• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Estimasi 2015, Penularan HIV ke 38.500 Bayi

19 October 2011 by karo Leave a Comment

Sekertaris Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Sumatera Utara Drs Ahmad Ramadan MA mengestimasi, pada akhir 2015 terjadi penularan HIV terhadap 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu HIV.
Hal itu dikemukakannya pada penyuluhan penanggulangan Humas Trafficking dan HIV/AIDS bertempat di Pendopo Umar Baki Binjai, Selasa (18/10).

Isu penting lainnya disebutkan, peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS berdampak pada peningkatan jumlah anak terinfeksi dari ibu HIV. Kasus HIV-AIDS sampai Mei 2011 tercatat HIV 1.198, AIDS 1.759, HIV dan AIDS 2.957 seperti dilaporkan 25 kabupaten/kota dari 23 daerah di Sumatera Utara.

Walikota Binjai HM Idaham SH MSi diwakili Sekdako Iqbal Pulungan mengingatkan, masalah HIV dan AIDS seperti gunung es. Apalagi di Binjai tercatat 41 orang sudah dilaporkan. Sebab itu, sosialisasi yang diselenggarakan Humas Pemko Binjai yang diikuti forum infokom, PKK kelurahan, Pramuka dan pelajar SMA hendaknya dapat memberikan penyuluhan positif agar masalah HIV dan AIDS tertanggulangi.

Kabag Humas Pemko Binjai Syarifuddin menyebutkan, penyuluhan ini sangat penting, sebab masalah trafficking, HIV dan AIDS merupakan masalah nasional.

Data kasus HIV dan AIDS sampai Oktober 2009, tercatat Medan ranking pertama dengan jumlah 1.938 orang. Deli Serdang 256, menyusul Tanah Karo. Pematangsiantar. Sedang Padangsidimpuan hanya satu kasus, merupakan yang terkecil.

Ramadhan mengemukakan, semua pihak harus dilibatkan untuk menanggulangi HIV dan AIDS, hingga dapat terkendalikan dari estimasi. Pada penyuluhan itu juga memberikan ceramah tentang trafficking oleh Ipda Arnawati dari Polres Binjai dan dari KPAUD Kota Binjai.(mg/analisa)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: HIV, penyakit

BP3TKI Medan Sudah Koordinasi Keluarga Korban Mayat TKI Tertukar

19 October 2011 by karo Leave a Comment

Terkait tertukarnya mayat tenaga kerja Indonesia (TKI) Simon, Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Medan sudah melakukan koordinasi dengan orangtua korban, Benar Sitepu, di Desa Lau Mulgab, Kecamatan Mardinding, Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara.

“Pihak BP3TKI Medan sudah melakukan koordinasi dengan Benar Sitepu, orangtua Simon TKI yang mayatnya tertukar dengan orang lain di Malaysia,” kata Kasi Perlindungan BP3TKI Medan, Suyono, didalam percakapannya pertelepon di Medan, Selasa sore (18/10).

Menurut Suyono, Benar Sitepu menceritakan, Simon diketahui tewas tertimpa alat berat beko di Kedah, Malaysia, pada 14 Oktober 2011 lalu. Namun ketika keluarga korban menjemput mayatnya di Bandara Polonia, Medan, yang terkirim bukanlah jenazah anaknya. Namun untuk meyakinkan, pada Selasa (18/10), keluarganya mendatangi Konjen Malaysia dan mempertanyakan mengapa mayat anaknya bisa tertukar. Keluarganya memprotes salah kirim mayat anaknya yang tewas di perkebunan Malaysia.

Masalahnya, kata Suyono, keluarganya mengaku merasa kesal. Pihak keluarga korban sudah mengeluarkan uang Rp 2 juta untuk biaya pesawat. Jenazah itu dikirim dengan pesawat Sriwijaya Air SJ 103. Pesawat itu berangkat dari Malaysia pukul 09.00 Wib dan tiba di Bandara Polonia, Medan, pukul 11.00 Wib. Setelah dibuka peti jenazah yang bertuliskan nama Simon, ternyata berisi Ronny, warga Kutacane.

