• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Turi-turin padan Pengindo

2 May 2012 by karo Leave a Comment

Kenca seh telu bulan jelma manusia ipetuang-tuang, i petembe-tembe Dibata ibas bertin nandena, maka jelma manusia enggo ertempas bagi jelma manusia. Ije reh nina Dibata man tinepana e, “Kai kal nge pemindomu, maka engko nggit jadi jelma manusia?”

E reh nina tinepa Dibata e man Dibata, “Aku la nggit jadi jelma manusia.” E maka ndekah i aneng-aneng Dibata, gelah nggit tinepana e jadi jelma manusia. Dungna nina Dibata, “Erjanji kita, kai pe pemindonmu kubere gelah ko nggit jadi jelma manusia. Jenari erpadan ka kita, maka bicara kuga gia, mesera ntah entabeh ibas wari terang pagi, ola kal i sumpahi ko aku, tapi sumpahi gelah jadi pengindonmu, di kune pagi la i akapko sikap kerna kegeluhenmu.

Emaka gengudari bahanlah pemindonmu, kai pe i pindo ko kubere gelah nggit jadi jelma manusia ndai. Entah jadi raja atem, entah jadi penggual, entah jadi erende-rende, entah jadi pande namora, enta jadi percakap-cakap, entah jadi kalak merawa maka dat nakan, entah jadi perjuma, entah jadi kadi denga si deban, gelah engko nggit nandangi wari terang ndai.”

Jenari nina ka dibata man tinepana, “Bage pe kerna perjabun entah mesera iakap ko muat empon, entah mesunah, entah empo la erngadi-ngadi, entah la pernah mbalu, entah mbalu la erngadi=ngadi. enta la enggo pernah mate anak, entah mate anak la erngadi-ngadi. Entah mesera muat naka pagi rebi, entah la pe latih kujuma reh rusur nakan man pangan. Entah jadi permakan melala lembu ras kerbo man permakanen, las la tampil las, udan la tampil udan, i embari nge rusur asuh-asuhen gelah ola ku juma kalak.

Kerna umur, banci ndekah ngiani wari terang, cawir metua nggawer-gawer abu, entah mate danak-danak, entah mate nguda anak perana.
Melala atem beras i raukmu man belanjam ibas wari terang ndai, entah sitik saja i jemput ko pe banci kubere nge, mbue ras sitik atem dorek nge”

Bae pe man pemindon si diberu, i sungkuni Dibata ka nge pemindonna maka ia nggit jadi jelma manusia.

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: turi-turin karo

Degradasi Simbol Ke-Karo-an

16 April 2012 by karo 1 Comment

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Dalam sejarah bangsa tidak terlepas dari peradaban  dan budayanya. Tingginya peradaban dan budaya akan terlihat dalam peninggalan budaya, peralatan rumah tangga dan rumahnya. Simbol-simbol akan tampak dalam peradaban dan budaya itu sendiri. Begitu juga dengan suatu suku bangsa Karo, tentu  mempunyai banyak simbol. Tulisan ini bukan membawa  kea rah pemikiran sempit kesukuan, tapi lebih mengarah kedepan bagaimana keberadaan suatu suku diharapkan dimasa yang akan datang, dalam tatanan suku-suku diantara bangsa Indonesia.

Kaya Simbol    

Bila kita mempelajari sejarah bangsa Indonesia, apa yang dicapai sekarang merupakan akumulasi dan perkembangan dari masa lalu. Dengan kata lain dengan modal masa lalu kita tatap masa depan. Masalahnya, bagaimana memilih diantara banyak symbol untuk digunakan simbol  masa depan. Simbol Sumpah Palapa “menyatukan nusantara”, Sumpah Pemuda menyatakan “kedaulatan rakyat” dan kaum wanita sosok kartini sebagai simbol “kemajuan berpikir wanita”. Demikian juga suku Karo, simbol apa digunakan untuk masa depan.  Antara lain  simbol terdapat di masyarakat Karo:

