• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home
You are here: Home / Archives for karo

karo

Kesuksesan TMMD Bila Kerjasama TNI-Polri dan Masyarakat

8 June 2011 by karo Leave a Comment

Pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), selain terwujudnya kerjasama pemerintah dengan TNI, juga wujud kebersamaan TNI dengan masyarakat dalam membangun infrastruktur dan sarana prasarana masyarakat desa yang terisolir dan terabaikan.

Walaupun wujud TMD pokok utamanya dalam pembangunan fisik berupa infrastruktur, MCK, rumah-rumah ibadah, lost desa dan sebagainya, tetapi suksesnya pelaksanaan TMMD didukung terwujudnya pembangunan non-fisik-yaitu, bila ada kerjasama dan dukungan Polri dan masyarakat.

Hal ini dikatakan Pangdam I/BB, Mayjen TNI Leonardus JP Siegers SIP kepada wartawan saat meninjau pelaksanaan TMMD ke 86, Rabu (1/6) di Desa Tiga Sempat Kecamatan Juhar, Karo.

Dikatakan, TMMD 2011 secara serentak dilakukan di 61 wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Suksesnya TMMD ini, tidak semata diukur dengan pembangunan fisik di lapangan. Tapi sepenuhnya didukung pembangunan non fisik bersama Polri dan masyarakat serta elemen masyarakat lainnya.

Suksesnya kemanunggalan TNI bersama masyarakat, atas kerjasama Dandim atau Danyon yang dipercayakan menjadi pemimpin di daerah-daerah dari perwira-perwira terbaik dan pilihan,”ujar Pangdam didampingi Aster, Kazidam, Kapendam, Wa Asops Kasdam I.

Sebelum meninjau lokasi TMMD, Pandam I/BB dan Kasdim 0205/TK, Mayor Inf Simon Sembiring membuka TMMD ke 86 secara resmi di halaman SMPN 2 Juhar.

Kasad Jenderal TNI George Toisutta dalam amanatnya dibacakan Pangdam mengatakan, kegiatan TMMD merupakan program lintas sektoral yang melibatkan TNI, Kementrian dan pemerintahan daerah serta segenap lapisan masyarakat.

Bantu Pemerintah

Program TMMD dilaksanakan untuk membantu pemerintah dalam upaya memberdayakan wilayah pertahanan, meningkatan akselerasi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta memantapkan wawasan kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan ketahanan wilayah yang tangguh serta dalam menghadapi hakekat ancaman yang ada.

Program TMMD melibatkan berbagai instansi dan komponen masyarakat, diharapkan dapat membantu mewujudkan aspirasi dan kepentingan masyarakat di daerah pedesaan.

Sedang sasaran kegiatan non, diarahkan untuk mendorong tumbuhnya inovasi dan kreativitas masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam membangun daerahnya menuju kehidupan sosial masyarakat yang lebih maju, sejahtera dan mandiri.

Hal ini sejalan dengan tema TMMD yaitu”Melalui Manunggal Membangun Desa, kita tingkatkan sinergisitas dan integritas lintas sektoral dalam meningkatkan akselerasi pembangunan dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan dalam mewujudkan ketahanan wilayah yang tangguh guna keutuhan NKRI,”ujar Pangdam.

Bupati Karo dan Ketua DPRD Karo serta tokoh masyarakat Desa Pernantin, Tabonal Ginting menyatakan, terima kasih atas perhatian TNI, khususnya Pangdam I/BB berkenan mewujudkan program TMMD meliputi Desa Tiga Sempat, Pernantin dan Desa Buluh Pancur Kecamatan Juhar. Pelaksanaan TMMD diharapkan dapat membangun perekonomian masyarakat dengan terbukanya sarana infrastruktur melintasi lahan-lahan tidur. (ps)

Analisa

Filed Under: Berita Baru Tagged With: kerjasama, sosial

Honor Belum Dibayar, Kepdes dan Kepling Datangi DPRD Karo

7 June 2011 by karo Leave a Comment

Sejumlah Kepala Desa dan Kepala Lingkungan di Kabupaten Karo datangi gedung DPRD di Jalan Veteran Kabanjahe mempertayakan honor mereka yang belum dibayar, Senin (30/5).

