• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Portal Berita Karo

media komunikasi Taneh Karo, sejarah budaya Karo.

  • Home

Berastagi Tiada Duanya

18 July 2011 by karo Leave a Comment

tugu perjuangen berastagi
INGAT markisa dan jerus manis, ingat pula nama Berastagi, sebuah wilayah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut. Kawasan ini dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau.

Markisa brastagi sangat terkenal sampai ke seluruh Indonesia, dan banyak dibuat saripati sirup. Memang di Brastagi kalau tidak menikmati buah terasa kurang lengkap. Apalagi cuaca dingin dan sejuk sangat mendukung wisatawan, untuk memakan lebih banyak makanan.

Brastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf, dan lain-lain, sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Brastagi juga dikenal dengan julukan “Kota Markisa dan Jeruk Manis”.

Dari Kota Berastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu Gunung Sibayak dan Sinabung. Untuk mendaki Gunung Sibayak diperlukan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan.

Selain buah-buahan, Berastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bunga. Di Kota Brastagi dilaksanakan beberapa agenda pariwisata, antara lain “Pesta Bunga dan Buah” dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah”, yang digelar setiap tahun.

Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun-temurun dilakukan, yaitu “Kerja Tahun”. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut, ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan. Acaranya saling berkunjung dan bersilaturahmi.

Kawasan Berastagi memiliki panorama alam mirip Puncak atau kalau di Bandung mirip daerah Lembang. Perjalanan dari Kota Medan menuju Brastagi, memakan waktu antara 1,5 hingga 2 jam menggunakan kendaraan pribadi.

Sedangkan bila menggunakan angkutan umum, bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dengan menempuh jarak sekitar 80 km. Menariknya, di sepanjang perjalanan dapat dinikmati pemandangan yang sangat indah di kiri dan kanan jalan. Seperti perkebunan teh dan tembakau, serta aktivitas keseharian masyarakat Sumatra Utara.

Panorama alamnya yang begitu menawan dengan kesejukan suhu udaranya, dipastikan akan membuat siapa pun yang pernah berkunjung ke Brastagi merasakan sesuatu yang nyaman. Udara di sini sangat bersih dan sejuk, ini karena dikelilingi oleh pegunungan dan hutan-hutan yang sangat indah.

Dari Berastagi, perjalanan dapat dilanjutkan ke Tongging, sebuah kawasan wisata yang memiliki Air Terjun Sipiso Piso. Nama Piso mempunyai arti pisau. Memang air terjun ini tajam dan dalam, dengan dikelilingi oleh jurang yang sangat dalam di tanah Sumatra Utara. Jarak lokasi menuju air terjun ini kalau dari Kabanjahe sekitar 24 km, dan letaknya di sekitar tepi Danau Toba bagian utara.

Pemandangan di sekitar air terjun sangat indah, dengan ketinggian sekitar 130 meter. Namun untuk mencapai air terjun, dibutuhkan kehati-hatian dan kerja keras. Sebab jalan setapak menuju air terjun sangat curam dan banyak kelokan. Namun tentunya ada kepuasan sendiri saat bisa menikmati Brastagi dengan semua objek wisatanya. (efrie ch./”GM“)**
nb : judul asli Brastagi Tiada Duanya, brastagi seharusnya pake ‘e’ jadi Berastagi, bukan brastagi.

Filed Under: Opini Tagged With: kota berastagi, pariwisata

Gelar Radio-Radio bas Taneh Karo

13 July 2011 by karo 10 Comments

radio karo

PT. Radio Bahana Kusuma (RBK)
FM Freq 99.05 MHz Tanah Karo
Telp. 0628-20917
Fax. 0628-20931
Jl. Veteran Gg. Kembang No. 6 Kabanjahe

Radio Ersena FM
FM 93.90 MHz
081362008640
Jl. Pahlawan No. 15 Kabanjahe

PT. Radio Gray FM
102.4 MHz
Telp. 0628-92777
Fax. 0628-91277
Jl. Udara Ujung Tangkulan Berastagi

PT. Radio Turang
Jl. Berastagi

PT. Radio Irfa
FM 101.6 MHz
Jl. Berastagi

PT. Radio Bayu
FM 94.9 MHz
Telp. 0628-7000683
Jl. Kabanjahe – P. Siantar Simp. Mulawari No. 1

Radio Gundaling
Gg. Kejora Berastagi

adina lit si tehndu sideban banci tambahindu bas komentar, bagepe adina tehndu alamat websitena, ras ia nggo lit versi onlinena.Radio Karo Online banci i begikenndu i http://www.karo.or.id/radio-karo

Bujur Ras Mejuah juah kita kerina.