Menurut orangtua korban, anaknya telah bekerja hampir selama tiga tahun yang berangkat melalui PT Tenaga Kerja Mataram Jaya di Batam. Keluarga mendapatkan informasi dari rekan sekerja anaknya, bahwa anaknya tewas tertimpa beko dengan ciri-ciri kepala pecah. “Namun jenazah yang datang ternyata masih dalam keadaan utuh,” ungkap Benar Sitepu dan Nurlela.

Benar Sitepu menambahkan, pihak Konjen yang menerima kedatangannya menuturkan, bahwa memang ada kesalahpahaman pengiriman. Akan tetapi sejauh ini, belum ada keputusan dari pihak konjen Malaysia apakah akan mengganti seluruh biaya yang telah dikeluarkannya.

Terkait tertukarnya mayat Simon ini, BP3TKI bersama keluarga korban masih menelusuri lebih jauh. Termasuk berupaya mencari tahu terhadap Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) PT Tenaga Kerja Mataram Jaya di Batam yang disebut telah menempatkan Simon bekerja ke Kedah, Malaysia.***(Imam Bukhori/bp3tki)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: tanah karo, TKI

Gara-gara Kejebak Macet, Pencuri HP Dihajar Warga

19 October 2011 by karo Leave a Comment

Suwardi (23) warga Jl. Karya Kelurahan Karang Berombak (Kecamatan Medan Barat) harus berurusan dengan pihak kepolisian. Aksi nekadnya melakukan pencurian di toko Laju Ponsel yang terletak di Pasar Delitua [Selasa 18/10 sekira Pkl. 12.00] harus berakhir di tengah kemacetan yang kerab terjadi di Pasar Delitua. Akibatnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual mainan itu, babak belur dihajar massa dan, setelah itu, diserahkan ke Polsekta Delitua.

Informasi yang diperoleh Sora Sirulo di Polsek Delitua mengatakan, tersangka yang mengendarai sepeda motor Mio warna merah BK 4267 AAH mendatangi  toko handphone milik Darman Wijaya alias Awi (25) dengan mengaku hendak membeli sebuah casing HP merk Nokia. Namun, Suwardi yang memang sudah gelap mata karena butuh uang mencari kesempatan melakukan aksinya. Saat pemilik toko lengah, tersangka mengambil HP Blackberry Bold 9000 milik Awi yang terletak di atas stelling. Begitu mendapat handphone BB tersebut, tersangka langsung pergi dan mengengkol keretanya lari menuju ke arah Biru-Biru.

Sementara Awi, yang sadar kalau BB-nya telah dibawa kabur oleh tersangka, berteriak sembari mengejar korban. Hingga keduanya saling kejar. Namun, sial bagi Suwardi, pelariannya harus terhenti akibat kemacetan yang sering terjadi di Pasar Delitua

Akibat macet, para warga yang mengejar dengan gampang menangkap pelaku dan langsung langsung menghujani tersangka dengan pukulan hingga babak belur. Selanjutnya tersangka diserahkan ke Polsekta Delitua guna mempertangungjawabkan perbuatannya.

Kapolsekta Delitua, Kompol SP Sinulingga melalui Kanit Reskrim AKP Semion Sembiring, yang ditemui wartawan, membenarkan kejadian itu. Kini, pelaku masih dalam proses pemeriksaan pihak kepolisian. Jika terbukti bersalah, pelaku akan dijebloskan ke penjara.(sorasirulo)

Filed Under: Kriminal Tagged With: Kriminal, pencurian

Jenazah TKI Asal Karo Tertukar di Malaysia

19 October 2011 by karo Leave a Comment

Jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Karo tertukar di Malaysia. Karenanya, orangtua TKI tersebut mendatangai Konsulat Jeneral (Konjen) Malaysia di Jalan Diponegoro Medan agar jenazah anak mereka dipulangkan ke tanah air, Selasa (18/10).