Para kepala desa dan kepala lingkungan yang mengadakan aksi damai itu, diterima Ketua DPRD Karo Siti Aminah Br Perangin-angin SE dan diarahkan untuk mendengar aspirasi mereka di ruang sidang paripurna DPRD.

Di ruang paripurna,para kepala desa dan Kepling mempertayakan tentang honor yang belum dibayar sejak Januari sampai dengan Mei 2011.

Mengangapi tuntutan kepala desa dan Kepling, Ketua DPRD Karo didampingi Wakil Ketua Ferianta Purba SE dan Onasis Sitepu menjelaskan, anggaran itu terlah direalisasikan tapi belum ada jawaban dari Bupati Karo.

Dijelaskan, dana-dana penambahan termasuk honor kepala desa dan Kepling telah disyahkan pada Rapat Paripurna dan Badan Musyawarah (Bamus) sebulan lalu. “Entah kenapa belum direalisasikan kepada para kepala desa dan Kepling, kami juga belum tau pasti,” tegasnya di hadapan kepala desa dan Kepling.

Salah seorang Kepala Lingkugan dari Kampung Dalam, Kecamatan Kabanjahe Gelora Tarigan SH menanggapi pernyataan Siti Aminah menyatakan, kepala desa dan Kepling ujung tombak dari tingkat pemerintahan. Padahal, gaji tidak seberapa, tetapi itupun masih ada kendala dan hal ini juga pernah didiskusikan dengan para Camat tapi belum ada realisasinya. Menangapi pernyataan Gelora Tarigan mewakili Kepdes dan Kepling, Ketua DPRD Karo menyarankan, supaya prihal ini segera ditanyakan kepada Bupati Karo DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Karo Ferianta Purba SE dari Fraksi Partai Golkar menyarankan agar permasalahan ini dipertanyakan kepada bupati, sebab di kantor DPRD sudah disahkan. “Kepdes dan Kepling agar segera mendatangi dan mempertayakan kepada bupati, karena setiap tahapan APBD yang disahkan DPRD Karo hanya semata untuk kepentingan rakyat,”ujarnya sembari memperlihatkan bukti surat tanda pengesahan dana-dana pendahuluan. (ps)

sumber

Filed Under: Berita Baru Tagged With: desa, kuga, kuta

Kepala Balitbang Pertanian Dr Ir Haryono MSc: Pakpak Bharat dan Karo Jadi Model Laboratorium Penelitian

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Ir Haryono MSc mengatakan Kabupaten Phak Phak Barat dan Karo akan dijadikan model laboratorium penelitian Balitbang Pertanian.

“Setelah saya berbicara langsung dengan Bupati Pakpak Bharat dan Bupati Karo, terungkap bahwa mereka benar-benar punya keinginan untuk memajukan daerahnya terutama sektor pertanian. Mereka sadar bahwa untuk memajukan sektor pertanian butuh teknologi. Karena itu kami dari Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian merasa tertantang,” ujarnya kepada wartawan di Restoran Lembur Kuring Jalan T Amir Hamzah, Sabtu (28/5).

Saat bertemu dengan Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu dan Bupati Kato Kena Ukur Surbakti, Kepala Balitang Pertanian itu didampingi Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan Dr Hasil Sembiring, Kepala Pusat Litbang Hortikultura Dr Yusdar, Kepala Balai Nesar Penelitian Veteriner Dr Hardiman, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Dr Asrtu Unadi, Kepala Bapai Besar Litbang Pasca Panen Dr Rudy Tjahjohutomo, Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Dr Agung Hendriardi, Kepala BPTP Sumut Didik Harnowo dan lainnya.

Menurut Haryono, pihaknya mulai saat ini akan melakukan penelitian di dua daerah tersebut dan yang sesuai dengan kebutuhan daerah akan coba diterapkan. “Maka kami sebut akan dijadikan model laboratorium penelitian,” ujarnya.

Mengenai empat produk unggulan Kabupaten Pakpak Bharat, gambir, nilam, nenas dan kopi, Haryono mengatakan, empat komoditas itu bukan unggulan Badan Litbang Pertanian. “Meski bukan unggulan, tapi komoditas itu termasuk yang akan kami teliti. Karena itu unggulan Pakpak Bharat maka khusus di daerah ini akan menjadi prioritas penelitian,” ujarnya.