  • Capah dan pinggan Pasu adalah simbol  kenikmatan makan bersama
  • Sekin, pisau belati dan tumpuk lada simbol sebagai pekerja dan peralatan senjata
  • Ukat dan kudin simbol peralatan rumah tangga.
  • Kampil dan isinya simbol pergaulan
  • Gung, kulcapi, baluat,surdam sarunai, penganak dan gendang symbol kesenian
  • Maba belo selambar symbol perkenalan keluarga dalam proses pelamaran
  • Nganting manuk symbol satu keluarga melamar pihak perempuan
  • Kerja symbol pengesahan secara peradatan perkawinan
  • Luah kalimbubu singalo bere-bere simbol kemandirian dan berkat  untuk berkeluarga
  • Amak mbentar simbol keberadaan dan penghormatan
  • Aron simbol kebersamaan dalam kesetiakawanan dalam bekerja.
  • Rumah adat siwaluh jabu simbol kebersamaan , kesatuan keluarga dalam tata cara adat.
  • Uis gara, Uis Nipes beka buluh, Gatip dan Kampuh simbol tata busana pakaian Karo.
  • Jambur simbol tempat pertemuan musyawarah mufakat
  • Ertutur merupakan symbol tata pergaulan Karo.

Dalam kehidupan peradaban dan peradatan Karo simbol ini banyak tidak dipakai disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Ada juga menganggap itu tidak perlu atau seadanya saja. Kalau kita sepakat bahwa symbol ini menunjukkan tingginya peradaban dan peradatan maka perlu ditegaskan kembali arti pentingnya dan komitmen akan symbol tersebut. Filosofis symbol ini mungkin mempunyai makna yang mendalam dari nenek moyang sejak dahulu, apakah mestinya hal itu dilupakan. Sudah merupakan kewajiban generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkan symbol ini di masa mendatang.

Butuh simbol

Dalam berbangsa dan bernegara perlu  simbol seperti rambu lalulintas yang mengatur kapan maju, berhenti dan belok, semua  ada aturannya, begitu juga di masyarakat  suku Karo perlu simbol. Symbol ini yang mengatur dan bagaimana peradaban dan peradatan dilakukan. Dalam kehidupan era globalisasi ini terjadi degradasi symbol symbol entah itu alasan kuno, kepraktisan, buang-buang waktu ataupun ketergantungan ke pihak tertentu.

 Seperti contoh, “Uis gara “dan “uis nipes” dulu  sebagian proses produksi seperti pencelupan, dibuat di taneh Karo sekitar  berastagi, dewasa ini usaha seperti itu tidak ada, sehingga uis gara dan lainnya diproduksi oleh Batak Toba di daerah Balige. Apa konsekwensinya seperti ini, banyak yang dibuat uis nipes bukan  sesuai triwarna budaya Karo seperti, hijau ungu dan lain sebagainya. Ini merupakan proses evolusi penghilangan symbol tatabusana adat Karo. Pemerintah daerah dalam hal ini mestinya memberikan stimulus agar ada pengusaha Karo yang rela berinvestasi dalam hal ini.

 Didalam peradaban suku Karo ada beberapa rumah adat dimana kondisinya sudah memprihatinkan. Dengan tidak adanya upaya penyelamatan peninggalan tersebut menunjukkan adanya penurunan symbol Karo. Rumah adat Karo menunjukkan tingginya peradaban Karo, maka hal ini perlu dipugar.

Di dalam peradatan Karo, kalo dulu Luah kalimbubu benar-benar merupakan pemberian tanda kasih kepada bebere sama anaknya yang dipestakan. Masih saya ingat dimasa kecil bahwa ada keluarga memberikan sepetak ladang atau sawah Luah Kalimbubu, makanya banyak hak tanah, pemberian kalimbubu kepada anak beru ( bebere). Realitas yang ada sekarang,  oleh karena  yang didapatkan anak perempuan itu bukan bebere ndeher  atau orang lain , Luah Kalimbubu berubah menjadi Luah kalimbubu Simanjilenken, terjadi degradasi simbol. Kalau ingin lebih berarti mengapa tidak berpijak pada suatu realitas, misalnya bebere adalah tukang ojek, maka luah kalimbubu diberikan sepeda motor bekas misalnya.