Filed Under: Pendidiken Tagged With: radio karo

Asal Usul Nama Gunung Sibayak

13 July 2011 by karo 5 Comments

Saya pernah dengar cerita dari Nini Bulang saya mengenai Gunung Sibayak, asal usul nama dari Gunung Sibayak, kenapa namanya dibuat Sibayak Pada zaman dulu katanya ada satu keluarga yang tinggal di Tanah Karo tidak jauh dari lereng Gunung Sibayak yang sangat miskin dan dia mempunyai dua orang Putra, Kira-kira putra yang pertama pada umur 17 tahun dan putra kedua berumur 15 tahun. Ayah mereka terserang penyakit dan meninggal dan satu tahun kemudian menyusul juga Ibu dari anak tersebut sakit dan meninggal juga. Jadi tinggal-lah dua putranya menjadi anak melumang ( Yatim piatu ), begitulah mereka menjalani hari-hari tanpa didampingi Ayah dan Ibu.

Waktu berjalan padi yang ditinggalkan semasa Ayah dan Ibu mereka masih hidup sudah berangsur-angsur habis. Mau tidak mau dua putra tersebut mencari lahan yang baru dan subur bermaksud ingin menanam padi. Merekapun sudah mendapatkan lahan yang mereka anggap subur dan bagus sekali untuk ditanami padi tepatnya tidak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal dilereng Gunung Sibayak yang dulunya nama gunung tersebut belum dinamakan Gunung Sibayak tentunya.

Jadi kedua putra tersebut sepakat menggarap dan membuka lahan tersebut dan mereka tanpa pikir panjang selesai membuka lahan, dibakar dan dibersihkan dan segera mereka langsung menanaminya padi. Hari-hari berjalan padi yang mereka tanam tumbuh bagus karena memang lahan baru yang sangat subur tentunya. pada umur kira-kira 2,5 bulan padi yang tumbuh subur sudah rata mengeluarkan buahnya dan sangat indah untuk dipandang mata. Mulai pada saat itu jugalah kedua putra tersebut harus setiap hari mulai dari pagi sampai matahari terbenam selalu berada diladang untuk menjaga padi mereka dari hama Babi hutan dan Monyet yang pada saat itu masih sangat banyak sekali.

Disela-sela mereka menjaga padi mereka juga meratakan sedikit tanah bermaksud ingin mendirikan sebuah Pantar atau bisa disebut gubuk kecil yang tinggi untuk memantau sekeliling ladang mereka dari atas. Pada saat mereka menggali dan meratakan lokasi Pantar tersebut tiba-tiba anak bungsu dari dua putra tersebut tersentak dan sedikit terkejut mendengar benturan alat yang dia tancapkan ketanah seakan-akan mengenai sebuah batu atau besi yang apabila berbenturan dengan benda keras lainnya mengeluarkan api.

Sibungsu inipun dengan segera memanggil saudaranya dan mereka menggali dan mengeluarkan benda tersebut. Setelah mereka berhasil mengeluarkan benda tersebut rupanya mereka menemukan sebuah priuk ( Kudin ) tertutup rapi yang terbuat dari kuningan pada zaman dulu.

Mereka berdua juga bertatapan mata yah pastinya dihati perasaaan sedikit senang lumayan bisa buat masak nasi atau merebus air ditengah ladang. Setelah dibersihkan bagian luar benda tersebut dan mereka bermaksud membersihkan bagian dalamnya rupanya didalam priuk tersebut ada sebuah benda kira-kira sebesar 2 gepalan tangan orang dewasa. Mereka langsung mengeluarkan benda tersebut dan mengusap-usap bagian luarnya, benda itu mulai kelihatan berkilau dan berwarna kuning.

Kedua putra tersebut semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jelas apa barang tersebut walaupun dalam benak mereka berdua sudah ada kemungkinan barang tersebut Emas yang sengaja disimpan tuan-tuan tanah yang kaya raya karena takut dirampas oleh musuh-musuhnya. yang tertua dari kedua putra tersebut langsung menggigit bagian tepi benda tersebut hasilnya bekas gigi anak tersebut langsung melesup dan meninggalkan bekas sepertinya tidak sekeras batu atau besi yang apabila digigit tidak akan melesup dan meninggalkan bekas.

Putra sulung dari kedua putra tersebut semakin merasa pasti bahwa benda tersebut adalah Emas dan dia juga langsung memastikan kepada adiknya kita akan kaya raya karena ini adalah emas peninggalan nenek moyang Zaman dulu dan memang anggapan mereka benar karena memang benar barang yang mereka temukan itu adalah Emas.

