• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Kedai Kopi dan Televisi

6 June 2011 by karo Leave a Comment

Pulumun P. Ginting, M.Sn.

Oh…Turang

Oh…mbiring Manggisku

Mbiring-Mbiring

Seh Kal Jilena

(Mbiring Manggis – Tumtam)

Sepenggal lirik lagu pop Karo yang sangat populer dan bahkan tidak seorangpun di Karo tidak mengenal jalinan nadanya. Saya terduduk di salah satu kedai kopi dan tidak seorangpun yang tidak mengenal kata globalisasi. Kepopuleran globalisasi mendesak masuk dalam kedai kopi, seperti nada-nada Mbiring Manggis. Saat ini, Karo telah menjadi bagian dari masyarakat global dan bahkan tidak menutup kemungkinan nada-nada globalisasi menjelajah, hingga sudut yang tak terlihat di Karo.

Hadirnya televisi di kedai kopi menjadi tak hanya hiburan, tetapi juga ikut menggerus ingatan akan jalinan nada-nada indah dari pop Karo. Disinilah, di kedai kopi inilah, kedai kopi dan televisi menjadi gambaran pertempuran globalisasi dan tradisi.

Sentuhan budaya global dan budaya lokal telah menjadi persoalan kita saat ini. Saya sebagai seorang seniman musik memahami, ada kebutuhan dari tradisionalitas untuk bersaing dalam kompetisi pasar musik populer saat ini. Mike Featherstone mengatakan, ketika budaya lokal terintegrasi dengan budaya global, dia turut terintegrasi ke dalam struktur yang lebih bersifat impersonal. Di dalamnya pengaturan pasar atau administrasi dijaga oleh elit-elit nasional atau para profesional dan ahli lintas budaya yang mempunyai kapasitas untuk mengenyampingkan proses pengambilan keputusan lokal dan menentukan nasib lokalitas. Kondisi ini menggiring kita untuk secara jelas memahami, globalisasi akhirnya membuat masyarakat lokal yang tadinya komunal menjadi individual.

Dari segi musik, dulu musik-musik Karo dikenal sebagai bagian dari musik seluruh masyarakat Karo. Ketika kita bicara tentang musik pop Karo, kita akan bicara tentang siapa pencipta, terutama penyanyinya. Seperti inilah gambaran globalisasi. Kita tidak lagi duduk dalam kedai kopi untuk bicara tradisi, tetapi aksi-aksi televisilah yang menjadi pusat narasi. Televisi bukanlah setumpuk benda mati, di dalamnya terdapat ideologi globalisasi yang menyiarkan individuasi. Pengaruh globalisasi yang menghantam tradisi akhirnya memaksa kita untuk lebih sering berbincang tentang ekonomi. Musik pop Karo pun hanya menjadi “kertas dinding” tanpa isi tradisi, karena dihantam oleh televisi yang menjadi bagian dari globalisasi, ekonomi dan individuasi.

Jean Baudrillard (1990) mengatakan, anda adalah layar dan televisi sedang menonton anda. Bahkan Idi Subandy Ibrahim menganggap televisi adalah contoh mesin konstruksi citra dipanggung selebriti. Dia memungkinkan semua ranah kehidupan dan budaya, menjadi produk tontonan di dalam masyarakat, tidak terkecuali kematian, terutama kematian selebriti.

Baru-baru ini masyarakat Karo telah terbius oleh berita dari Inggris yang didapatnya dalam televisi. Kedai kopi belum lagi sempat untuk mengingat tradisi sendiri karena ruang-ruangnya diisi oleh kemewahan dan glamornya prosesi pernikahan kerajaan Inggris yang dikemas bak selebriti.

Pernyataan dari Baudrillard sangat mungkin terjadi di masyarakat kita. “Televisi sedang menonton anda”, dalam hal ini kita bisa menjadi yang asing ketika kita tidak berbicara apa yang ada di televisi tadi. Seseorang dapat dianggap tidak mengikuti zaman ketika tidak menonton televisi, sepeda motor baru bisa jadi kuno, hp canggih bisa jadi bahan diskusi, Julia Perez bisa jadi teman catur dan perkembangan politik yang mutakhir menjadi akhir dari buah bibir. Siapa lagi tidak bicara televisi di kedai kopi kini?