1 juta gambur

Sementara Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu didampingi Asisten II Ir Sustra Ginting MSi dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Ir Mukhtar AW menjelaskan, kabupatennya memang memiliki empat komoditas unggulan yang akan dikembangkan yaitu, gambir, nenas, kopi dan nilam.

“Khusus di tahun 2011 saja pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk program ‘1 Juta Gambir’,” ungkapnya.

Selama ini kata Remigo, gambir telah ditanam secara turun temurun di daerahnya namun sama sekali belum tersentuh teknologi. Maka keberadaan Badan Litbang Pertanian diharapkan mampu memberikan sentuhan teknologi mulai dari pembibitan, pemeliharaan hingga pasca panen.

Di samping itu lanjutnya, mereka juga telah menyiapkan tata niaga termasuk mendirikan BUMD untuk menampung hasil panen. “Dengan demikian harga gambir akan tetap stabil sehingga pendapatan masyarakay bisa meningkat,” ujarnya.

Sementara Bupati Karo Kena Ukur Surbakti lebih mengeluhkan masalah ketersediaan pupuk. Karena itu ia berharap agar Badan Litbang mampu memberikan tekmologi pembuatan pupuk kompos bagi masyarakat. (rrs) analisa

Filed Under: Pertanian Tagged With: prospek karo

299 Siswa SMP Sederajat di Sumut Tidak Lulus

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Sebanyak 299 atau 0,12 persen dari 244.418 siswa sekolah menengah pertama sederajat di Provinsi Sumatera Utara tidak lulus ujian nasional tahun pelajaran 2010/2011.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Drs Syaiful Syafri, di ruang kerjanya Jalan Teuku Cik Ditiro Nomor 1-D Medan, Jumat (3/5). Untuk Sumut, ucapnya hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMP/MTs, SMP Luar Biasa Tahun Pelajaran 2010/2011 tingkat kelulusan mencapai 99,88 persen dari jumlah siswa 244.418 siswa.

“Dengan demikian jumlah siswa SMP sederajat di Sumut yang lulus UN sebanyak 244.119 orang dan tidak lulus 299 siswa atau 0,12 persen. Tingkat ketidaklulusan siswa SMP di Sumut ini masih diatas persentase nasional yakni 0,55 persen,” katanya.

Secara rinci ia menjelaskan, hasil UN Tahun Pelajaran 2010/2011 untuk SMP/MTs/SMP Luar Biasa di Sumut yakni, SMP jumlah peserta 194.254, yang lulus sebanyak 194.032 atau sebanyak 99,89 persen dan yang tidak lulus sebanyak 220 siswa.

SMP Terbuka yang diikuti sebanyak 1.039 peserta, siswa yang lulus sebanyak 1.023 atau 98,46 persen dan yang tidak lulus 16 siswa. SMP Luar Biasa jumlah peserta sembilan orang dan seluruhnya lulus, sementara untuk MTs, siswa yang lulus sebanyak 49.053 dari 49.116 peserta atau 99,87 persen dan yang tidak lulus 63 siswa.

Ia juga menjelaskan, untuk tingkat SMP yang memperoleh jumlah rata-rata nilai UN tertinggi dengan rata-rata nilai UN Bahasa Indonesia 8,50, Bahasa Inggris 9,42, Matematika 9,43 dan IPA 8,95 dengan total nilai 36,30 di raih SMP Swasta Karya Agung Binjai.

Rangking kedua diraih SMP Swasta Metodist Tebing Tinggi dengan rata-rata nilai UN Bahasa Indonesia 8,69, Bahasa Inggris 9,16 dan Matematika 9,21 serta IPA 9,19 dengan total nilai 36,25.

Rangking ketiga ditempati SMP Swasta Syafiatul Amaliyah Medan dengan rata-rata nilai Bahasa Indonesia 8,83, Bahasa Inggris 9,01, Matematika 9,01 dan IPA 9,17 dengan total nilai 36.02.

Sementara untuk tingkat MTs, rangking pertama diraih Mts Swasta Miftahul Jannah Binjai dengan rata-rata nilai Bahasa Indonesia 9,55 Bahasa Inggris 9,35, matematika 9,20 dan IPA 9,10 dengan jumlah total 37,20.

Rangking kedua diraih MTs Swasta Al Mushlihin Binjai dengan rata-rata nilai Bahasa Indonesia 9,38 bahasa Inggris 9,10,Matematika 9,11 dan IPA 9,32 dengan jumlah total nilai 36,91.