Matahari semakin redup, haripun sudah mulai gelap, kedua putra tersebut sepakat untuk pulang dan membawa benda yang mereka temukan ke-Gubuk yang tidak begitu jauh dari ladang itu. Pada malam hari selesai santap malam kedua putra tersebut juga kembali berembuk bagaimana caranya supaya benda tersebut bisa dijual dan akan mendapatkan uang yang banyak tentunya.

Kesepakatanpun akhirnya mereka dapatkan dimana kalau kedua Putra tersebut pergi ke Kota untuk menemui pembeli barang tersebut

tidak bisa dilakukan, sebab salah satu orang harus menjaga padi mereka diladang dari hama babi dan monyet yang sangat ganas dan siap menghabiskan padi yang sudah mulai menguning.

Keputusanpun akhirnya diambil bahwa putra sulung akan pergi keKota untuk menjual benda yang mereka temukan tersebut dan anak yang bungsu tetap pergi keladang untuk menjaga padi dengan kesepakatan akan mebawa semua hasil penjualan keladang dan pastinya dibagi sama rata.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali kedua putra tersebutpun beranjak pergi dimana yang bungsu berangkat keladang dan yang Sulung berangkat keKota.

Tibalah putra yang sulung ditempat berkumpulnya orang-orang kaya biasanya berjual beli sesuatu yang dibutuhkan termasuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, cabe, ayam, Kuda dan sebagainya yang tentunya datang dari berbagai daerah.

Mulailah putra sulung ini mendekati sekumpulan orang yang dia anggap bisa membeli benda yang dia temukan itu. tawar menawarpun hargapun akhirnya terjadi, tapi karena tawaran dari pembeli ini belum dianggap pantas maka putra sulung ini melanjutkan perjalanannya ketempat yang lebih rame yaitu: Kaban Jahe, disitu ia langsung menemui sekumpulan orang yang dianggap juga bisa membeli barang tersebut.

Tawar menawar hargapun kembali terjadi, salah satu dari yang menawar ini yang sangat kaya raya saat itu tertarik karena dia sudah bisa memastikan langsung bahwa benda itu adalah Emas dan dia langsung mengajak putra sulung ini kerumahnya dan menawarkan lembaran uang kertas tertinggi pada saat itu satu karung ditukar dengan benda tersebut tanpa dihitung berapa jumlahnya.

Putra sulung inipun tidak berpikir panjang dan menerima tawar orang tersebut karena uang yang ditawarkan itu memang sangat banyak sekali jumlahnya. Dengan uang sebanyak itu bisa langsung membuat dia sebagai orang yang sangat kaya raya. Putra sulung inipun langsung mengikat sebelah dari lobang sarung yang ia selempangkan dari ladang dan memasukkan uang tersebut.

Dia memasukkan uang kertas tersebut sambil menekan-nekan supaya muat kedalam sarung tersebut dan dia langsung mengikat lobang sarung yang satunya seolah-olah seperti dia memabawa hasil panen dari ladang dan siapapun tidak menyangka bahwa isinya sebenarnya adalah uang.

Tanpa berbasa-basi yang panjang putra sulung inipun langsung berpamitan pulang dan membawa karung tersebut menelusuri jalan

pulang. Pastinya dia akan kembali jalan kaki melewati Berastagi menuju lereng Gunung Sibayak yang kita sebut sekarang.

Sesampainya di Berastagi dia berhenti sebentar untuk melepas dahaga karena maklum berjalan kaki dari Kabanjahe ke Berastagi ternyat cukup melelahkan dirinya. Dipemberhentiannya itulah pikiranpun mulai berdatangan silih berganti maksud hatinya mau dibagaimanakan uang tersebut. Diapun beranjak dari pemberhentiannya setelah mengeluarkan beberapa lemabar uang tersebut dan menghampiri para penjaja makanan yang mereka sangat idam-idamkan dirumah selama ini.

Putra sulung tersebut juga membungkus makanan-makanan tersebut dengan jumlah yang lumayan banyak sekali. Tak lupa juga dari situ dia mampir ketoko-toko kecil yang ada dipinggiran jalan yang biasa dibuka para pendatang untuk menjajakan

penyubur dan pembasmi hama-hama tanaman.

Hari sudah sore putra sulung tersebutpun bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang keladang maklum tidak

menyiapkan obor untuk persiapan apabila kemalaman dijalan. Kira-kira setengah jam lagi perjalanan sampai digubuk putra sulung inipun kembali berhenti dan membuka semua makanan yang dia beli tadi, tidak lupa juga sekalian membuka bungkusan kecil yang dia beli dari Toko-toko kecil yang menjajakan penyubur dan pembasmi hama tersebut.