 Didalam kekrabatan bekerja bersama-sama ke ladang atau sawah, bisa dikatakan berubah motivasi. Kalau aron masa lalu sama sama bekerja di ladang atau sawah si A, besok si B dan seterusnya bergiliran sesuai dengan banyaknya anggota Aron. Namun dewasa ini Aron sama dengan sama-sama bekerja untuk untuk mendapatkan upah, hal ini sangat marak di Berastagi dengan mendatangkan pihak pekerja dari luar Kabupaten Karo. Perbedaan mendasar disini adalah motivasi dan ikatan emosional tidak ada.

Mungkin perlu digalakkan semangat Aron oleh pemerintah daerah, dengan tidak semata-mata bermotivasikan upah.

Musik tradisionil kesenian Karo sangat syahdu dan bagus kedengaran di telinga, namun, dewasa  ini kondisi seni musik tradisionil ini sangat memprihatinkan dan pangsa pasarnya pun kecil lebih menjurus digunakan pada saat kematian saja. Bila dilihat sebab musababnya karena tren musik modern sudah merasuk ke masyarakat, kedua masyarakat sendiri susah mengikuti musik tradisionil ini.

Apapun alasannya seni tradisionil Karo merupakan tingginya peradaban Karo, maka sebaiknya di pertahankan dan dikembangkan. Sudah merupakan tanggung jawab kita secara bersama sama mengembangkan symbol peradaban seperti ini. Alangkah indahnya  seni musik modern berjalan, namun seni tradisionil tetap dipertahankan bukan mengambil alih seni tradisionil Karo.

Begitu juga dengan sikuning-kuningen dan cerita dongeng  merupakan symbol karya cerita dan sastra. Dewasa ini tidak adalagi generasi penerus dan minat generasi baru untuk menggali dan mengembangkan karya seperti itu. Padahal dulu saya masih sangat terkesan dengan cerita kak koang tangkona bungaku dan cerita putrid hijau. Ini menunjukkan tingkat kecerdasan suatu bangsa.

Simbol Masa Depan

Bangsa Indonesia mempunyai banyak symbol berbangsa dan bernegara antara lain Pancasila, bagaimana dengan Karo di masa mendatang symbol apa yang dapat dikembangkan kepihak luar Karo, yang dapat menunjukkan bahwa jati diri orang Karo dapat tercermin dari symbol symbol yang dimiliki. Simbol symbol diatas merupakan symbol yang digunanakan secara internal orang Karo, menjadi masalah kedepan adalah perlunya symbol yang dapat memperkaya khasanah budaya Indonesia  secara nasional atau bahkan secara internasional. Marilah kita mencoba bersama sama merumuskan masalah symbol kedepan, agar Karo dapat menunjukkan keberadaannya ditengah bangsa Indonesia dan Dunia.

Oleh; Drs. Liasta karo-Karo Surbakti

Ketua DPD HMKI Sejabotabek.

Filed Under: Opini Tagged With: masyarakat karo, simbol karo

Ornamen Rumah Adat Karo

13 April 2012 by karo Leave a Comment

Rumah Adat Karo

Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.

rumah adat karo

Si waluh jabu
Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Rumah sianjung-anjung
Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat juga terdiri atas sat atau dua tersek dan diberi bertanduk.
b. Rumah Mecu.
Rumah mecu adalah rumah yang bentuknya sederhana, bermuka dua mempunyai sepasang tanduk.
Sementara menurut binangun, rumah adat Karo pun dapat dibagi atas dua yaitu:
a. Rumah Sangka Manuk.
b. Rumah sangka manuk yaitu rumah yang binangunnya dibuat dari balok tindih-menindih.
c. Rumah Sendi.
Rumah sendi adalah rumah yang tiang rumahnya dibuat berdiri dan satu sama lain dihubungkan dengan balok-balok sehingga bangunan menjadi sendi dan kokoh. Dalam nyanyian rumah ini sering juga disebut Rumah Sendi Gading Kurungen Manik.
Rumah adat Karo didirikan berdasarkan arah kenjahe (hilir) dan kenjulu (hulu) sesuai aliran air pada suatu kampung.