Rangking ketika diraih MTs Swasta Zending Islam Indonesia Medan dengan rata-rata nilai Bahasa Indonesia 8,98 Bahasa Inggris 9,52, Matematika 9,26 dan IPA 8,98 dengan jumlah total nilai 36,74.

Menurut dia, tingginya persentase kelulusan siswa SMP sederajat di Sumut tidak terlepas dari kerjasama antara pemerintah dengan DPRD, PGRI, Dewan Pendidikan, BMPS, PGSI, kepolisian para guru, siswa dan orang tua serta seluruh masyarakat, baik di provinsi maupun kabupaten/kota.

Peningkatan kelulusan tersebut juga menunjukan bahwa upaya Pemprov Sumut dan kabupaten/kota untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah itu semakin baik dari sebelumnya.

“Kami juga berharap tahun 2011/2012 peningkatan kelulusan UN di Sumut lebih baik lagi dari yang diraih saat ini, dan terima kasih kepada seluruh komponen pendidikan yang telah bekerjasama membangun pendidikan,” katanya.

MTs

Sementara Kepala Kementerian Agama Sumut melalui Kepala Bidang Mapenda, Drs. H. Yulizar M.Ag di Asrama Haji Medan mengungkapkan, jumlah siswa MTs yang tidak lulus tahun ini menurun 1,81 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kalau tahun 2009/2010 sebanyak 950 peserta tidak lulus dari jumlah keseluruhan sebanyak 48.868 orang atau sebanyak 1,94 persen,” ucapnya.

Disampaikan Kabid Mapenda yang didampingi Kasubbag Hukmas dan KUB Kemenagsu, Drs. Khairul Syam, 16 kabupaten/kota berhasil meraih kelulusan 100 persen. Daerah tersebut, yaitu Kota Pematang Siantar, Binjai Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Sibolga, Gunung Sitoli, Karo, Dairi, Tobasa, Humbahas, Pakpak Bharat, Nias Selatan Palas, Nias Utara dan Nias Barat.

Untuk perolehan nilai rata-rata tertinggi, jelasnya berhasil diraih Niswa Dewi Apriliani dari MTs Swasta Islamiyah GUPI Medan dengan nilai 38,40, disusul Juliani Ginting dari MTs Swasta Al Muslihin Binjai dengan nilai 38,10 dan Anita dari MTs Swasta Al Azhar Medan.

Sedangkan dari perolehan nilai rata-rata, jelas Yulizar, Sumut berada di peringkat kedua dengan nilai rata-rata 8,04. Sedangkan peringkat pertama Bali dengan nilai 8,16 dan Jawa Timur di posisi ketiga dengan nilai 7,86 dan Sumatera Selatan di tempat keempat dengan nilai 7,84.

Lebih lanjut Kabid Mapenda menyampaikan, bahwa sebanyak tujuh siswa berhasil diterima di MAN Insan Cendikia Gorontalo dan di Serpong. Ketujuh siswa itu, ungkapya empat berasal dari MTs Negeri Panyabungan dan 3 dari MTs Negeri Rantauprapat.

Keberhasilan ini merupakan prestasi cukup menggembirakan, karena pada tahun sebelumnya hanya seorang siswa yang berhasil lolos MAN tersebut, terang Yulizar dan menambahkan pemerintah juga berencana akan membangun MAN Insan Cendikia tersebut di Sumatera Utara.

Medan

Kadis Pendidikan Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM menjelaskan, sebanyak 101 pelajar SMP kota Medan tidak lulus ujian nasional (UN).Tapi secara hukum kelulusan mencapai 99,76 persen.

“Jumlah peserta SMP dan MTs yang ikut UN 41846 orang, tidak lulus 101 orang atau 0,24 persen,”katanya kepada wartawan di Medan, Jumat (3/6). Hasan merincikan, jumlah peserta UN SMP, 37308 tidak lulus 89 orang atau 0,24 persen. Pelajar MTs yang ikut UN 4383, yang tidak lulus 10 orang atau 0,23 persen. SMP Terbuka peserta 155 orang, tidak lulus 2 orang atau 1,29 persen.