Isak tangis dan emosi terlihat dari raut wajah kedua orang tua almarhum Simon Petrus Sitepu (22), warga Desa Lau Mulgap Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo, yang meninggal di Malaysia Jumat (14/10) lalu. Pasalnya, jenazah anak pertama pasangan Bener Sitepu (43), dan Nurlela Br Tarigan (42), tertukar dengan mayat orang lain.

Hal itu diketahui setelah kedua pasangan ini dan beberapa sanak keluarga lainnya, melihat secara langsung jenazah yang dikirimkan ke Medan melalui Bandara Polonia, dengan pesawat Sriwijaya Air. Baik Nurlela maupun Benar Sitepu mengatakan, tidak sedikitpun ciri-ciri anak mereka terlihat pada jenazah yang dikirim tersebut.

Kabarnya, Simon meninggal dunia karena tertimpa alat berat saat bekerja di perkebunan sawit tempatnya bekerja. Menurut informasi yang diperoleh, Simon bekerja di perkebunan sawit, dari agency CV Mataram Jaya di Batam yang dipimpin Agus Hasibuan. Namun perusahaan sawit tempat Simon bekerja di Malaysia, tidak diketahui namanya.

“Jam 11.00 WIB tadi mayatnya sampai di bandara. Kami lihat, kok nggak mirip dengan anak kami. Anak kami itu, mukanya bulat. Tapi jenazah yang dikirim, mukanya lonjong. Terus, di tangan kiri anak kami di dekat jempol tangannya ada seperti tahi lalat. Tapi di jenazah ini, tidak ada. Tangan jenazah tadi, kami pegang-pegang masih bisa digoyang-goyang, berarti itu mayatnya masih baru. Anak kami meninggal lima hari lalu,” ungkap Nurlela dan Benar Sitepu kepada Sumut Pos (JPNN Group) di depan Konjen Malaysia di Medan.

Tak terima dengan kenyataan itu, Benar Sitepu dan Nurlela br Tarigan serta beberapa keluarganya mendatangi Konjen Malaysia, untuk mempertanyakan hal itu. Beberapa saat, keluarga almarhum Simon Sitepu menunggu jawaban dari pihak Konjen Malaysia.

Akhirnya, ayah almarhum Benar Sitepu dipersilahkan masuk. Tak berapa lama, Benar Sitepu kembali keluar dari dalam gedung konjen negara tetangga tersebut, dengan melambaikan tangan kepada wartawan dan mengatakan, ada kesalahpahaman.

“Ada kesalahpahaman. Saya disuruh menyampaikan kepada wartawan. Katanya akan segera diurus,” ungkapnya sembari berjalan kembali memasuki gedung Konjen tersebut.

Nurlela menuturkan, mereka mengetahui putranya tercinta telah meninggal berdasarkan keterangan rekan kerja Simon Manulang melalui telpon, Jumat (14/10) sore lalu. “Anakku sudah meninggal karena tertimpa alat berat. Aku kaget mendengarnya,” ungkap Nurlela sedih.(ari/jpnn)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: jenazah, meninggal

Katika

18 October 2011 by karo Leave a Comment

Pada dasarnya, masyarakat tradisional Karo adalah masyarakat yang agraris. Agraris dalam artian, segala aktifitas sosialnya berkaitan dengan kehidupan bertani (mata pencarian mayoritas masyarakat Karo adalah bertani), sehingga untuk mencapai kesejahtraannya dibutuhkan keuletan dalam mengelola tanah sebagai media dasar dalam kegiatan bertani.