Tanpa berpikir panjang diapun mengaduk bahan itu kedalam semua makanan yang dia bawa maksud hati supaya isi dari ikatan sarung yang dia bawa tidak akan ada perbagian dan menjadi milik sendiri. Diapun cepat-cepat meneruskan perjalanan pulangnya ke Gubuk tua peninggalan dari orang tuanya tersebut, sesampainya di Gubuk dia tidak menemukan adiknya, memang hari belum begitu gelap sudah pasti adiknya masih diladang untuk menjaga padi dari ganasnya hama.

Tanpa menurunkan satupun barang yang dia bawa diapun langsung bergegas menuju ladang bermaksud menemukan sang adik.

Keseharian adiknya yang menjaga padi dari hama-hama tersebut rupanya perasaan yang sama juga dia rasakan, bagaimana dan diapakan nanti uang tersebut apabila si Abang datang dan akan membawa uang yang sangat banyak. Semenjak itu juga dia lengah manjaga padi dan dia bergegas untuk memasang ranjau ( Ragem ) yang terbuat dari tajamnya bambu dan ditarik penyambuk kayu yang dilengkungkan.

Disetiap jalan masuk dari Gubuk mereka yang menuju ladang sudah terpasang rapi dan siap menelan korban apabila tersentuh seutas tali yang dikaitkan ke penyambuk tersebut. Memang Inisiatip sang adik pas sasaran karena putra sulung yang lagi tergesa-gesa menuju ladang langsung terperanjak dan bersimbah darah tanpa sempat memberikan kata-kata terakhir.

Putra bungsu itupun langsung menghampiri abangnya, dia menemukan abangnya yang sudah tidak bernyawa dia tidak menghiraukan abangnya dan langsung membuka bungkusan sarung yang dibawa abangnya tersebut. Putra bungsu tersebutpun kagum dan sangat senang melihat uang kertas yang sangat begitu banyak. Disitulah dia melihat bungkusan satunya yang belum sempat lepas dari genggaman abangnya itu. Pelan-pelan dia menarik bungkusan itu dan membukanya, perasaan senangpun kian bertambah karena melihat isinya semua makanan yang sangat enak.

Tanpa berpikir panjang diapun langsung menyantap makanan itu maklum lapar seharian menjaga padi diladang. belum selesai menghabiskan makanan itu putra bungsu inipun sudah mulai merasakan mual bercampur pusing tanpa pergerakan yang jauh

diapun terjatuh dan meninggal.

Dari cerita inilah diketahui tidaklah ada orang yang kaya ( Bayak ) semua kembali ke Gunung itu, Gunung itulah yang sebenarnya kaya ( Bayak ) maka disebutlah dia Gunung Sibayak.

***

Saya tidak tahu kebenaran cerita ini yang sesungguhnya apakah ini hanya sekedar dongeng yang diceritakan Bapak saya sebelum saya tertidur bermaksud supaya saya tidak berkeliaran main. Namun saya pikir adalah ini hanya Karo dan Ceritanya dibuat Karo dan terjadinya ada diKaro tambah yang membuat adalah Karo.

Saya hanya percaya Karo / orang Karo yang diciptakan oleh Tuhan semenjak ia menjadikan langit bumi beserta isinya. Tertarik Asal Usul Karo Versi Drs Janggun Sitepu tinggal menambahkan kedepan dan kebelakang cerita tersebut. Kebelakangnya mungkin sewaktu bangsa Israel membangun menara yang tinggi bermaksud supaya bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan disitulah Tuhan marah dan pada saat itu juga terjadilah manusia masing-masing, tidak saling mengetahui baik dari bahasa dan kebudayan yang satu sama yang lain. Dan pada saat itu jugalah salah satu dari pasangan tersebut mereka adalah Orang Karo dengan bahasanya sendiri dan mengarah kepada masing-masing tempat yang diarahkan Tuhan tentunya. Dari situlah Tuhan mengarahkan satu pasang ini ketempat Karo dan mempunyai lima orang anak laki-laki semua dan seterusnya dan seterusnya.

Melala bujur ras Mejuah-juah,

Robinson Sitepu

Shizuoka-ken Japan

milis karo

Filed Under: Cerita Rakyat Tagged With: depan, gunung sibayak, Sejarah

Penamaan Sisingamaraja XII untuk Tahura Ditolak Masyarakat Karo

29 June 2011 by karo 2 Comments

Ini memang sebuah fenomena yang sudah agak lama. Terjadi pada tahun 1988 lalu, dimana masyarakat Karo secara tegas menolak penamaan Taman Hutan Rakyat (Tahura) yang berada di desa Tongkoh, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo akan diganti menjadi Taman Hutan Raya Sisingamangaraja XII. Adapun yang menjadi dasar orang Karo protes atas penabalan nama baru menjadi Taman Sisingamaraja XII tersebut adalah, bahwa Tahura yang berada pada wilayah Tanah Karo bukanlah daerah asal Sisingamaraja dan tentu disini orang Karo dari dulu juga sudah menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari Batak (Sisingamaraja adalah Pahlawan Nasional dari Tanah Batak dan bukan dari Tanah Karo).

