(andalas/RTA/MBB/starberita)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: harga cabai naik, harga cabe, harga pasar

Iwan Sinulingga, Atlet Gantole Sumut Tewas Saat Mengikuti Kejurnas

17 October 2011 by karo Leave a Comment

iwan sinulingga
Olahraga Sumatera Utara berduka, atlet gantole Iwan Jefri Sinulingga, Sabtu (15/10) siang meninggal dunia saat mengikuti Kejurnas / Pra PON di Bogor.

Iwan yang dikalangan insane gantole dikenal dengan julukan “semprul”, menurut rekan setimnya Mirza Batubara, meninggal dunia saat mengikuti nomor cross country Kelas B. Saat itu Iwan kelahiran 5 Juli 1980, sudah menyelesaikan dua dari empat tugas yang harus ditunaikan. Namun karena posisi terbangnya rendah, ia memutuskan landing darurat. Hanya saja, saat akan mendarat posisinyan tak sempurna, ujung pesawat dalam posisi miring, dan kepalanya terhempas dari ketinggian 10 meter.

“Mengetahui kejadian tersebut, Panpel segera memberi pertolongan. Namun belum sampai di RS Lanud Hasan Sanjaya Bogor, Iwan yang di hari sebelumnya sudah turun di nomor sambar pita dan ketepatan mendarat, menghembuskan nafas terakhir,” tambah Mirza yang pada PON XVII/2008 menyumbang medali perak untuk Sumut.

Jenazah Iwan hingga Sabtu malam disemayamkan di RS Sinar Kasih Batu Tulis Bogor. Dan atas permintaan keluarganya yang juga ada di kota hujan tersebut, ia akan dimakamkan di Bogor Selasa (18/10). Sementara Kejurnas Gantole sekaligus Pra PON XVIII/2012 yang dimulai 9 Oktober lalu, menurut rencana akan berakhir Minggu (16/10).

Doa Untuk Iwan

Kabar duka tentang meninggalnya Iwan Jefri Sinulingga, diketahui Ketua Umum KONI Sumut H Gus Irawan Pasaribu SE Ak MM ketika sedang menghadiri pembukaan Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan III/2011 di Stadion Teladan Medan.

Gus pun di sela-sela menyampaikan kata sambutan di Porkot, menyampaikan rasa dukacita masyarakat olahraga Sumut atas musibah ini. Bahkan Dirut PT Bank Sumut tersebut, mengajak seluruh insan olahraga yang hadir untuk mengheningkan cipta, sembari berdoa untuk Iwan.

“Masyarakat olahraga Sumut berduka sedalam-dalamnya atas kepergian Iwan. Apalagi ia menghembuskan nafas terakhir di saat membela nama Sumut di Kejurnas untuk meraih tiket tampil di PON XVIII/2012 di Pekanbaru,” kata Gus Irawan.

Secara terpisah Gus Irawan juga menyebutkan, ia akan hadir langsung ke rumah duka di Bogor, Senin (17/10). “Tadi saya juga sudah menginstruksikan Ketua Harian John Ismadi Lubis yang kebetulan berada di Bandung mengikuti kegiatan Harley Davidson untuk lebih dulu melayat ke Bogor,” ujarnya.

Ketua Harian Pengprov Gantole Sumut Drs Sujamrat Amro saat kejadian juga sedang bertugas di Jakarta, dan ketika dihubungi Analisa menyebutkan ia dalam perjalanan menuju Bogor untuk melayat mendiang.

“Saya tadi juga baru berkomunikasi dengan Ketua Umum Pengprov Gantole Sumut Yan Surya Lubis Dharma. Kami sangat berduka atas musibah ini,” ujar Sujamrat. (mp/analisa)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: kecelakaan, Olahraga

Pameran 10 Perempuan Perupa

13 October 2011 by karo Leave a Comment

singuda nguda kalak karo

Komunitas Salihara kembali mengadakan serangkaian acara terkait perempuan. Selain dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia (Women’s International Day) yang jatuh pada 8 Maret. Berupa rangkaian pertunjukan dan pameran bertema Enam Pekan Perempuan ini juga dilaksanakan untuk memperingati Hari Kartini 21 April.