Dalam perjalanannya sebagai masyarakat yang agraris, untuk memaksimalkan hasil dari pengolahan tanah (bertani) yang dilakukan, maka masyarakat Karo bukan hanya (telah) mampu menciptakan alat-alat pertanian (alat tradisional) untuk mengolah tanah, namun juga dalam hal pemberdayaan bibit unggul, pemilihan jenis tanaman, dan perawatan tanaman, tetapi juga telah mampu melakukan prediksi tanam (kapan saat menanam dan kapan saat menuai yang tepat/cocok) agar mencapai hasil yang maksimal.

Prediksi tanam tersebut, seperti yang kita ketahui dalam kehidupan masyarakat agraris secara umun, ini berkaitan dengan masa tanam dan masa menuai. Jadi, dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan akan kondisi alam yang berkaitan dengan cuaca (iklim) yang mungkin akan terjadi dalam tiap-tiap waktu dalam prediksi minimal satu tahunnya. Dalam hal ini, masyarakat tradisional Karo telah mampu mengembangkan satu sistem yang disebut dengan “Katika.” Mungkin bagi sebagian orang katika ini masih terdengar asing, akan tetapi masyarakat Karo telah mengenal dan menerapkannya dalam setian aspek kehidupannya (bukan hanya untuk keperluan bertani saja).

KATIKA, adalah salah satu ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Karo, yang meliputi: pembagian waktu (namis si lima), hari (wari si telu puluh), bulan (paka sepuluh dua), dan juga arah mata angin (dasa siwaluh).

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: karo, katika

Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua

18 October 2011 by karo 4 Comments

pemain musik karo

Oleh Arbain Rambey (KOMPAS)

MENYADARI bahwa seseorang cuma sendirian di dunia ini, biasanya rasa kesepian akan muncul. Ini yang dialami Kebun Tarigan, pemusik tradisional Karo yang tinggal di Medan.

Namun, kesepian Tarigan bukanlah kesepian dalam arti sebenarnya karena ia tidak ditinggalkan siapa pun. “Kesepian” Tarigan-bahkan sudah menjurus menjadi “ketakutan”-timbul melihat kenyataan bahwa tinggal dirinyalah orang yang menguasai musik Limapuluh Kurang Dua dalam tradisi Karo.

“Apalagi usia saya sudah 71 tahun. Kalau tidak ada yang meneruskan, musik ini akan punah. Saya sudah cek ke mana-mana. Sudah tidak ada lagi orang yang menguasai musik ini,” kata Tarigan dengan prihatin.

Musik Limapuluh Kurang Dua adalah deretan lagu-lagu tradisional Karo yang hanya dilantunkan pada acara-acara besar seperti saat kematian raja atau dukun besar, juga peresmian rumah adat.

Nama musik ini memang aneh. Jumlah lagu yang dilantunkan memang 48, namun penyebutannya haruslah tetap begitu. Musik Limapuluh Kurang Dua.

“Lagunya tetap lima puluh sesungguhnya. Yang 48 dimainkan manusia, sedangkan yang dua lagi dimainkan roh-roh yang ada di alam semesta ini,” kata Tarigan dengan mimik sama sekali tidak bergurau.

Jadi, ini memang masalah budaya. Dalam hemat Tarigan, bila musik ini hilang, berarti hilang juga sebuah mata rantai kebudayaan Indonesia secara keseluruhan. Ditemui di rumahnya di ujung landas pacu Bandara Polonia Medan, Tarigan berusaha meyakinkan siapa pun bahwa kekayaan budaya harus dilestarikan dengan cara apa pun.

Di sinilah ketakutan Tarigan muncul. Ia tidak tahu bagaimana melestarikan Musik Limapuluh Kurang Dua di tengah dunia yang sudah hiruk-pikuk dengan lagu-lagu baru yang sangat berbeda dari lagu tradisi itu.

***
PROBLEM utama pada musik tradisional di Indonesia saat ini adalah pada masalah penotasiannya. Banyak musik tradisional sudah punah karena hanya diwariskan secara lisan, sementara peminat makin sedikit dan para pakarnya sendiri tidak menguasai teknik penotasian musik maupun teori tari yang mereka kuasai itu.