Gerbang depan TahuraAwal protes penamaan Tahura menjadi Taman Hutan Raya Sisingamangaraja XII yang sempat tertera di gapura Tahura terjadi pada bulan Februari sampai April tahun 1988. Adalah yang ikut dalam protes ini terdiri dari elemen masyarakat, mahasiswa dan juga ormas, serta pihak DPRD di Kabupaten Karo juga menolak pemakaian nama Sisingamangaraja XII itu.

Sementara puncak dari protes itu sendiri terjadi pada 6 Juni 1988, gapura di Tahura dibakar oleh massa hingga separuh hiasannya rusak. Karena persoalan penamaan Tahura kian memanas, DPD AMPI Sumut bahkan pernah mengirim surat kepada Wapres Sudharmono yang menjabat waktu itu. Protes AMPI ini dengan gamblang menyebut pahlawan nasional itu secara historis tak pernah berjuang di Tanah Karo. Basis perjuangan Sisingamangaraja memang hanya di Tanah Toba, Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Karo menyarankan agar ditabalkan saja nama-nama yang bersifat nasional. Misalnya Tahura Super Semar atau Tahura Pancasila. “Itu kami usulkan untuk menghindari dampak psikologis negatif yang meresahkan masyarakat,” ujar Sem Antonius Sembiring, ketua delegasi pengunjuk rasa ke DPRD waktu itu.

Atas desakan dari berbagai elemen masyarakat Karo, akhirnya tuntutan mereka ditanggapi oleh pemerintah dengan memberikan nama Tahura bukit Barisan dan membatalkan penamaan Taman Hutan Raya Sisingamangaraja XII. Merupakan sebuah jalan tengah yang setengah hati, tapi namanya orang Karo dalam hal ini tidak mau memperpanjang persoalan dan yang sudah sudahlah. Siapapun makhfum bahwa Tahura itu berada di Tanah karo sehingga syogianyalah nama tokoh Karolah yang sepantasnya ditabalkan. sumber

Filed Under: Berita Baru

Karo bukan Keturunan si Raja Batak

29 June 2011 by karo 85 Comments

Batak sering disebut sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama batak itu sendiri sering dijadikan rujukan untuk mengidentisifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Utara.

Adapun suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah, Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola. Namun bila ditinjau dari segi sejarah, maka anggapan Karo adalah bagian dari Batak merupakan presepsi yang sangat keliru. Kutipan tulisan dari koran Suara Pembaruan dengan judul “Siapakah Orang Batak Itu?” yang terbit pada 29 Januari 2005, menyebutkan bahwa benar, bangsa Batak adalah keturunan langsung dari si Raja Batak.

Si Raja Batak pada tulisan itu diperkirakan hidup di sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus.

Pada tahun 1275, Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400, kerajaan Nakur berkuasa di sebelah timur Danau Toba, dan sebagian Aceh. Dengan memperhatikan tahun dan kejadian di atas, diperkirakan si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan Danau Toba (Portibi), atau dari barat Danau Toba (Barus), yang mengungsi ke pedalaman akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya, ditempatkan di Portibi, Padang Lawas, dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun)

Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak, seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dan sebagainya, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.

Selanjutnya menurut buku Leluhur marga-marga Batak, dalam silsilah dan legenda, yang ditulis Drs Richard Sinaga, Tarombo Borbor Marsada anak si Raja Batak ada tiga orang, yaitu Guru Teteabulan, Raja Isombaon, dan Toga Laut. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga Batak.

Di antara masyarakat Batak, ada yang mungkin setuju bahwa asal-usul orang Batak dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa menyangkal bahwa Si Raja Batak yang pada suatu ketika antara tahun 950-1250 Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak?