“Ula rusursa ndedah nakku!!!”. Masyarakat Karo sebenarnya telah memahami, televisi mengganggu aktivitas keseharian putra-putrinya dalam belajar. Televisi memiliki kekuatan lebih besar dari itu. Lebih telanjang dari yang telanjang, lebih cantik dari yang cantik, lebih merdu dari yang merdu dan lebih terkenal daripada yang terkenal. Jadi, bagaimana televisi kemudian menjadi bagian dari kedai kopi? Masalah atau hiburan?

Tanpa televisi tidak ada kedai kopi. Saya hanya membayangkan seandainya saya tidak mengikuti trend dari televisi, gaya hidup dari televisi dan apa yang benar menurut televisi, siapakah saya di kedai kopi? Saya tidak tahu juara dunia dalam piala dunia 2010 lalu, kawan saya bilang Spanyol. Apa yang dia bayangkan tentang saya? Saya seorang seniman musik dan saya tak perduli sepakbola, tetap saja mereka bicara Briptu Norman dengan musiknya yang begitu terkenal kini. Apakah saya bukan lagi seorang seniman musik yang tidak paham musik karena tidak menonton televisi? Siapa kita di kedai kopi seandainya televisi itu mati?

Televisi dan kedai kopi. Terbayang emosi yang sama digiring oleh televisi ketika Spanyol jadi juara dunia, caya-caya didendangkan oleh pedangdut dari kepolisisan negeri ini dan layaknya ketika kita bersama dalam irama Mbiring Manggis.

Inilah desa global yang diutarakan Marshall McLuhan, kecenderungan yang pesat dari media cetak, hingga media elektronik berkembang menyatukan budaya-budaya dunia. Tidak hanya masyarakat Karo yang merasakan Spanyol menjadi juara dunia, tidak hanya masyrakat Karo yang terlena dengan irama caya-caya. Apakah masih ada kekaroan yang tersisa, ketika kita menjadi bagian dari desa global?

Disinilah keunikan yang masih tersisa ketika berbicara Karo, kedai kopi dan tradisinya. Masih ada kekerabatan yang dapat menjadi filter dari kuatnya arus globalisasi. Seperti halnya bangsa lain di dunia, masyarakat Karo juga mempertahankan sistem kehidupan keluarga dengan membuat nama keluarga. Nama keluarga dipertahankan dengan cara mencantumkannya di belakang nama. Nama keluarga ini disebut merga (untuk laki-laki) dan beru (untuk perempuan), yang diwarisi secara turun-temurun berdasarkan patrilineal (garis keturunan berdasarkan ayah), tapi masyarakat Karo juga tidak mengabaikan garis keturunan Ibu.

Sistem kekerabatan masyarakat Karo mau tidak mau harus memahami tentang sangkep nggeluh (kinship) pada merga silima, karena dalam setiap pelaksanaan adat istiadat yang berperan adalah sangkep nggeluh. Pusat dari Sangkep nggeluh adalah sukut, yaitu pribadi atau keluarga/merga tertentu yang dikelilingi oleh senina, anak beru dan kalimbubu-nya.

Dalam melaksanakan upacara adat tertentu seperti perkawinan, kematian, memasuki rumah baru dan lain-lain, sangkap nggeluh akan diketahui apabila sudah jelas siapa sukut dalam acara itu. Misalnya dalam perkawinan, sukut adalah orang yang kawin beserta orang tuanya, dalam acara adat kematian sukut adalah janda atau duda dan anak dari yang meninggal (keluarga dari orang yang meninggal). Atau dalam acara memasuki rumah baru (mengket rumah) sukut adalah pemilik rumah baru.

Terkait dengan patrilineal, kedai kopi menjadi ajang dari pertemuan putra-putra Karo. Pernah dalam suatu perbincangan kedai kopi, seseorang dapat duduk lama karena pewrtemuannya dengan seorang kerabat yang masih semarga. Mereka bercakap tentang apa dan siapa mereka. Kedai kopi menjadi tempat bertemunya cerita atas apa-apa yang telah dilalui. Dia menjadi arena kabar kelahiran, cerita pernikahan dan berita kematian. Lebih dari sekedar kumpul-kumpul, main-main dan senda gurau. Bahkan dirinya adalah sebentuk universitas non-formal bagi masyarakat Karo.

“Pindo tehndu ma …”

“Pindo tehndu pa …”

“Pindo tehndu mpal …”

“Pindo tehndu silih …”

“Pindo tehndu kila …”

Sapaan ini tidak membedakan siapapun yang datang ke kedai kopi, baik kelas, jabatan dan apapun perannya di masyarakat. Disinilah kekuatan kekerabatan Karo dapat terlihat. Seorang profesor bisa berbicara sebagai Sembiring, seorang petani bisa berbicara sebagai Ginting, seorang seniman bisa berbicara sebagai Tarigan, seorang anggota dewan yang terhormat bisa berbicara sebagai Perangin-angin dan bahkan seharusnya seorang bupati bisa bicara sebagai Karo-karo.