Menurutnya, berdasarkan ranking perorangan Kota Medan menduduki peringkat 2 dari SMP Syafiatul Amaliyah. Sementara 10 besar terbaik nilai UN yakni SMP Syafiatul Amaliyah, SMP Methodis 10 Belawan, SMP TPI 4, SMP YPMA, SMP Muhammadiyah 5, SMP Budi Sunggal, SMP Darul Aman, SMP Pembangunan Nasional, SMP N 1 MEdan, SMP Prime One School.

Saat ditanya sejumlah sekolah yang siswanya banyak tidak lulus seperti pernah disampaikan Dinas Pendidikan pada pengumuman UN SMA/SMK. Hasan mengatakan hal itu tidak akan mengumumkannya.

“Pengumuman kelulusan baru akan dilakukan ketika sekolah sudah mengu mumkan hasilnya kepada anak-anak. Kita tunggu saja besok (hari ini-red),” kata Hasan. Dia mengimbau kepada orangtua, khususnya kepada anak didik agar bersabar. Jika tidak lulus tentunya harus mengulang tahun depan. Kepada sekolah diminta untuk mengumumkan secara serentak yakni pukul 15.00 WIB. (rmd/maf)
sumber

Filed Under: Pendidiken Tagged With: kelulusan, pendidikan

Benteng Putri Hijau Diruntuhkan, Sejarahwan Akan Class Action

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Kalangan sejarahwan memprotes keras tindakan pengembang yang membuldozer kawasan Benteng Putri Hijau Delitua rata dengan tanah.

Kami akan segera melakukan class action dan akan melaporkan Bupati Deli Serdang ke polisi karena secara nyata telah melanggar UU Nomor 11 tentang Cagar Budaya.

“Terkait persoalan ini, beberapa pengacara telah menyampaikan kesediaannya untuk membantu,”kata Kepala Pussis-Unimed Dr. Phil Ichwan Azhari kepada wartawan di Medan, Kamis (2/6).

Dijelaskan Ichwan, Pussis-Unimed pada tanggal 1 Juni 2011 mengunjungi Benteng Putri Hijau bersama Dr. Edward McKinnon (arkeolog Inggris konsultan arkeologi Pussis-Unimed).

Dari peninjauan itu, tampak bahwa badan benteng di dusun 11 desa Delitua telah diratakan dengan buldozer. Ditempat yang diratakan tersebut terdapat gundukan batu dan pasir yang akan digunakan dalam rangka membangun perumahan.

Juga patok-patok untuk batas untuk pendirian rumah telah ditancapkan. Badan benteng yang diratakan tersebut sepanjang 150-200 meter disebelah selatan dusun 11dan sebelah utara telah diratakan dengan lahan persawahan.

Padahal, terang Ichwan Azhari yang didampingi peneliti Pussis-Unimed Erron Damanik benteng ini merupakan pertahanan militer yang memanfaatkan kontur tanah dengan kearifan lokal masyarakat Aru pada abad ke-16-17 Masehi.

Pemkab Tidak Serius

Menurut Ichwan Azhari, tindakan pengembang juga menunjukkan ketidakseriusan Pemkab Deli Serdang dalam pelestarian dan penyelamatan Situs Sejarah yang sangat penting terutama bagi orang Melayu dan Karo tersebut.

Patut dipertanyakan juga, mengapa izin mendirikan bangunan di situs sejarah kembali dikeluarkan oleh Pemkab Deli Serdang yang berdasarkan hasil penelitian, situs tersebut sudah jelas-jelas dinyatakan sebagai situs sejarah yang wajib dilindungi.

Anehnya lagi, ungkap Ichwan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Deli Serdang yang menggagas penelitian 2 tahun silam dan jelas sekali mengetahui bahwa Benteng Putri Hijau Delitua adalah situs sejarah yang wajib dilindungi.

“Mereka pasti mengetahui bahwa Benteng Putri Hijau telah dinyatakan sebagai situs sejarah dan laporan penelitian ada pada mereka,” imbuhnya.

Fakta menyakitkan ini, tegasnya menunjukkan ketidakseriusan Pemkab Deli Serdang yang menerbitkan izin pembangunan perumahan diatas lahan situs tersebut.

Jelas sekali tidak ada kordinasi antar instansi dan antar dinas di Deli Serdang terbukti dengan keluarnya izin mendirikan rumah di lahan situs yang jelas sekali bertentangan dengan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, ujar Ichwan.