“Saya masih terus mencari murid, tetapi sampai sekarang belum ada yang mau saya ajari. Termasuk anak saya sendiri menolak,” papar Tarigan sambil menghela napas panjang.

Tarigan pun belajar musik Limapuluh Kurang Dua saat usianya sudah 30-an tahun pada awal tahun 1960-an. Waktu itu, seorang guru bernama Renda Sinuraya sedang mencari murid, dan Tarigan menerima uluran tangan sang guru.

“Saya jadi murid saat sudah punya anak-istri. Saya mau menjadi murid karena tergetar pada kemagisan musik ini,” papar Tarigan. Kompas pun merasa serasa di alam lain saat mendengar Tarigan memainkan sepotong musik Limapuluh Kurang Satu dengan satu serunai saja.

Menurut Tarigan, saat ini generasi muda Indonesia cenderung menyukai musik modern yang mudah dicerna tanpa banyak merenungkannya. Saat ini, pada acara Karo apa pun, umumnya alat musik keyboard yang dipakai dengan lagu-lagu pop dinyanyikan sambil bergoyang.

“Tanpa ingin menyalahkan aliran musik apa pun, kenyataannya generasi sekarang tidak pernah mau repot terlibat dengan musik tradisional yang sering mereka sebut kampungan dan ketinggalan zaman,” jelas Tarigan.

Kalaupun ada orang yang tertarik belajar musik Limapuluh Kurang Dua saat ini, orang itu pun pasti akan terbentur pada masalah waktu. Mempelajari musik ini sungguh butuh konsentrasi yang luar biasa tinggi. Semua lagu harus dihapal luar kepala karena memang belum ada notasi untuk itu.

Secara total, musik Limapuluh Kurang Dua membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikannya. Ada beberapa jeda di antara lagu-lagu itu, dan jeda-jeda ini pun sudah ada standarnya.

“Untuk mempelajarinya jelas butuh waktu lama. Walau diturunkan secara lisan, musik ini punya pakem yang tetap dan tidak boleh dimodifikasi,” jelas Tarigan.

MUSIK Limapuluh Kurang Dua memang sebuah repertoir rumit. Selain harus didahului dengan sesajen yang terdiri dari beras, sirih, tikar, pisau, uang dirham (koin emas), dan kain putih, para pemainnya pun harus menyiapkan diri secara mental. Ada pemusik pengiring yang berpuasa dulu sebelum memainkan musik ini.

“Pada suku lain pun ada musik yang tidak bisa dimainkan sembarangan. Saya dengar di Keraton Solo ada gamelan dan juga tari yang hanya dimainkan pada saat-saat khusus,” ujar Tarigan.

Setiap memainkan musik Limapuluh Kurang Dua, Tarigan yang memainkan serunai buatannya sendiri akan diiringi dua buah gendang, sebuah gong besar dan sebuah gong kecil. Serunai mengeluarkan bunyi dari getaran daun kelapa hijau yang dijepit di bibirnya.

Ada beberapa tahapan dalam memainkan musik Limapuluh Kurang Dua. Seluruh tahapan menggambarkan alam semesta, memadukan segenap elemen yang ada, serta menggabungkannya dengan kehidupan secara total dalam delapan penjuru angin.

Tahapan pertama adalah tahapan Persentabin atau pembukaan yang terdiri dari sembilan lagu. Tahapan ini adalah penghormatan kepada segenap hadirin dan alam semesta.

Tahap selanjutnya adalah Perang Belin yang terdiri dari empat lagu, lalu tahapan Ndungu Gendang Sipitu yang sesuai namanya terdiri dari tujuh lagu.

Disusul kemudian dengan Ndudu yang terdiri dari tujuh lagu, Pekekeken yang terdiri dari sembilan lagu, Gendang Guru yang terdiri dari tujuh lagu, serta ditutup dengan Katonengkatoneng sampai selesai.