Apakah karena televisi kita kemudian membedakan mereka dalam perannya? Bagaimanakah seharusnya kita memandang mereka dalam era globalisasi? Bukankah mereka seharusnya tetap sama di kedai kopi. Nyatanya kedai kopi telah menjadi arena baru bagi pergumulan kepentingan akan kuasa. Kampanye politik seakan menjadi penting dari pada silaturahmi dan “minum kopi”.

Kedai kopi saat ini tidak hanya ruang 6 x 8 meter, meja-kursi, sekumpulan roti kering, kaleng susu dan tumpukan gelas-gelas. Salah satu anak ajaib industrialisasi yang ada di kedai kopi adalah televisi, bahkan menurut Idi Subandi Ibrahim, televisi sebuah kotak ajaib yang ditempatkan secara khusus. Disanalah satu ruang keseharian kita. Da merupakan hasil produk kemajuan teknologi yang paling banyak memperoleh “gelar kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu” dan yang pada gilirannya telah membentuk “pseudo environment” atau lingkungan semu. Hal ini berarti kita tidak berhadapan dengan informasi ansich tetapi merupakan kebudayaan yang telah dipaketkan, baik tentang gaya hidup, realitas kelas-kelas sosial dan nilai-nilai global. Bagaimana kita akan mempertahankan tradisi ketika televisi menjadi santapan sehari-hari?

Pada akhirnya, Mbiring manggis kembali membawa saya pada romantisme klasik akan indahnya tradisi. Jalinan nadanya menggiring saya untuk memaknai pergumulan globalisasi dan tradisi. Kedai kopi, ruang-ruang bagi kelokalan dan televisi ialah seperangkat media global. Dalam pandangan saya, kedai kopi mampu menjadi ruang bagi harmoni akan perbedaan yang didapat dari kekerabatan lokal dan budaya global yang disemai melalui televisi. Karena bagi saya seharusnya yang ada adalah “Televisi dalam Kedai Kopi, bukan Kedai Kopi dalam Televisi”.