depan rumah adat karo
(sumber photo [email protected])

Jabu dalam Rumah Adat

Rumah adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga. Penempatan keluarga-keluarga itu dalam bagian rumah adat (jabu) dilakukan berdasarkan ketentuan adat Karo. Rumah adat secara garis besar dapat dibagi atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe terbagi atas jabu bena kayu dan jabu lepar benana kayu. Demikian juga jabu kenjulu dibagi atas dua, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu. Inilah yang sesungguhnya disebut sebagai jabu adat. Rumah-rumah adat empat ruang ini dahulunya terdapat di Kuta Buluh, Buah Raja, Lau Buluh, Limang, Perbesi, Peceren, Lingga, dan lain-lain.

Ada kalanya suatu rumah adat terdiri dari delapan ruang dan dihuni oleh delapan keluarga. Malahan kampung Munte ada rumah adat yang dihuni oleh enam belas keluarga. Dalam hal rumah adat dihuni oleh delapan keluarga, sementara dapuar dalam rumah adat hanya ada empat, masing-masing jabu dibagi dua, sehingga terjadilah jabu-jabu sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren lepar ujung kayu.

Adapun susunan jabu dan yang menempatinya adalah sebagai berikut:
1. Jabu Benana Kayu.
Terletak di jabu jahe. Kalau kita kerumah dari ture jahe, letaknya sebelah kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunen simantek kuta (golongan pendiri kampung) atau sembuyak-nya.
Fungsinya adalah sebagai pemimpin rumah adat.
2. Jabu ujung Kayu (anak beru).
jabu ini arahnya di arah kenjulu rumah adat. Kalau kita masuk kerumah adat dari pintu kenjulu, letaknya disebelah kiri atau diagonal dengan letak jabu benana kayu. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak beru dari jabu benana Kayu.
Fungsinya adalah sebagai juru bicara jabu bena kayu.
3. Jabu Lepar Benana Kayu
Jabu ini di arah kenjahe (hilir). Kalau kita kerumah dari pintu kenjahe letaknya disebelah kanan, Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu benana kayu.
Fungsinya untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi diluar rumah dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu sungkun berita (sumber informasi).
4. Jabu lepar ujung kayu (mangan-minem)
Letaknya dibagian kenjulu (hulu) rumah adat. Kalau kita masuk dari pintu kenjulu ke rumah adat, letaknya di sebelah kanan. Jabu ini ditempati oleh kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu si mangan-minem.
Keempat jabu inilah yang disebut dengan jabu adat, karena penempatannya harus sesuai dengan adat, demikian juga yang menempatinya ditentukan menurut adat. Akan tetapi, adakalanya juga rumah adat itu terdiri dari delpan atau enam belas jabu.
5. Jabu sedapuren benana kayu (peninggel-ninggel).
Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta (jabu benana kayu), dan sering pula disebut jabu peninggel-ninggel. Dia ini adalah anak beru dari ujung kayu.
6. jabu sidapuren ujung kayu (rintenteng).
Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo kinapur (persentabin) kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh karena itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng.
7. Jabu sedapuren lepar ujung kayu (bicara guru).
Dihuni oleh guru (dukun) atau tabib yang mengetahui berbagai pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit.
8. Jabu sedapuren lepar benana kayu
Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu pendungi ranan. Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan oleh puang kalimbubu.
Sumber: Darwin Prinst (Adat Karo)

Filed Under: Berita Baru

Kini Saatnya Membangun Karo

13 April 2012 by karo Leave a Comment

Berbagai usaha dilakukan Masyarakat Karo baik di Taneh Karo maupun diluar Kabupaten karo, dalam penjaringan Balon Bupati Karo kurang lebih 38 orang, akhirnya telah menghasilkan buah dengan terpilihnya Drs. Daniel Daulat Sinulingga dengan Ir Nelson Sitepu dalam Pilkada lalu.