Acara pertama pada April adalah pameran seni rupa “10 Perupa Perempuan” yang akan menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi, karya-karya sepuluh perupa perempuan. Yaitu Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah
dan Titarubi. Mereka adalah para seniman perempuan yang ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan dalam kurun waktu satu dekade belakangan ini.
Pameran dirancang atas sebuah pengamatan beberapa tahun belakangan, di mana karya-karya perupa perempuan mengalami dinamika luar biasa, dan menjadi perhatian penting media massa yang belum terjadi pada masa sebelumnya. Acara atau forum ini mencoba menggambarkan sedikit banyak realitas tersebut.

Bersama pameran ini, juga akan diundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan.

Pameran seni rupa “10 Perupa Perempuan” akan berlangsung dari 3 hingga 17 April 2009, pukul 10.00-19.00 WIB. Pembukaannya digelar pada Jumat (3/4) pukul 19.00 WIB di Galeri Salihara, tanpa biaya masuk. Pengunjung akan mendapat buku katalog lengkap berisi karya-karya sepuluh perupa perempuan didampingi esei kritis dari penulis-penulis berikut: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty, dan Nukila Amal. (salihara.org)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: lukisan, seni

Deleng Kutu, Hati-hati dengan Cabai Rawit

13 October 2011 by karo 2 Comments

Anda mungkin pernah mendengar hewan kecil yang gatal bernama kutu. Nama binatang penghisap darah ini rupanya menjadi salah satu nama gunung di Tanah Karo, Sumatera Utara. Persisnya di Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Gunung Kutu tidak kalah uniknya dengan sejumlah gunung populer lainnya yang berada di Tanah Karo.

Padahal gunung ini tidak setinggi Sibayak dan Sinabung, namun panorama alam yang dimilikinya cukup mempesona. Deleng Kutu, demikian masyarakat lokal menyebut gunung yang memiliki ketinggian sekitar 1.300 mpdl ini. Dilihat dari kejauhan, deleng (gunung dalam bahasa Karo) itu memang mirip kutu. Mungkin itulah sebabnya masyarakat sekitar menyebutnya Gunung Kutu.

Dalam pendakian gunung yang memiliki tantangan tersendiri ini, aku bersama Esra Surbakti, Rian Ginting dan Jhon Ginting mengawali perjalanan dari sebuah desa di sekitar kaki gunung, Desa Lingga Julu. Perjalanan yang dimulai sejak sore hari itu dibayang-bayangi mendung dan kabut. Setelah beberapa puluh menit berjalan selepas Desa Lingga Julu, kami sudah menyaksikan permukaan Gunung Kutu. “Memang mirip kutu ya?” celetuk Rian sambil menunjuk ke sebuah gundukan hijau kebiruan yang masih terlihat kerdil di hadapan kami.

Sejenak kami berhenti memandangi gunung imut itu. Sembari mengabadikan gunung, beberapa teman melototi kerumunan sapi yang sedang melahap rumput. Mungkin mereka jarang menemukan suasana seperti ini di kota, pikirku. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Guru Singa. Di jantung kampung ini, terdapat sebuah rumah adat Karo yang kondisinya cukup memprihatinkan. Kami berupaya masuk ke rumah siwaluh jabu (delapan keluarga) itu melalui jendela yang hampir ambruk. Kondisi dalam rumah adat yang dulu dihuni delapan keluarga ini kayak kapal pecah. Di sana-sini terlihat onggokan pakaian dan barang bekas yang sudah kumuh. Menurut salah seorang warga, sejak sepuluh tahun silam rumah peninggalan nenek moyang orang Karo tersebut memang sudah kosong lantaran keluarga yang dulu menghuninya sudah pindah.