sumber

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: kalak karo, lagu karo

Anding-Andingen

20 May 2011 by karo Leave a Comment

1. Bagi Bindoran : Kuga rupa inganna, bage rupana
2. Bagi Gambo-gambo : Galang lau, kitik lau, mekeruh lau, meciho lau, ia tetap arah datas
3. Bagi Belut : Medalit bagi belut, gelem arah takalna, meldus arah ikurna. Elem arah ikurna, meldus arah takalna.
4. Bagi Nipe : Tujunna pinter, tapi perdalanna meluk-eluk. Banci nagut, banci ngelengkar, banci nelin
5. Bagi Sanggar uruk – uruk : Arah ja angin rembus, kempak e ialakenna
6. Bagi Perkis : Rubat gajah ras perkis, masuki perkis ku bas cuping gajah. Karatna, mesui akap gajah. Antuk-antukkena takalna ku kayu, pecah takalna, mate.
7. Bagi Kuda Sijaba : Enggo pe megulang, idahna denga dukut meratah. Sempatkenna denga nggagat
8. Bagi Perbubu Kitik : Enggo ia masuk ku bubu kalak, ibas pe ipasangna denga bubuna
9. Bagi Pais ras Sulmih : Pais enggo kena siding ia rayon-rayon. Reh Sulmih, idahna pais rayon-rayon, aku sekali nak, nina. Engko tareken kerahungmu nina pais. Kepeken siding
10. Bagi Cipi-cip Munuh Gajah : Cip-cip niman lau sada bulung kamuna, gajah minem lau sada telagah. Dungna mate gajah
11. Bagi Jalak Jumpa Emas Galang : Sada ngelegi nakan, tamana racun, sada masang ranjua, dungna mate duana
12. Bagi Simarcingkam : Katakenna ia reh I kuta perlainan nari, jumpa ia ras sekalak si enggo mate. Adi jumpa atendu banci nina, buat kateng mbelno. Pagi banci kam kerina kupejumpa ras simate-matendu kerina, nina. Suruhna kalak arah ketang e ku embang. Tektekna ketang, mate kerina, ia ngenca tading.
13. Bagi Katak : Megembur pe arah pudi labo dalih, gelah meciho arah lebe
14. Bagi Berek : Ngembur-ngemburi ngenca ia beluh
15. Bagi Sabut : Bongal-bongal, kuja baba gelombang, kuje ia. Inganna labo danci i tengah. Gunana jadi perapus, jadi penggebuk api
16. Bagi Kiung : Ndarami teman ujina arah sorana. Jumpa ia ras ngguak, kua soram nak, nina. Ersora kuak, dahina pune. Laseri sorana, emaka ras ia. Kuja sada, kuje duana.
17. Bagi Mberakbak : Reh angin meter mis ia gejek ersora. Angin pe mis pelteng
18. Bagi Katak puru : Lompat katak, lompat ia. Silap nipe i tagutna. Adi la ia lompat, nipe pe labo pet.
19. Bagi Kacibang :
Pemberu-mberu kalak, perbahan bauna, bue-bue bulung meratah cinepna ibas tamburakrak
20. Bagi Kidu :
Mulai bena rumbia nari terus ku ujung I dalanina, nadingken tamburakrak, dungna jadi kayat. Kugang kotormu ah nina kalak, e labo kotorku nina kidu ah ma kotor kidu nge nina kayat, ia kabang.
21. Bagi Wiskir :
Rempanken dilah, pererena dilahna. Reh perkis, mid keri bendutna
22. Bagi Ketadu :
Mbiar kalak sebab galang matana. Rere matana la kemirep.
23. Bagi Mencibut :
Beluh lompat, mawen-mawen, ndabuh seh ku taneh
24. Bagi Menci ibo-ibo :
Notoken kuta terulang, gelah ia kerina mangani buah sinisuan.
25. Bagi Odang :
Maju sejengkal, mundur sedepa, surut kupudi.
26. Bagi Pincala :
Gejek ia gelah dat nakan, ise pinangko kirik bibi nina, ia nge.
27. Bagi Kurung :
Dua pinusuna, lit serapna lubvang lompat
28. Bagi Raja Ketadu :
Perbahan belinna kerajaanna, ngkira rayatna seh rere matana
29. Bagi Nipe Lau :
Gerantang nipe lau, ayak kalak mis kiam, ras katak ngenca menang
30. Bagi Siri-siri :
Kerahina atena kolam, asa mate labo lit ertina, takalna ergening-gening
31. Bagi Surlala :
Unduna batang tualang, takalna munduk-unduk, atekna tualang mugur.
32. Bagi Sikuring :
Tempa merawa kal erburu, seh kerangen, jumpa ia kera, ras ia sikutun
33. Bagi Kalimantek
Sehkal rawana, lenga dat dareh, lenga atena malem. Tektek kalak retap
34. Bagi Menci :
Sitama giring-giring I kerahung kucing nina, kerina setuju. Ise namasa ngingen, sada pe lanai lit sipang

arah : medi-s.blogspot.com

Filed Under: Berita Baru Tagged With: anding andingen, kata mutiara

Pemuda Pancasila Kabupaten Karo Jadi Kontrol Pemerintah

31 March 2011 by karo Leave a Comment

KARO- Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Kabupaten Karo, siap menjadi garda terdepan sebagai sosial kontrol pemerintah dalam mejalankan roda pembangunan dan pemerintahan.

Hal ini diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana Muscab MPC PP Karo, Drs Joe Harlim Sinuhaji, didampingi Wakil Ketua Karateker MPC PP Karo, Dermawan Purba, kepada wartawan, usai rapat koordinasi jelang Muscab PP Kabupaten Karo, dengan MPW Sumut, Selasa (22/3) di Berastagi.

“Kader Pemuda Pancasila, khususnya MPC Tanah Karo, kedepannya akan menjadi sosial kontrol bagi pemerintah untuk kemajuan Tanah Karo. Untuk mewujudkan hal ini, PP Kabupaten Karo diharapkan merapatkan barisan dan menyatukan persepsi serta berupaya meningkatkan intelektualitas dalam berbagai bidang,” ujar Sinuhaji.
Selain itu, menurut pria yang juga mantan anggota DPRD Karo periode 2005-2010 ini, kedepannya kader PP juga harus lebih berkorban untuk kebesaran organisasi. Sehingga organisasi Pemuda Pancasila di Tanah Karo yang namanya sempat harum hingga tingkat nasional dapat lebih meningkatkan kembali citranya.