Berpuluh puluh karangan bunga sebagai ungkapan simpati dan selamat atas pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Karo tanggal 27 Desember 2005, pertanda ada harapan besar dari masyarakat Karo agar Bupati dan Wakil terpilih dapat membangun Karo sesuai dengan aspirasi masyarakat. Ada kebanggaan bagi masyarakat karena pilkada berjalan dengan lancar, aman, dan tertib. Kebanggaan ini merupakan modal dasar bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam pemerintahannya. Bupati yang dipilih langsung oleh rakyat mempunyai kekuasaan penuh yang dipercayakan oleh rakyat, oleh karena itu Kabupaten karo dimasa yang akan datang bukan hanya ditentukan oleh Bupati dan Wakil Bupati beserta jajarannya (pemerintah) tetapi masyarakat mempunyai suatu peran yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembangunan.

Harapan Masyarakat

Menyadari geografis yang dimiliki Kabupaten Karo, tentu harapan utama masyarakat tidak terlepas dari masalah pertanian dan pasca panen dari hasil pertanian. Artinya tanaman aman dan hasil tanaman bisa dijual dengan harga yang memuaskan. Petani merasa aman kalau ke pasar ( Pekan), tidak merasa terancam ataupun tertekan oleh kurang nyaman kondisi pasar yang semraut seperti selama ini. Selanjutnya masalah budaya dan parawisata Karo, bisa menjadi kebanggaan bersama masyarakat Karo di tingkat nasional maupun terwujudnya Berastagi sebagai “Swiss Van Sumatera” ditingkat Internasional.

Bila dilihat harapan ini, tidaklah terlalu besar karena kepercayaan masyarakat bahwa Bupati dan Wakil Bupati terpilih bisa mewujudkan harapan ini, juga sangat besar.
Ada beberapa alasan mengapa masyarakat percaya bahwa hal ini bisa terwujud. Pertama Bupati terpilih mempunyai pengalaman memimpin Karo, saat itu membawa perubahan didalam pembangunan fisik dan ekonomi. Kedua mempunyai visi dan misi yang realistis dalam keamanan, ekonomi pasar dan pembangunan fisik. Ketiga pilkada yang dilakukan adalah benar-benar pilihan rakyat (walaupun 42,5%), sehingga kebijakan dan program pemerintah yang ada akan didukung sepenuhnya oleh rakyat, minimal pendukung diatas. Keempat, kondisi Karo dititik kulminasi kejenuhan, dimana ingin perubahan. Itu berarti masyarakat sendiri mempunyai niat secara bersama sama ingin membangun daerahnya. Bupati dan wakil Bupati harus memanfaatkan kepercayaan masyarakat ini dalam membangun Karo. Kelima, sesuai dengan desakan nasional dimasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sekarang, agara Bupati dan Wakil terpilih sebaiknya menjauhkan diri dari tindakan yang mengarah kepada Korupsi., karena masalah korupsi saat ini sama seperti menyembunyikan durian, makin lama makin tercium oleh banyak orang.

Komunikasi dan Kerjasama

Agar pembangunan yang direncanakan berjalan sukses, Bupati dan Wakil Bupati terpilih sebaiknya mengadakan komunikasi dan kerjasama yang baik antar calon-calon bupati di Pilkada (waktu itu 6 pasangan), para balon-balon dalam penjaringan ( 40 orang) maupun tokoh masyarakat serta investor. Oleh karena Bupati dan Wakil merupakan pejabat publik, maka dalam menciptakan akselerasi bersama dalam membangun Karo, tidak menguntungkan apabila terjadi pengkotak-kotakan pendukung dan non pendukung.

Ada beberapa hal perlu diantisipasi, pertama hasil pilkada walaupun suara terbanyak namun belum menunjukkan mayoritas pemilih. Kedua adanya duri dalam daging dengan menarik dukungan sebelum dan saat Pilkada dari partai pendukung awal, bisa merupakan resistan (penghambat) dalam tujuan. Ketiga, pendukung setia atau tim sukses sedapat mungkin diakomodasi dan disosialisasikan bahwa Bupati dan wakil Bupati pejabat publik sehingga harus berbuat sama kepada masyarakat pendukung maupun non pendukung. Keempat, oleh karena di legislatif, anggota partai pendukung masih minoritas maka perlu dijalin kerjasama yang proporsional dengan dewan, walaupun peran anggota legislative dewasa ini tidak sedominan dulu sebelum otonomi daerah. Dalam penyusunan kepala Dinas hendaknya diperhatikan keprofesionalan tanpa membedakan arah dukungan semasa Pilkada.