Sejak itu, tidak ada upaya Pemkab Karo mengkonservasi bangunan tradisional ini sebagai salah satu situs pariwisata yang tidak ternilai harganya. Pintu Rimba. Puas menyaksikan kehancuran siwaluh jabu, perjalanan dilanjutkan ke pintu rimba. Tapi gerimis sudah mendahului kami sebelum sampai di pintu masuk itu. Di sinilah kami ditantang memanjat betis gunung setinggi 2,5 meter. Berhasil melewati tantangan ini dengan bantuan akar pohon, kami menemukan jalur yang cukup menantang pula. Jalur pendakian ke Gunung Kutu memiliki medan yang lumayan sulit.

Betul kata sesepuh pendaki gunung, semua gunung itu unik dan memiliki medan yang tantangannya berbeda. “Jadi jangan pernah menganggap remeh sebuah petualangan,” itu pesan yang kuterima. Teman-temanku rupanya terkecoh dan masing-masing mulai memberikan penilaian baru terhadap misi pendakian ini. Sebelumnya ada kesan sepele dari mereka. “Tadi kita kira gampang, rupanya jalurnya bikin sesak napas juga ya?” kata seorang teman dengan napas memburu. Hampir mencapai puncak, kami tertipu lagi. Rupanya sebuah ketinggian yang kami temukan adalah “puncak palsu”. Meski gunung ini terlihat kecil, tapi kecil-kecil cabai rawit juga.

Di puncak tipuan itu, kami hampir tersesat. Untunglah seorang teman buru-buru menemukan jalur yang mengarah ke kanan dan menuju puncak yang sesungguhnya. Lima menit menyusuri jalan tersebut, kami menemukan sebuah pilar yang konon didirikan oleh Belanda. Berada di puncak Gunung Kutu seperti berada di taman. Terasa asyik karena puncaknya dilengkapi tempat duduk yang terbuat dari batu. Pilar dikelilingi tempat duduk batu dan terdapat lokasi untuk mendirikan tenda. Selain itu kami menemukan sisa-sisa ranting terbakar yang berserakan. Mungkin baru saja ada orang yang membuat api unggun, pikirku. Setelah puas beristirahat di puncak, kami menembus padang ilalang setinggi 2 meter.

Dari sana terdapat satu tempat yang cozy untuk nongkrong. Dari ketinggian itu, Kota Kabanjahe tampak berkilat-kilat di bawah. Juga terlihat permukaan Gunung Sibayak dan Sinabung, dua ikon Tanah Karo yang sudah melegenda hingga mancanegara. Sempat Terpelanting Di puncak, senja menggairahkan alam. Burung-burung tidak berhenti berkicau. Angin senja terasa lembut menyapu kulit. Kami betah berada di sini. Alam akrab menyapa dan menjadi saksi bisu sebuah persahabatan. Di gunung inilah kami abadikan persahabatan itu.

Damai di sana, sedamai alam bila hutan dan ekosistemnya dilestarikan. Sangat disayangkan, sebagian tubuh gunung mulai ditanami penduduk. Hampir satu jam di puncak, kami kembali menuruni lereng Gunung Kutu. Karena jalannya licin, beberapa kali kami jatuh terpelanting. Tapi berkat bantuan akar-akar pohon yang tersebar di sepanjang jalur, pendakian berhasil diakhiri sekitar pukul 19.00 WIB tanpa ada yang cedera. Dari pintu rimba, rombongan kecil ini menyusuri jalan pedesaan ke Simpang Korpri selama hampir 1 jam. Simpang ini berada di Jalan Jamin Ginting yang menghubungkan Kota Kabanjahe-Berastagi. Dari sana kami menuju Kota Berastagi dan menikmati jajanan malam di kota pariwisata itu. Bagiku, ini sebuah perjalanan penuh kenangan. Tidak akan bisa kami lupakan. (insidesumara)

Filed Under: Pariwisata Tagged With: deleng kutu, pariwisata karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 24
  • Page 25
  • Page 26
  • Page 27
  • Page 28
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home