Jelang Muscab MPC Karo, Sinuhaji berharap agar didukung sepenuhnya oleh masyarakat dan pemerintah, sehingga kedepannya organisasi yang menggenakan loreng merah hitam ini, dapat seiring sejalan dalam memajukan Kabupaten karo.

Sementara itu, Wakil ketua I MPW Sumut, Drs Boyke Turangan, didampingi Wakil Sekretaris Korcab Karo, Dairi, dan Pakpak Bharat, Anshoruddin, meminta kepada panitia, agar secepatnya menggelar muscab. Hal ini lanjut Boyke, dianggap penting mengingat langkah konsolidasi sesuai keputusan Rakornas dan Rakorwil Sumut harus segera dilaksanakan.

“Sesuai keputusan Rakornas PP, konsolidasi dari tingkat pusat hingga anak ranting harus selesai dikerjakan November tahun ini. Tidak ada alasan tidak mampu. MPC yang tidak sesuai dengan AD/RT pemuda Pancasila, akan dicopot atau dibekukan kepengurusannya. Walau demikian, kita pihak MPW tidak mau ikut campur dan intervensi terhadap Muscab Kab/Kota,” beber Boyke.(wan)sumutpos

Filed Under: Berita Baru Tagged With: organisasi

Irjen Pol Wisnu Amat Sastro Disambut Adat Karo

31 March 2011 by karo Leave a Comment

Irjen Pol Wisnu Amat Sastro

Kapolda Sumut yang baru Irjen Pol Wisnu Amat Sastro yang menggantikan Irjen Pol Oegroseno disambut dengan tradisi Karo di pintu gerbang Mapoldasu Jalan SM Raja Km 10,5, Selasa (22/3) pukul 09.00 WIB. Penyambutan di gerbang utama Mapolda Sumut itu dipimpin Wakapolda Sumut Brigjen Pol Sahala Alagan dan diikuti seluruh pejabat utama dan personel serta pegawai negeri sipil (PNS) dan tokoh adat Karo.

Dalam penyambutan yang berlangsung sekitar setengah jam dengan menghadirkan grup tarian dan music adat Karo dan Melayu itu, Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro dan istrinya Mutiara Boru Sitepu diberi wisgara (ulos Batak Karo, Red).

“Itu kegiatan tradisi penyambutan kapolda baru. Pak Kapolda Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro dan Ibu Mutiara Boru Sitepu diberi wisgara,” ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hery Subiansaori melalui Kasubbid Dokliput AKBP MP Nainggolan, Selasa (22/3).

Sementara, selaku kalimbubu khususnya suku margana, tokoh adat Kabanjahe, Tanah Karo, mendoakan kepada kapoldasu yang baru semoga sukses dalam menjalankan aktifitasnya.

“Kami doakan semoga sukses menjabat Kapolda Sumut, kiranya tuhan memberkati agar sehat selalu. Agar selamat dan dilindungi yang mahakuasa kami memberikanan seperangkat pakaian adat untuk menahan segala cobaan yang ditujukan pada diri Bapak Kapolda. Serta pisau yang kami serahkan juga untuk menjaga diri dan melengkapi kekuatan tubuh Kapolda,” ucap Saur Sitepu dan Maulina Br Ginting mewakili Suku Karo Sumut, khususnya Suku Karo Marga Karokaro Sitepu saat penyerahan seperangkat adat Karo.

Sedangkan serah terima jabatan Kapolda Sumut dari Irjen Pol Drs Oegroseno kepada Irjen Pol Drs Wisjnu Amat Sastro akan dilaksanakan, Rabu (23/3) pukul 09.00 di halaman KS Tubun Mapolda Sumut. Setelah itu, seluruh personil melepas Kapolda lama, Irjen Pol Oegroseno di pintu gerbang Mapoldasu.

“Sertijab atau biasa disebut Farawell Parade Kapolda Sumut dilaksanakan besok (hari ini, Red),” terang Nainggolan. Kemudian, lanjut Nainggolan, pada malam hari dilaksanakan pisah sambut dan ramah-tamah di Tiara Convention Hall dihadiri unsur Muspida Sumut dan Medan serta sejumlah undangan lain. Selanjutnya, Kamis (24/3) Kapolda lama Irjen Pol Drs Oegroseno akan diantar Kapolda baru didampingi pejabat utama ke Bandara Polonia. “Setelah itu Pak Kapolda yang baru akan memberi pengarahan kepada personil di Aula Tribrata,” beber Nainggolan mengakhiri. (adl)sumutpost

Filed Under: Berita Baru Tagged With: adat karo, budaya karo

Gatot Lantik Bupati dan Wakil Bupati Karo

31 March 2011 by karo Leave a Comment

pelantikan bupati karo 2011

KABAJAHE- Dari hasil evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2010, Kabupaten Karo berada di urutan ke-22 dari 25 kabupaten/kota se-Sumatera Utara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Diharapkan dengan kepala daerah yang baru ini, Karo dapat berbenah ke arah yang lebih baik.