Pengrusakan terhadap situs sejarah ini mengindikasikan bahwa pemerintah tidak peduli terhadap perlindungan kawasan-kawasan yang penting untuk dilindungi. Jika memang pemerintah menaruh apresiasi terhadap penyelamatan situs, maka pembuldozeran kembali situs Benteng Putri Hijau tidak perlu terjadi lagi, kata Ichwan.

Sementara itu, Edward McKinnon yang juga turut serta dalam rombongan tersebut memperlihatkan kekecewaannya terhadap benteng yang lagi-lagi harus menerima perlakukan tidak manusiawi itu. ‘Mengapa benteng yang begitu memiliki nilai sejarah ini harus di buldozer?’, ucap Mc Kinnon bertanya.
Arkeolog berkebangsaan Inggris itu mengemukakan bahwa hasil penelitian sudah jelas merekomendasikan bahwa Benteng Putri Hijau wajib dilindungi, dan pengrusakan terhadap benteng ini memperlihatkan bahwa pemerintah Indonesia khususnya Deli Serdang menunjukkan perhatian minim terhadap pelestarian situs sejarah. “Ini akan membuat citra pemerintah semakin jelek” ucap Mc Kinnon.

Sebagaimana diketahui bahwa, McKinnon merupakan arkeolog yang pertama sekali meneliti tentang Benteng Putri Hijau dan diikuti kemudian oleh John Norman Miksic pada tahun 190-an. (rmd)

sumber

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: benteng putri hijau, karo

Kedai Kopi dan Televisi

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Pulumun P. Ginting, M.Sn.

Oh…Turang

Oh…mbiring Manggisku

Mbiring-Mbiring

Seh Kal Jilena

(Mbiring Manggis – Tumtam)

Sepenggal lirik lagu pop Karo yang sangat populer dan bahkan tidak seorangpun di Karo tidak mengenal jalinan nadanya. Saya terduduk di salah satu kedai kopi dan tidak seorangpun yang tidak mengenal kata globalisasi. Kepopuleran globalisasi mendesak masuk dalam kedai kopi, seperti nada-nada Mbiring Manggis. Saat ini, Karo telah menjadi bagian dari masyarakat global dan bahkan tidak menutup kemungkinan nada-nada globalisasi menjelajah, hingga sudut yang tak terlihat di Karo.

Hadirnya televisi di kedai kopi menjadi tak hanya hiburan, tetapi juga ikut menggerus ingatan akan jalinan nada-nada indah dari pop Karo. Disinilah, di kedai kopi inilah, kedai kopi dan televisi menjadi gambaran pertempuran globalisasi dan tradisi.

Sentuhan budaya global dan budaya lokal telah menjadi persoalan kita saat ini. Saya sebagai seorang seniman musik memahami, ada kebutuhan dari tradisionalitas untuk bersaing dalam kompetisi pasar musik populer saat ini. Mike Featherstone mengatakan, ketika budaya lokal terintegrasi dengan budaya global, dia turut terintegrasi ke dalam struktur yang lebih bersifat impersonal. Di dalamnya pengaturan pasar atau administrasi dijaga oleh elit-elit nasional atau para profesional dan ahli lintas budaya yang mempunyai kapasitas untuk mengenyampingkan proses pengambilan keputusan lokal dan menentukan nasib lokalitas. Kondisi ini menggiring kita untuk secara jelas memahami, globalisasi akhirnya membuat masyarakat lokal yang tadinya komunal menjadi individual.

Dari segi musik, dulu musik-musik Karo dikenal sebagai bagian dari musik seluruh masyarakat Karo. Ketika kita bicara tentang musik pop Karo, kita akan bicara tentang siapa pencipta, terutama penyanyinya. Seperti inilah gambaran globalisasi. Kita tidak lagi duduk dalam kedai kopi untuk bicara tradisi, tetapi aksi-aksi televisilah yang menjadi pusat narasi. Televisi bukanlah setumpuk benda mati, di dalamnya terdapat ideologi globalisasi yang menyiarkan individuasi. Pengaruh globalisasi yang menghantam tradisi akhirnya memaksa kita untuk lebih sering berbincang tentang ekonomi. Musik pop Karo pun hanya menjadi “kertas dinding” tanpa isi tradisi, karena dihantam oleh televisi yang menjadi bagian dari globalisasi, ekonomi dan individuasi.