***
BELUM lama ini Tarigan agak bernapas lega. Seorang tokoh masyarakat Karo, Darwan Perangin-angin, sudah merekam musik Limapuluh Kurang Dua ini ke dalam pita magnetik. Menurut rencana, Darwan akan memindahkan rekaman magnetik itu ke cakram compact disk agar lebih awet dan bisa disebarluaskan.

“Tetapi, saya tetap khawatir. Rekaman itu tidak mengajarkan apa-apa. Orang tidak bisa belajar musik ini dari sekadar mendengarkan. Ada teknik yang harus dipelajari dengan tatap mata kepada gurunya,” kata Tarigan.

Untuk menyambung rekaman ini, Darwan Perangin-angin berencana merekam dengan pita video agar bisa terekam pula teknik-teknik peniupan serunai. Bagi Tarigan, setidaknya rekaman ini adalah sarana mencegah kepunahan musik Limapuluh Kurang Dua.

“Barangkali nanti ada ahli musik yang bisa menotasikannya. Saya harapkan agar musik ini bisa dimainkan sampai kapan pun dari notasi itu,” kata Tarigan setelah mendengarkan rekaman permainannya.
pemusik karo
Kini, sambil tetap berharap agar ada orang mau belajar musik Limapuluh Kurang Dua, Tarigan melakukan berbagai upaya dengan caranya sendiri agar musik Karo tidak punah. Mantan tukang cukur dan pensiunan guru ini setiap hari terus membuat alat musik serunai.

Berbahan kayu selantam, cangkang bulus, dan daun kelapa hijau, setiap tiga bulan ia menghasilkan sebuah serunai halus. Umumnya serunai buatan Tarigan dibeli pemusik-pemusik tradisional yang jumlahnya juga sudah tidak banyak lagi saat ini.

“Saya cinta sekali pada musik Karo. Segala upaya akan saya lakukan agar dia lestari,” kata Tarigan. (ARBAIN RAMBEY)

Sumber : karosiadi

Tambahan

Komposisi Gendang Lima Puluh Kurang Dua
1. Perang-perang Alep Empat Kali
2. Gendang Pendungi
3. Gendang Sunkun Berita Alep Empat Kali
4. Gendang Perang-siperangen
5. Gendang Terus Perang
6. Gendang Pendungi
7. Gendang Ngelingkah Alep Empat Kali
8. Gendang Umang
9. Gendang Pemungkah
10. Gendang Sual-Sual
11. Gendang Siempat Terpuk
12. Gendang Angki-angki
13. Gendang Cak Gugung
14. Gendang Lingga Alep Empat kali
15. Gendang Dumai
16. Gendang Jawi Guru
17. Gendang Pendarami
18. Gendang Sabung Katukup
19. Gendang Katoneng-Katoneng
20. Gendang Kata Teman
21. Gendang Begu Deleng
22. Gendang Diden-diden
23. Gendang Didong-didong
24. Gendang Musuh Suka
25. Gendang Perang Malesa
26. Gendang Empet-Empet
27. Gendang Tembut
28. Gendang Kuda-kuda
29. Gendang Pemuncak
30. Gendang Arimo Ngajar Bana
31. Gendang Tambuta
32. Gendang Kaba-kaba
33. Gendang Tampul-tampul Biang
34. Gendang Pagar
35. Gendang Tungkat
36. Gendang Peselukken
37. Gendang Silengguri
38. Gendang Kelayaren
39. Gendang Toba
40. Gendang Pak-Pak
41. Gendang Pedah-Pedah
42. Gendang Perang Balik
43. Gendang Balik Sumpah
44. Gendang Balik Gung
45. Gendang Pendungi
46. Gendang Mulih-mulih
47. Gendang Teger Rudang
48. Gendang Jumpa Malem

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: gendang karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 23
  • Page 24
  • Page 25
  • Page 26
  • Page 27
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home