Selama ini ada anggapan bahwa masyarakat Karo identik dengan masyarakat Karo yang tinggal di Kabupaten karo, hal ini perlu diluruskan karena masyarakat karo di luar Tanah Karo merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan kabupaten Karo hal ini terlihat dalam perhatian dan tindakan perbuatan masyarakat Karo tinggal di luar karo terhadap kabupaten Karo.

Upaya dalam dalam terciptanya komunikasi dan kerjasama yang baik diawali dengan adanya keterbukaan dari Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Keterbukaan dalam perencanaan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang maupun didalam pelaksanaan serta pertanggung jawabannya. Hal ini sejalan dengan tuntutan terciptanya Good Governance di pemerintahan.

Penutup

Pembangunan Karo hendaknya bukan hanya keinginan sebagian orang saja, tapi merupakan keinginan masyarakat, Karo secara keseluruhan. Dengan melihat kemajuan daerah daerah lain dalam pembangunan dan pemekaran menjadikan pemicu bagi masyarakat Karo secara bersama-sama untuk maju. Apabila tidak ingin tertinggal maka apa yang ada didaerah lain dapat menjadi kenyataan di daerah Karo, bisa kita realisasikan seperti pemekaran dan lainnya. Kebajikan dan Kebijaksanaan bersama sangatlah indah apabila ikuti kuan-kuan karo “Mari dage sikuning-kuningen gelah radu megersing ula siageng-agengen banci radu mbiring.” Selamat Bejuang dan berbakti, Bupati dan Wakil Bupati Karo, mbera-mbera bagi manuk sindung-indung, ugapape rupa anakna ike-pkepna kerina !!!

Oleh : Liasta Karo-Karo Surbakti, akt
Ketua DPD HMKI cabang Sejabotabek

Filed Under: Opini Tagged With: opini, tulisan

Kamus Karo Online

12 April 2012 by karo 6 Comments

kamus karo online

Kamus Karo Online

Kamus dan aksara Karo online bisa diakses di alamat kamus.karo.or.id, versi website ini v 0.1, karena masih banyak yang harus diperbaiki, seperti output hasil pencarian dan juga dari kecepatan pencarian kata.

Fitur Kamus Karo Online

1. Aksara Karo Online
dengan adanya aksara Karo online ini, diharapkan kita tidak lupa akan aksara Karo, dan bagi yang mau belajar aksara Karo makin mudah, karena kata/kalimat yang dicari langsung dibuat ke aksara Karo dan juga dijelaskan pemecahan perkatanya.
aksara karo online
2. Kamus Karo Online
Kamus kata Karo online, ini hanya bisa menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke Karo, dan hanya per kata.

Filed Under: Project Tagged With: aksara karo, kamus karo, kamus karo online

Alat Musik Karo

12 April 2012 by karo Leave a Comment

alat musik karo

Beberapa alat musik karo tradisional karo :
a.Kulcapi
Kulcapi adalah salah satu alat musik tradisional budaya karo. Kulcapi hampir sama dengan gitar akustik biasa hanya saja bedanya kulcapi hanya mempunyai 2 senar (1 dan 2), kulcapi tebuat dari bahan dasar kayu yang di ukir sedemikian rupa hingga menghasilkan suara yang harmony.
kulcapi
b. Sarune.
1. Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,
2.Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
3. ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
4. batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
5. gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.

balobat

c. Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya
Bagian-bagian gendang itu adalah:
gendang karo
1.tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
2.Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp). Salah satu sampel contoh ukuran untuk bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu
3.jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.
Untuk gendang indung, diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
(Sumber: dari berbagai sumber)

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: alat musik, gendang karo

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 9
  • Page 10
  • Page 11
  • Page 12
  • Page 13
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home