Jean Baudrillard (1990) mengatakan, anda adalah layar dan televisi sedang menonton anda. Bahkan Idi Subandy Ibrahim menganggap televisi adalah contoh mesin konstruksi citra dipanggung selebriti. Dia memungkinkan semua ranah kehidupan dan budaya, menjadi produk tontonan di dalam masyarakat, tidak terkecuali kematian, terutama kematian selebriti.

Baru-baru ini masyarakat Karo telah terbius oleh berita dari Inggris yang didapatnya dalam televisi. Kedai kopi belum lagi sempat untuk mengingat tradisi sendiri karena ruang-ruangnya diisi oleh kemewahan dan glamornya prosesi pernikahan kerajaan Inggris yang dikemas bak selebriti.

Pernyataan dari Baudrillard sangat mungkin terjadi di masyarakat kita. “Televisi sedang menonton anda”, dalam hal ini kita bisa menjadi yang asing ketika kita tidak berbicara apa yang ada di televisi tadi. Seseorang dapat dianggap tidak mengikuti zaman ketika tidak menonton televisi, sepeda motor baru bisa jadi kuno, hp canggih bisa jadi bahan diskusi, Julia Perez bisa jadi teman catur dan perkembangan politik yang mutakhir menjadi akhir dari buah bibir. Siapa lagi tidak bicara televisi di kedai kopi kini?

“Ula rusursa ndedah nakku!!!”. Masyarakat Karo sebenarnya telah memahami, televisi mengganggu aktivitas keseharian putra-putrinya dalam belajar. Televisi memiliki kekuatan lebih besar dari itu. Lebih telanjang dari yang telanjang, lebih cantik dari yang cantik, lebih merdu dari yang merdu dan lebih terkenal daripada yang terkenal. Jadi, bagaimana televisi kemudian menjadi bagian dari kedai kopi? Masalah atau hiburan?

Tanpa televisi tidak ada kedai kopi. Saya hanya membayangkan seandainya saya tidak mengikuti trend dari televisi, gaya hidup dari televisi dan apa yang benar menurut televisi, siapakah saya di kedai kopi? Saya tidak tahu juara dunia dalam piala dunia 2010 lalu, kawan saya bilang Spanyol. Apa yang dia bayangkan tentang saya? Saya seorang seniman musik dan saya tak perduli sepakbola, tetap saja mereka bicara Briptu Norman dengan musiknya yang begitu terkenal kini. Apakah saya bukan lagi seorang seniman musik yang tidak paham musik karena tidak menonton televisi? Siapa kita di kedai kopi seandainya televisi itu mati?

Televisi dan kedai kopi. Terbayang emosi yang sama digiring oleh televisi ketika Spanyol jadi juara dunia, caya-caya didendangkan oleh pedangdut dari kepolisisan negeri ini dan layaknya ketika kita bersama dalam irama Mbiring Manggis.

Inilah desa global yang diutarakan Marshall McLuhan, kecenderungan yang pesat dari media cetak, hingga media elektronik berkembang menyatukan budaya-budaya dunia. Tidak hanya masyarakat Karo yang merasakan Spanyol menjadi juara dunia, tidak hanya masyrakat Karo yang terlena dengan irama caya-caya. Apakah masih ada kekaroan yang tersisa, ketika kita menjadi bagian dari desa global?

Disinilah keunikan yang masih tersisa ketika berbicara Karo, kedai kopi dan tradisinya. Masih ada kekerabatan yang dapat menjadi filter dari kuatnya arus globalisasi. Seperti halnya bangsa lain di dunia, masyarakat Karo juga mempertahankan sistem kehidupan keluarga dengan membuat nama keluarga. Nama keluarga dipertahankan dengan cara mencantumkannya di belakang nama. Nama keluarga ini disebut merga (untuk laki-laki) dan beru (untuk perempuan), yang diwarisi secara turun-temurun berdasarkan patrilineal (garis keturunan berdasarkan ayah), tapi masyarakat Karo juga tidak mengabaikan garis keturunan Ibu.