Demikian pesan Plt Gubernur Sumatera Utara, H Gatot Pudjonugroho ST pada acara pengambilan sumpah/janji jabatan dan pelantikan DR (HC) Kena Ukur Surbakti sebagai Bupati Karo dan Terkelin Brahmana SH sebagai Wakil Bupati Karo periode 2011-2016 pada sidang paripurna istimewa DPRD Karo di gedung dewan, Kabanjahe Jumat (25/3).

Sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Karo, Siti Aminah Br Perangin-angin SE didampingi Wakil Ketua Ferianta Purba SE dan Onasis Sitepu ST, Gatot meminta agar Karo membangun kerjasama yang harmonis dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan daerah.
Karena sangat disayangkan nantinya, bila sumber kekayaan alam dan potensi daerah yang dimiliki Karo seperti buah-buahan dan sayur dapat dapat diolah dengan baik.

Selain itu, tuntutan untuk mewujudkan good governance dan clean government sudah menjadi hal penting sejak krisis finansial tahun 1997-1999 yang luas menjadi krisis multidimensi. Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan dalam bentuk reformasi penyelenggaraan negara, termasuk birokrasi pemerintahan.

Prilaku birokrasi yang cenderung mengedepankan kekuasaan dan kurang peka terhadap perkembangan masyarakat harus segera ditinggalkan dan kemudian diarahkan menjadi birokrasi yang terbuka, transparan, akuntabel, profesional dan mampu memberikan pelayanan publik berbasis customer service.

Di akhir acara, ketika hendak menutup sidang, Ketua DPRD Karo Siti Aminah menanggapi sambutan Plt Gubsu menyangkut soal penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten/Kota se-Sumut tahun 2009, berdasarkan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah tahun 2009 menempatkan Karo pada peringkat ke-22 dari 25 Kabupaten/Karo. (wan)sumutpos

Filed Under: Politik Tagged With: bupati karo 2011, pelantikan bupati karo

Karo Berharap Pertahankan Gelar Juara Umum

15 March 2011 by karo Leave a Comment

Gelar juara umum yang diraih Pengurus Cabang Wushu Indonesia (Pengcab WI) Tanah Karo pada Kejurda Wushu Sanshou Junior dan Senior tahun lalu, diharapkan dapat dipertahankan pada pelaksanaan serupa tahun ini.

Harapan tersebut disampaikan Bupati Tanah Karo melalui Asisten II Simon Sembiring, Sabtu (12/3) di Taman Simalem Resort,ketika melepas keberangkatan Tim Wushu kabupaten tersebut mengikuti Kejurda Sanshou Junior/Senior Sumut yang akan berlangsung 17-20 Maret di Unimed.

Pemberangkatan Tim Wushu Karo ini terkesan lain dari biasanya, karena digelar di sela -sela pelantikan WI Tanah Karo Priode 2010-2014. Tak heran acara tersebut dihadiri Muspida Plus, pengurus KONI Karo, Ketua Umum WI Karo Ferianta Purba SE dan para tokoh Tanah Karo.

Simon dalam kesempatan tersebut memesankan kepada para atlet, tetap menjaga disiplin dan bertanding penuh semangat demi nama baik Tanah Karo.

Secara terpisah Pelatih Salwi Simbolon didampingi Asisten Pelatih merangkap atlet Moses Milala menjelaskan, Tim WI Karo pada Kejurda Sanshou Junior/Senior Sumut 2011 berkekuatan 15 atlet (9 junkor dan 6 senior).

Dikatakan, pihaknya memang bertekad bisa mempertahankan gelar juara umum yang diraih tahun lalu.

“Pada Kejurda tahun lalu kami menjadi juara umum setelah meraih 9 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu. Kami berharap dan akan berusaha meraih hasil lebih baik lagi di Kejurda tahun ini,” kata Salwi dan Moses. (analisadaily)

Filed Under: Berita Baru Tagged With: cabang olahraga, sportifitas

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 42
  • Page 43
  • Page 44
  • Page 45
  • Page 46
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home