Dari sejarah Batak yang tertulis di Koran Suara Pembaruan ini, maka kita dapat membuat perbandingan antara kehidupan Si Raja Batak dengan sebuah kerjaan besar bernama Aru yang disebut-sebut sebagai kerjaan yang pernah berdiri di wilayah pantai timur Sumatera Utara saat ini. Dari catatan kronik Cina pada masa Dinasti Yuan, disebutkan bahwa pada tahun 1282 Kublai Khan menuntut tunduknya penguasa Haru pada Cina. Tuntutan itu disebutkan ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh saudara penguasa Haru pada 1295. Maka dari catatan ini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Aru sendiri pasti sudah ada sebelum tahun 1282? Antara Karo dan Kerjaan Aru selalu terkait, bahkan terdapat indikasi bahwa penduduk asli Haru berasal dari suku Karo, seperti nama-nama pembesar Haru dalam Sulalatus Salatin yang mengandung nama dan marga Karo.

Membandingkan antara masa kehidupan si Raja Batak dengan masa berdirinya Kerjaan Aru yang secara bersama-sama hidup diantara abad ke-12 sampai abad ke-13 dengan dua kerjaan yang berbeda, maka sudah tentu, antara nenek moyang Batak dengan nenek moyang Karo itu berbeda. Disatu sisi nenek moyang Batak berasal dari Si Raja Batak. Namun disisi lain nenek moyang Karo berasal dari Kerjaan Aru yang rajanya disebut juga dengan Pa Lagan (nama orang karo). sumber

Filed Under: Sejarah Tagged With: depan, patam patam, soekarno landek

Duta Seni Sumatera Utara

23 June 2011 by karo 1 Comment

seni

    Oleh : Dr. Wahyu Tri Atmojo. M. Hum

Bebarapa minggu lalu ada perhelatan hebat di Sumatera Utara. Sumatera Utara terdiri dari 33 pemerintah kabupaten/kota (pemkab/pemko) menyelenggarakan event tingkat regional. Masing-masing pemkab/pemko mengirimkan dutanya untuk bertanding dan beradu nyali serta talenta dalam acara Lomba dan Festifal Seni Siswa Nasional (LFSSN) tingkat SMP.

Ada dua belas cabang seni yang diperlombakan. Seni kriya, vokal grup, kreativitas seni tari, seni baca al-Qur’an, cipta cerpen berbahasa Indonesia, story telling, musik tradisional, menyanyi solo, senilukis, cipta lagu, cipta puisi dan desain motif batik. Masing-masing pemkab/pemko melakukan seleksi di daerahnya masing-masing, kemudian dikirim untuk berlomba di tingkat Propinsi Sumatera Utara.

Dalam pendidikan terangkum unsur pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang terpadu dalam kreativitas dan kepribadian siswa. Pendidikan sebagai salah satu unsur kebudayaan memiliki peran yang strategis.

Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa selayaknya dibekali pendidikan, baik kognitif, afektif dan motorik selaras dan seimbang serta proporsional. Dengan perkataan lain, dia bisa melakukan (psikomotorik). Berdasarkan ilmu yang dimilikinya mereka memasuki tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran. Pembelajaran untuk membekali siswa agar bisa hidup mandiri. Setelah dewasa, tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami. Kompetensi siswa yang mendesak dan harus dimiliki selama proses dan sesudah pembelajaran kemampuan kognitif.

Kesenian merupakan salah satu wadah bagi manusia untuk mengekspresikan diri dan jiwa zamannya. Kesenian juga memiliki posisi strategis dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan seni, siswa akan mampu mengasah kepekaan hati dan nurani. Ppada akhirnya akan memperhalus budi pekerti dan tingkah lakunya. Sebagai upaya memberikan ruang bagi kreativitas dan potensi siswa tingkat SMP di bidang seni dan sastra, event ini harus diselenggarakan. Diharapkan mampu mewadahi berbagai kegiatan seni dan sastra serta mampu mengangkat potensi yang dimiliki siswa, hingga mampu memberikan prestasi dan kebanggaan bagi dunia pendidikan. Lebih jauh lagi akan membina dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam bidang seni dan sastra. Menanamkan sikap apresiasi seni dan sastra terhadap nilai-nilai tradisi yang berakar pada budaya bangsa serta mengembangkan sikap kompetitif dalam diri siswa yang berwawasan global. Tidak dapat dipungkiri, arus globalisasi sangat cepat dan pesat, selalu mengancam generasi penerus kita.

Ajang Kreativitas Anak

Terselenggaranya festifal dan lomba tingkat SMP ini merupakan ajang kreativitas anak. Di dalam sebuah perlombaan pasti ada dua hal yang selalu menyertainya. Dua hal itu menang dan kalah. Dua hal ini merupakan bahan latihan mental bagi peserta didik tingkat menengah pertama. Mereka sama-sama beradu dalam mental dan kreativitas. Bagi pemenang mentalnya pasti terangkat. Mereka dijadikan orang yang berjasa dan memberikan nama baik bagi guru pendamping maupun bagi sekolahnya. Mereka yang belum beruntung/tidak juara, harus lebih siap mentalnya.