Sistem kekerabatan masyarakat Karo mau tidak mau harus memahami tentang sangkep nggeluh (kinship) pada merga silima, karena dalam setiap pelaksanaan adat istiadat yang berperan adalah sangkep nggeluh. Pusat dari Sangkep nggeluh adalah sukut, yaitu pribadi atau keluarga/merga tertentu yang dikelilingi oleh senina, anak beru dan kalimbubu-nya.

Dalam melaksanakan upacara adat tertentu seperti perkawinan, kematian, memasuki rumah baru dan lain-lain, sangkap nggeluh akan diketahui apabila sudah jelas siapa sukut dalam acara itu. Misalnya dalam perkawinan, sukut adalah orang yang kawin beserta orang tuanya, dalam acara adat kematian sukut adalah janda atau duda dan anak dari yang meninggal (keluarga dari orang yang meninggal). Atau dalam acara memasuki rumah baru (mengket rumah) sukut adalah pemilik rumah baru.

Terkait dengan patrilineal, kedai kopi menjadi ajang dari pertemuan putra-putra Karo. Pernah dalam suatu perbincangan kedai kopi, seseorang dapat duduk lama karena pewrtemuannya dengan seorang kerabat yang masih semarga. Mereka bercakap tentang apa dan siapa mereka. Kedai kopi menjadi tempat bertemunya cerita atas apa-apa yang telah dilalui. Dia menjadi arena kabar kelahiran, cerita pernikahan dan berita kematian. Lebih dari sekedar kumpul-kumpul, main-main dan senda gurau. Bahkan dirinya adalah sebentuk universitas non-formal bagi masyarakat Karo.

“Pindo tehndu ma …”

“Pindo tehndu pa …”

“Pindo tehndu mpal …”

“Pindo tehndu silih …”

“Pindo tehndu kila …”

Sapaan ini tidak membedakan siapapun yang datang ke kedai kopi, baik kelas, jabatan dan apapun perannya di masyarakat. Disinilah kekuatan kekerabatan Karo dapat terlihat. Seorang profesor bisa berbicara sebagai Sembiring, seorang petani bisa berbicara sebagai Ginting, seorang seniman bisa berbicara sebagai Tarigan, seorang anggota dewan yang terhormat bisa berbicara sebagai Perangin-angin dan bahkan seharusnya seorang bupati bisa bicara sebagai Karo-karo.

Apakah karena televisi kita kemudian membedakan mereka dalam perannya? Bagaimanakah seharusnya kita memandang mereka dalam era globalisasi? Bukankah mereka seharusnya tetap sama di kedai kopi. Nyatanya kedai kopi telah menjadi arena baru bagi pergumulan kepentingan akan kuasa. Kampanye politik seakan menjadi penting dari pada silaturahmi dan “minum kopi”.

Kedai kopi saat ini tidak hanya ruang 6 x 8 meter, meja-kursi, sekumpulan roti kering, kaleng susu dan tumpukan gelas-gelas. Salah satu anak ajaib industrialisasi yang ada di kedai kopi adalah televisi, bahkan menurut Idi Subandi Ibrahim, televisi sebuah kotak ajaib yang ditempatkan secara khusus. Disanalah satu ruang keseharian kita. Da merupakan hasil produk kemajuan teknologi yang paling banyak memperoleh “gelar kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu” dan yang pada gilirannya telah membentuk “pseudo environment” atau lingkungan semu. Hal ini berarti kita tidak berhadapan dengan informasi ansich tetapi merupakan kebudayaan yang telah dipaketkan, baik tentang gaya hidup, realitas kelas-kelas sosial dan nilai-nilai global. Bagaimana kita akan mempertahankan tradisi ketika televisi menjadi santapan sehari-hari?

Pada akhirnya, Mbiring manggis kembali membawa saya pada romantisme klasik akan indahnya tradisi. Jalinan nadanya menggiring saya untuk memaknai pergumulan globalisasi dan tradisi. Kedai kopi, ruang-ruang bagi kelokalan dan televisi ialah seperangkat media global. Dalam pandangan saya, kedai kopi mampu menjadi ruang bagi harmoni akan perbedaan yang didapat dari kekerabatan lokal dan budaya global yang disemai melalui televisi. Karena bagi saya seharusnya yang ada adalah “Televisi dalam Kedai Kopi, bukan Kedai Kopi dalam Televisi”.

sumber

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: kalak karo, lagu karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 41
  • Page 42
  • Page 43
  • Page 44
  • Page 45
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home