Bagi mereka yang menang akan menjadi duta seni bagi Provinsi Sumatera Utara ke tingkat nasional. Kemampuan, kreativitas dan kemahiran mereka diadu secara nasional. Mereka beradu dengan kontestan dari provinsi lain.

Ajang Pembinaan bagi Patron

Mengacu pada teori sosiologi budaya sebagaimana diungkapkan oleh Raymond William, dalam sosiologi budaya itu terdapat tiga aspek pokok dalam lembaga yang berkompeten. Institution (lembaga), content (isi) dan efects (efeknya). Lembaga adalah institusi yang memiliki peran sebagai patron maupun pelindung. Dalam hal ini pemerintah (kepala dinas pendidikan, guru pamong mau pun guru pendamping). Ketika sebuah lembaga budaya menjalankan sebagaimana mestinya, mereka akan mampu dan berhasil menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Demikian sebaliknya. Apabila mereka hanya sekedar sebagai simbol yang gagah dan berbobot tetapi kurang serius dalam menanganinya. Niscaya hasil buruk akan menyertainya dan nantinya sudah tidak dianggap lagi. Kita tidak bisa lepas dari mereka karena memang ada ketergantungan tinggi, yakni hubungan simbiosis mutualisme kerja sama saling menguntungkan. Kalau memang sudah menjadi sebuah patron mempunyai tugas membina, melindungi, bahkan berperan penuh terhadap fasilitas yang diperlukan. Hal itu akan berdampak luar biasa terhadap semua pihak. Ada kebanggaan yang sulit untuk dilupakan, bagi sebuah lembaga. Sebagaimana yang terjadi dalam sebuah kerajaan tempo dulu, seorang raja berperan ganda dalam kerajaan maupun terhadap kelangsungan para empu yang menciptakan karya yang adi luhung. Adi luhung akhirnya mencapai puncak kejayaannya, hingga mendapat predikat klasik. Perhatian serius disertai dukungan dana maksimal membuat kenyamanan bagi para empu. Hal itu sangat terasa, hingga saat ini. Meskipun adakalnya kita hanya bisa memanfaatkan dan sekedar mengembangkan, yang namanya pakem tidak bisa kita tinggalkan.

Content atau isi merupakan produk budaya. Produk yang dihasilkan dalam event ini karya seni, baik senirupa, senitari, maupun seni lainnya yang tergabung di dalam dua belas kategori cabang seni. Produk merupakan hasil kreativitas setiap kontestan yang berjuang dan berusaha keras untuk mendapatkan hasil maksimal. Patut kita apresiasi tinggi, produknya apat dijadikan sebagai langkah awal pembinaan ke depan. Hal ini penting karena ditangan mereka calon-calon generasi penerus patut dibanggakan. Efek adalah dampak bagi kehidupan sosial. Hal ini sudah barang tentu akan memberikan dampak positif bagi lingkungan mereka. Bagaimana tidak, bahwa mereka berjuang dan berusaha untuk menghasilkan produk terbaik. Produk-produk secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi bagi anak lain seusia dengan mereka. Jika karya mereka nantinya dipajang di kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara. Kita tahu kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara tiap hari banyak orang-orang beraktivitas. Selain sebagai media pembelajaran bagi masyarakat luas, akan meningkatkan daya apresiasi tinggi bagi keberlangsungan cipta seni di Sumaera Utara.

Duta Seni Sumatera Utara

Kontestan dalam event FLS2N dari masing-masing propinsi akan berkumpul di Bogor dan Makasar. Menarik mencermati duta dari Sumatera Utara yang dikirim ke tingkat Nasional. Mereka yang meraih juara 1 di masing-masing cabang seni yang dilombakan dijanjikan dikirim sebagai duta atau wakil Sumatera Utara. Hal itu harus menjadi kenyataan, hingga kepercayaan semakin tinggi bagi peserta dan guru-guru pendamping. Seandainya dikemudian hari ada acara lagi dalam event yang sama pesertanya lebih banyak lagi. Setiap pemkab/pemko diwajibkan untuk mengirimkan wakil pada setiap cabang seni. Ini merupakan marwah setiap pemkab/pemko untuk ajang kebolehan kepala dinas pendidikan sebagai patron yang memang dituntut untuk berperan aktif dalam membina dan mengembangkan kesenian.

Dari semua cabang seni yang dilombakan patut mendapatkan apresiasi tinggi. Demikian hal yang menarik, lomba desain motif batik dan seni lukis. Sebagai pemenang pertama dalam lomba desain motif batik adalah Sakinatun Najmi Sibarani yang berasal dari SMPN 2 Tebing Tinggi. Bagi Najmi mungkin sudah terbiasa menggoreskan pensil di atas kertas gambar dengan membubuhkan ornamen, baik ornamen pendukung maupun ornamen utama atau inti. Pendamping atau pendukung artinya Najmi telah memilih motif geometris sebagai hiasan pinggirnya, sedangkan ornamen utama atau intinya menampilkan ornamen tumbuh-tumbuhan yang merupakan perpaduan dari ornamen tradisional Melayu dan Batak. Kita tahu motif geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Ornamen tradisional Melayu dan Batak merupakan sumber budaya lokal Sumatera Utara. Sebagai juara kedua diraih oleh Intan Sari dari SMPN 7 Tanjung Balai. Untuk juara ketiga diraih oleh Raymond Tarigan dari SMP Santa Maria Kabanjahe. Tarigan menampilkan kreativitasnya dengan menggoreskan ornamen Karo sebagai ornamen pokoknya, sedangkan ornamen pendampingnya menggunakan motif boraspati. Ketiga kontestan lomba desain motif batik hasil karyanya memang bisa diaplikasikan menjadi batik dan mereka telah berjuang dengan memperhatikan unsur kreativitas, kemampuan teknis dan komposisi warna. Dalam seni lukis, juri menetapkan Yossi Riza Hidayati dari SMP Harapan I Medan meraih juara1. Juara 2 diraih oleh M. Afandi Sihotang dari SMP I Barumun Tengah Padang Lawas, juara 3 diraih Sarah Agatha dari SMP Sultan Agung Simalungun.

Yossi Riza Hidayati dan Sakinatun Najmi Sibarani yang merebut juara 1 cabang lomba desain motif batik dan lukis merupakan duta seni dari Sumatera utara di tingkat nasional. Agenda nasional berlangsung pada akhir bulan Juni 2011 ini di Bogor dan Makasar. Dengan harapan keduanya bisa lebih konsentrasi lagi, sehingga mampu menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Suka tidak suka mau tidak mau keduanya harus bersaing ditingkat nasional dengan membawa nama Sumatera Utara. Tentunya sebelum berangkat keduanya telah mendapatkan bekal yang maksimal dari patron yakni Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara serta guru pendamping yang telah disiapkan. Banyak hal yang bisa dipetik ketika bersaing ditingkat nasional. Pengalaman sudah pasti merupakan sesuatu hal yang baru. Mereka bisa berdiskusi dan tukar pikiran atau berbagi pengalaman dari daerahnya masing-masing. Mereka bisa melihat dan mengapresiasi karya-karya dari daerah lain yang harapanya ketika nanti pulang bisa disebarluaskan di daerah Sumatera Utara yang kita cintai ini. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah mereka mempunyai sumber daya manusia yang handal dan berkompeten dalam bidang seni. Mereka juga merupakan calon generasi penerus bagi tumbuh dan berkembangnya dunia seni rupa di Sumatera Utara. Semoga! (analisa)

Penulis; dosen seni rupa Unimed dan Kepala Pusat Penelitian Unimed.

Filed Under: Seni dan Budaya Tagged With: Sumatera Utara

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 38
  • Page 39
  • Page 40
  • Page 41
  • Page 42
  • Interim pages omitted …
  • Page 57
  • Go to Next Page »

Primary Sidebar

Darami Artikel

Simbaruna

  • Update Kamus Karo Online
  • Aplikasi Android Kamus Karo bas Play Store
  • Salah Penggunaan Istilah Untuk Orang Karo
  • Persiapen Perjabun Kalak Karo
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android

Komentar

  • Leo Perangin angin on Kebun Tarigan dan Gendang Lima Puluh Kurang Dua
  • karo on Website Kamus Karo Online
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Myna on Gelar Uru-urun Merga ras Beru Kalak Karo
  • Apinta perangin angin on Budaya Karo dalam Ekspresi Seni Lukis Modern Rasinta Tarigan

Categories

RSS Lagu Karo

  • La Kudiate
  • Percian
  • Rudang Rudang Sienggo Melus
  • Sayang
  • Nokoh

RSS Dev.Karo

  • Radio Karo Online v2.9
  • Kamus Karo v.1.2
  • Update Radio Karo Online 2.4
  • Bene bas Google nari
  • Aplikasi Lirik Lagu Karo Bas Android
  • Relaunching Situs Sastra Karo
  • Traffic Mulihi Stabil
  • Upgrade Server Radio Karo

Copyright © 2025 · Genesis Sample on Genesis Framework · WordPress · Log in

  • Home